Cinta tidak bisa di miliki itu memang sakit, tetapi memiliki tanpa di cintai itu sangat menyakitkan.
***
Bel tanda istirahat pun berbunyi, Dena sudah merapihkan alat tulisnya karena dia ingin pergi ke kantin bersama Ocha dan Mila.
“Lu mau kemana?” tanya Dastan.
“Kita bahkan tidak saling mengenal terus kenapa lu nanya sama gue?” tanya Dena dengan ketus.
“Kenapa lu judes banget sih, kita akan sering bertemu mulai hari ini Dena.” Ucap Dastan membuat Dena terkejut karena Dastan mengetahui namanya.
“Lu kok bisa tau nama gue?!” tanya Dena yang mulai waspada bahkan Dena melangkah mundur.
“Hahaha, lu ketakutan karena gue tau nama lu dari name tag lu? Terus kemana Dena yang tadi ketus sama gue?” tanya Dasta dengan tawa yang puas.
Dena melihat name tag miliknya dan jelas tertera namanya di saja, lalu Dena segera menatap tajam ke arah Dastan.
“Gila lu!” ketus Dena.
Ocha dan Mila menoleh saat mendengar Dena mengatakan Dastan gila, lalu keduanya segera menghampiri Dena.
“Den ada apa?” tanya Mila.
“Tau nih orang gila!” ketus Dena sambil menatap tajam ke arah Dastan.
“Gue ga gila kok, gue kan ga punya temen di sini jadi gue mau ikut kalian emang salah?” tanya Dastan dengan wajah memelas.
Melihat wajah memelas Dastan membuat Mila luluh dan menatap sendu ke arah Dastan.
“Ih kasihan sekali kamu Dastan, ayo bareng kita aja.” Ucap Mila seperti terhipnotis.
“Apaan sih Mil! Lu kok jadi ngomong aku kamu begitu, jijik deh!” ketus Ocha.
“Lagian kalian jahat banget sih orang anak barunya pengen deket sama kita juga.” Ucap Mila.
“Hari ini gue yang traktir sebagai tanda pertemanan kita gimana? Soalnya yang lain kayaknya ga se asik kalian bertiga.” Ucap Dastan.
Mendengar kata traktir membuat ketiga sahabat itu saling menatap, mereka bertiga tergiur, walaupun uang jajan mereka cukup tapi kalau ada yang gratis kenapa engga.
“Baiklah ayo ikut kami, tapi lu harus tau dulu nama-nama kita.” Ucap Ocha.
“Dia Dena, Denada Pramadita, gue Ocha Ocha Saraswati, dia Mila Mila Nuraini.” Ucap Ocha
mengenalkan satu per satu.
“Gue Dastan, Dastan Wijaya.” Ucap Dastan sambil tersenyum.
Namun senyumannya hanya terpusat pada Dena seorang, sepertinya Dena sudah membuat Dastan tertarik kepadanya sejak pertama kali bertemu.
Akhirnya mereka ber-empat berjalan ke kantin melewati kelas lain yang sedang berbisik membicarakan ketampanan Dastan, bagaimana mereka bisa tau? Tentu saja karena bisikan mereka terlalu kencang untuk di bilang sebuah bisikan.
“Lu tenar banget sih kayaknya Dastan! Semua cewek di sini pada ngomongin lu tuh.” Ucap Ocha.
“Ya bagus lah! Berarti sebentar lagi dia udah ga bareng kita soalnya udah banyak temennya.” Sahut Dena.
“Kamu jangan terlalu membenciku begitu, nanti suka loh.” Ucap Dastan.
Dena hanya bergidik ngeri mendengar ucapan Dastan yang terlalu berlebihan menurutnya.
***
Singkat cerita, hubungan pertemanan Dena, Dastan,Ocha dan Mila semakin dekat seiring berjalannya waktu, mereka ber empat selalu kemana-mana bersama dan Dastan yang memang menyukai Dena sejak awal pertemuan mereka memutuskan untuk menyatakan perasaannya.
Dan Dena menerimanya karena selama ini Dena merasa nyaman berada di dekat Dastan, namun awalnya Dena tidak tau siapa Dastan sebenarnya karena dia hanya tau kalau ibu Dastan adalah seorang dokter dan ayahnya seorang pengusaha, namun seiring berjalannya waktu, Dena akhirnya mengetahui kalau orang tua Dastan adalah orang yang menggantikan orang tua Irham untuk bertanggung jawab kepada panti asuhannya.
Dena memutuskan untuk membuka hatinya karena sejak dia memilik ponsel, Dena sudah sering menghubungi Irham namun Irham tidak pernah menjawab dan bahkan saat Dena bisa menemukan akun media social milik Irham, dia sering mengupload foto dengan seorang wanita cantik dan bertubuh sexy.
Tentu saja Ocha dan Mila sangat mendukung hubungan Dena dan Dastan karena mereka tau sejak kecil cinta Dena kepada Irham hanya bertepuk sebelah tangan, sedangkan Dastan selalu menghibur Dena dan selalu ada di saat Dena sedang berada dalam kesulitan.
Hubungan mereka terjalin dengan sangat indah, bahkan di sekolahnya mereka mendapat cap couple goals karena keromantisan mereka namun masih dalam batas wajar, bahkan para guru ikut salah tingkah saat Dastan sudah melakukan hal romantis kepada Dena.
Dena juga tidak pernah protes dengan perlakuan Dastan, Dastan sering memayungkan Dena dengan jas almamaternya saat hujan turun, Dastan juga sering melindungi Dena dari matahari dengan berdiri di sebelah Dena agar kekasihnya itu tidak kepanasan.
Keduanya juga bersekolah di SMA yang sama, begitu juga dengan Ocha dan Mila, sampai akhirnya saat kelulusan tiba-tiba saja Dastan memberikan kabar yang membuat Dena seperti sedang terjun bebas dari atas pesawat yang sedang mengudara.
“A-apa maksudnya Dastan?” tanya Dena.
“Dena, aku akan berkuliah di Paris, aku akan menggapai cita-citaku Dena.” Ucap Dastan dengan semangat.
“Aku tau kamu semangat untuk pergi ke Paris, tapi apa kamu pernah memikirkan bagaimana perasaanku saat kamu pergi?” tanya Dena.
Dastan terdiam sejenak, dia hanya memikirkan cita-citanya saja tanpa memikirkan bagaimana perasaan Dena, tapi mau bagaimana lagi Dastan sudah sejak dulu memimpikan cita-citanya untuk berkuliah di Paris.
“Tapi Dena, aku sangat ingin berkuliah di Paris, aku tidak ingin kalah dengan kakak sepupuku.” Ucap Dastan.
Ya, selama ini Dastan selalu menceritakan sepupunya kepada Dena, hanya saja Dastan tidak pernah menyebutkan nama sepupunya, begitu juga dengan Dena yang tidak perduli dengan siapa sepupu Dastan.
“Kenapa semuanya harus serba sepupumu sih? Aku ini apa bagimu?” tanya Dena.
“Jangan egois Dena! Kamu tau kalo aku dari dulu tidak ingin kalah dari kakak sepupuku, dia selalu di banggakan oleh orang tuaku dan mebandingkanku dengannya, sekarang aku akan berkuliah di kampus yang sama dengan kakak sepupuku dan aku tidak mungkin membatalkannya.” Jelas Dastan.
Dena juga tau kalau Dastan sangat terpacu untuk melebihi sepupunya yang tidak lain adalah Irham, tapi Dena tidak tau kalau Dastan akan pergi sangat jauh sama seperti Irham meninggalkannya dulu.
“Atau kamu ikut denganku saja, aku yang akan membiayai kebutuhanmu di sana.” Ucap Dastan.
“Tidak! Aku tidak mau menjadi benalu dalam hidupmu Dastan! Kamu pergilah, dan aku akan kuliah di sini sambil bekerja.” Ucap Dena.
“Apa benar-benar tidak masalah jika aku pergi?” tanya Dastan.
“Tidak apa, aku akan menunggumu dan aku akan sering menghubungimu.” Jawab Dena.
“Terimakasih karena sudah mengerti diriku Dena!” seru Dastan sambil mencium kening Dena dengan lembut.
Setelah berbicara, mereka berdua memutuskan untuk mencari makan di luar karena keduanya sama-sama di landa kelaparan.
Di sepanjang jalan, Dena hanya melihat ke luar jendela mobil tanpa bicara apapun, padahal biasanya Dena lah yang paling sering bicara.
Saat itu Dastan juga tidak memulai pembicaraan karena dia tau kalau Dena sedang memikirkan tentang kepergiannya.
“Dulu kak Irham pergi begitu saja lalu dia melupakan aku dan memiliki kekasih, apakah sekarang Dastan juga akan melupakan aku dan memiliki kekasih baru di sana?” gumam Dena di dalam hatinya.
Dena terus saja berfikiran yang tidak-tidak karena dia sudah trauma dengan kepergian Irham waktu itu, dan sekarang dia juga akan di tinggalkan oleh sepupu dari laki-laki yang dulu pernah dia sukai.
FLASHBACK END.
Hai kakak-kakak semuanya, terimakasih karena sudah mampir di novel author yang ke sekian ini, semoga kakak-kakak semua suka dengan cerita yang author buat kali ini ya...
Jangan lupa tinggalkan jejak lewat like, komentar, dan vote novel author sebagai dukungan dan penyemangat author untuk melanjutkan setiap babnya...
Selamat membaca, Saranghaeee~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments