Tidak perlu memaksa orang lain untuk memahami dirimu, tidak perlu meminta untuk di fahami. Orang yang peduli akan selalu mengerti tanpa di minta.
***
Hari ini adalah hari kenaikan kelas, Dena sudah dua tahun bersekolah tanpa gangguan dari para pembully, Dena bersekolah di SMP swasta yang ada di sana dengan bantuan beasiswa, ya beasiswa untuk anak yatim piatu tentu saja.
Namun itu tidak membuat Dena berkecil hati, dia semakin bersemangat untuk bersekolah dengan benar dan menggapai cita-citanya.
Penampilan Dena sudah sangat berubah sekarang, dia sangat cantik setelah melakukan sedikit perubahan pada penampilannya.
Tidak ada lagi Dena yang culun dengan kepangan rambut, saat ini Dena sudah memotong rambutnya sebahu, rambut yang terlihat sangat cantik berwarna hitam pekat dan bergelombang membuatnya terlihat lebih dewasa.
Bahkan dia menggunakan uang celengannya untuk membeli ponsel karena dia ingin menghubungi Irham, dia tidak ingin kalau mereka akan kehilangan kontak.
Sudah tidak ada lagi orang yang mengolok-olok Dena setelah perubahan pada dirinya, semua orang bahkan mendekati Dena karena kecantikannya, semua orang tidak perduli jika Dena adalah seorang yatim piatu.
“Ternyata penampilan itu nomer satu ya, jadi kemarin aku di bully bukan karena aku anak yatin piatu doang toh?” gumam Dena melihat perubahan di kehidupannya.
***
Bel berbunyi tanda pelajaran akan segera di mulai, seperti biasa Dena tidak pernah terlambat masuk ke dalam kelas, bahkan lima belas menit sebelum bel berbunyi Dena pasti sudah siap di mejanya.
Dena melihat dua orang sedang berlari beriringan seperti sedang berlomba, bahkan keduanya masuk lewat pintu belakang secara desak-desakan tanpa ada yang mau mengalah.
Sampai akhirnya seseorang berhasil masuk ke dalam kelas lebih dulu dan duduk di sebelah Dena dengan senyum yang merekah.
“Yeay gue duduk di sini duluan!” seru Ocha sambil menjulurkan lidahnya ke arah Mila.
“Lu curang Cha! Kan gue duluan harusnya tapi lu dorong gue!” ketus Mila dengan wajah yang cemberut dan duduk di meja sebelah Ocha.
Mereka berdua adalah Ocha dan Mila yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabat Dena, mereka berkenalan saat pertama masuk SMP, Ocha dan Mila bertetangga dan sudah saling mengenal sejak kecil.
Saat pertama kali mereka bertemu Dena, keduanya sudah sangat menyukai Dena karena Dena anak yang cantik, pintar dan juga baik hati, jadi mereka mendekati Dena dan sampai akhirnya mereka bertiga terus menjalin hubungan persahabatan yang dekat.
"Kalian berdua ini masih aja kayak anak kecil tiap masuk kelas! Ga usah rebutan gue, gue ga akan ilang kok." ucap Dena sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan dia sahabatnya.
"Yaelah lu tau kan kita rebutan lu bukan gara-gara apa, kita rebutan lu soalnya tiap pelajaran lu paling rajin sedangkan kita suka ketinggalan jadi kita bisa liat catetan lu hahaha.." jelas Ocha.
"Kurang ajar lu pada, manfaatin gue terang-terangan banget!" ketus Dena.
"Kita ga mau jadi temen munafik Den, jadi kan mendingan jujur apa adanya dari pada diam-diam menghanyutkan." ucap Mila.
"Ya ya ya terserah lu pada dah, gua mah ikhlas lu pada menzolimi anak yatim piatu yang cantik ini." ucap Dena memelas.
"Apaan sih lu Den ga asik ngungkit masalah yatim piatu mulu! Lu tau kan orang tua kita juga orang tua lu!" ketus Ocha.
"Bahkan orang tua kita lebih sayang sama lu dari pada sama anaknya sendiri Den, mereka itu selalu membanggakan lu di depan teman-temannya." sahut Mila yang di balas anggukan oleh Ocha.
"Emm, kalian berdua emang yang terbaik! Gue bersyukur banget punya sahabat kayak kalian, punya orang tua yang baik-baik." ucap Dena dengan mata yang berkaca-kaca.
"Mulai deh melow! Udah ah gausah lebay pake nangis segala, hari ini pelajaran matematika gue mau serius dengerin guru jelasin." ucap Ocha.
Jam pertama adalah jam matematika, namun Dena, Ocha dan Mila mengerutkan keningnya saat melihat guru piket yang masuk dan bukannya guru matematika.
"Lah, kok guru piket yang masuk? Ada apa ya?" tanya Ocha.
"Paling guru matematika ga masuk jadi cuma ngasih tugas." balas Mila.
"Anak-anak! Hari ini saya pinjam waktunya sebentar untuk mengenalkan anak baru, dia pindahan dari luar kota, saya harap kalian bisa menyambut dia dengan baik." ucap guru piket tersebut.
"Anak baru?" gumam Dena.
Tidak lama setelah guru piket bicara, masuklah seorang anak laki-laki yang tinggi, bertubuh atletis, dan sangat tampan.
"Wah! Ganteng banget jir!!" seru Mila.
Ya, kalo soal laki-laki tampan Mila adalah orang nomer satu yang akan bereaksi di antara kami bertiga.
"Iya, atletis keknya atlit deh." balas Ocha.
"Eh gue duduk sama lu aja Mil, biar anak barunya duduk sama Dena." ucap Ocha.
"Hah? Apaan sih lu Cha!" ketus Dena.
"Lah, kenapa begitu?" tanya Mila tidak terima.
"Kasian gue kalo anak baru duduk sama lu, udah mah otak lu kosong, terus hati lu juga kosong, bahaya tuh." jelas Ocha.
"Gila lu! Otak gue ga sekosong itu juga kali! Kalo hati emang kosong makanya mau deketin anak baru! ketus Mila.
Sekali lagi Dena hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kedua sahabatnya yang selalu berdebat itu.
"Nama gue Dastan Wijaya, semoga kita semua akur kedepannya." ucap Dastan singkat menyapa semua orang.
"Oke Dastan, kamu bisa duduk di bangku kosong itu." ucap guru piket sambil menunjuk ke kursi yang ada di sebelah Mila.
Mendengar hal itu membuat Mila tersenyum penuh kemenangan, dan segera merapihkan mejanya.
Namun bukannya menghampiri meja Mila, Dastan justru menghampiri meja Dena dan Ocha.
Tentu saja semua orang yang ada di kelas dan juga guru piket yang masih ada di dalam kelas terkejut melihat Dastan, Dena dan Ocha pun sampai mengerutkan keningnya melihat Dastan yang berada di meja mereka.
"Bisa gue duduk di sini?" tanya Dastan kepada Ocha.
"Maksudnya lu ngusir gue?" tanya Ocha.
Dengan yakin Dastan menganggukkan kepalanya, bukannya mencari alasan agar tidak membuat Ocha sakit hati.
"Maaf tapi guru bilang lu harus duduk sama Mila." ucap Dena yang tidak menyukai sikap Dastan.
"Emang tiap meja ada cap nama masing-masing ya?" tanya Dastan.
"Bu, saya bisa duduk di sini kan?" tanya Dastan kepada guru piket dan membuat guru tersebut mematung.
"B-boleh, tentu saja kamu boleh duduk di mana saja." ucap guru piket tersebut.
Akhirnya dengan kesal Ocha berdiri dari tempat duduknya dan pindah ke meja Mila.
Walaupun Dena sempat menarik lengan Ocha dan berharap kalau sahabatnya itu tetap duduk di sebelahnya, tapi tidak bisa karena Ocha juga sudah kesal dengan kata-kata Dastan.
Dengan penuh kemenangan Dastan duduk di sebelah Dena setelah menyingkirkan Ocha.
"Dasar tidak sopan!" ketus Dena dengan suara meninggi agar Dastan mendengarnya.
Sedangkan di meja sebelah, Ocha masih kesal karena sikap Dastan, walaupun awalnya dia mau menjodohkan Dena, tapi dia tidak menyangka kalau Dastan memiliki sikap yang tidak sopan.
Hai kakak-kakak semuanya, terimakasih karena sudah mampir di novel author yang ke sekian ini, semoga kakak-kakak semua suka dengan cerita yang author buat kali ini ya...
Jangan lupa tinggalkan jejak lewat like, komentar, dan vote novel author sebagai dukungan dan penyemangat author untuk melanjutkan setiap babnya...
Selamat membaca, Saranghaeee~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
rinny aphrystanti
lanjut...
2022-08-31
0