Tidak di prioritaskan, tidak juga di abaikan. Seperti masih ingin mempertahankan, seperti juga ingin melepaskan.
***
FLASHBACK
*PANTI ASUHAN BINA SEJAHTERA*
“Dena, apa cita-citamu?” tanya seorang laki-laki tampan yang saat itu ada di hadapan Dena.
“Dena ingin menjadi istri kak Irham!” sahut Dena dengan yakin.
“Yaampun Dena, kenapa kamu malah bilang begitu? Aku tidak mungkin menikah dengan anak kecil sepertimu!” ucap Irham.
Laki-laki yang bertanya kepada Dena adalah Irham yang saat itu masih berusia 16 tahun sedangkan Dena masih berusia 11 tahun.
“Kenapa? Dena bukan anak kecil lagi kak, Dena akan masuk SMP sebentar lagi..” ucap Dena kesal karena Irham menganggapnya sebagai anak kecil.
“Kamu memang anak kecil, lagi pula mana ada cita-cita menjadi istriku! Harusnya kamu bercita-cita menjadi dokter, guru atau yang lainnya.” Ucap Irham.
“Kenapa gitu? Emang ga boleh? Kata teman-temanku kita akan terus bersama kalau menikah kak.” Ucap Dena dengan polosnya.
“Ya ga boleh lah Dena, kamu ini masih kecil, aku juga masih kecil tau jadi kita ga boleh menikah, aku juga masih mau mengejar cita-citaku.” Jelas Irham.
“Kak Irham cita-citanya apa?” tanya Dena kepada Irham.
“Aku? Aku bercita-cita menjadi aktor terkenal dan sekarang aku sudah memenuhi sebagian dari cita-citaku karena aku sudah pernah syuting iklan.” Jelas Irham dengan bangga karena dia memang sudah menjadi aktor cilik untuk sebuah iklan susu formula.
“Kalo gitu cita-cita Dena juga menjadi artis terkenal biar kita bisa ketemu terus kak.” Ucap Dena.
“Walaupun kamu menjadi artis terkenal, kita tidak akan terus bertemu karena kita pasti punya pekerjaan masing-masing.” Jelas Irham.
“Apa? Benarkah itu? Aku kira sesama artis bisa bertemu sesering mungkin.. em, kalau begitu aku akan menjadi asisten rumah tanggamu saja kak! Pokoknya aku ingin berada dekat denganmu terus.” Ucap Dena dengan bersemangat.
“Apa? Emang kamu tau asisten rumah tangga itu apa?” tanya Irham.
“Yang mengurus keperluan kak Irham selama di rumah kan? Pokoknya selalu bersama kak Irham di rumah.” Ucap Dena dengan semangat.
Irham yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepala karena Dena masih belum mengerti apa itu pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, yang dia pikirkan hanyalah Irham karena Dena sangat menyukai Irham sejak dia kecil.
Dena adalah anak yang di urus di panti asuhan milik keluarga Irham sejak kecil, Dena tidak mengenal siapa orang tuanya karena saat bayi dia di tinggalkan di pintu panti dengan secarik kertas berisi tanggal lahir, nama dan juga permintaan maaf karena sudah meninggalkan Dena di pintu panti.
Selama ini Dena tidak ingin membaca surat yang di tulis orang tuanya kepadanya, setiap ibu panti bertanya tentang hal itu Dena pasti menolak dan mengatakan kalau dia akan membaca surat tersebut kalau dia sudah dewasa.
Dena selalu di bully dan di ejek tidak punya orang tua sejak SD dan itu membuat Dena tidak percaya diri dan dia yakin kalau tidak ada orang yang mau berteman dengannya.
Namun, saat Dena sedang merenung di taman panti, seseorang datang memberinya cokelat dan tersenyum manis ke arahnya.
Orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah Irham, awalnya Dena tidak tau kalau Irham adalah anak dari pemilik panti asuhan, Dena mengira kalau Irham adalah salah satu anak panti yang baru datang.
“Ini buat aku?” tanya Dena kepada Irham.
“Iya, ambil lah.” Balas Irham.
“Terimakasih.” Ucap Dena.
“Kenapa kamu sendirian di sini?” tanya Irham.
“Aku ga punya temen.” Ucap Dena.
“Ada banyak anak panti di sini.” Ucap Irham.
“Aku tidak mau bermain dengan mereka, mereka masih kecil.” Ucap Dena dengan wajah cemberut.
“Setauku ada banyak anak yang seusia kamu dulu, kenapa ga main sama mereka?” tanya Irham.
“Semua orang sudah di adopsi, hanya aku yang tidak di adopsi siapapun karena aku jelek.” Ucap Dena dengan mata yang berkaca-kaca.
“Jelek? Kamu jelek?” tanya Irham sambil mengamati wajah Dena dengan seksama.
“Aku hitam, tidak terurus jadi tidak ada yang mau mengadopsi aku.” Ucap Dena.
“Engga kok kamu ga jelek, kalo gitu mulai sekarang kamu temenan sama aku aja karena aku akan sering bermain ke sini nanti.” Ucap Irham.
“Kamu bukan anak baru di panti ini?” tanya Dena.
“Bukan, aku adalah anak dari pemilik panti ini, papa dan mamaku yang mengajakku ke sini untuk pertama kalinya.” Jelas Irham.
“Wah, tuan muda maaf karena aku tidak mengenalmu! Ibu panti pernah memberitahuku tentang tuan muda hanya saja aku tidak melihat wajah tuan.” Ucap Dena.
“Tuan muda? Hahaha apa-apaan itu menggelikan sekali!” ucap Irham yang sudah tertawa dan membuat Dena merasa bingung.
“Panggil saja aku kak Irham, dan aku adalah temanmu.” Ucap Irham dengan senyuman lebar.
Dena hanya mengangguk senang menuruti ucapan Irham, Dena juga senang karena dia akhirnya bisa memiliki teman.
Dan setelah itu Irham dan Dena semakin dekat satu sama lain, Irham selalu menjaga Dena dan melindunginya dari orang-orang yang sudah membullynya karena Irham selalu mengantar dan menjemput Dena di sekolahnya.
“Pokoknya aku mau menikah dengan kak Irham! Selama ini hanya kak Irham yang mau berteman denganku dan kak Irham juga yang sudah melindungiku.” Ucap Dena dengan yakin.
“Tidak bisa Dena, kita tidak bisa menikah karena aku hanya menganggapmu sebagai adikku.” Ucap Irham.
“Tapi kak…” ucap Dena dengan sedih.
“Aku mohon, mulai saat ini kamu harus bisa menjaga dirimu sendiri, kamu sebentar lagi SMP kan? Kamu harus mencari teman yang banyak dan merubah penampilanmu menjadi cantik, jangan mengepang rambutmu terus karena itu yang membuatmu jelek.” Ucap Irham dengan nada meninggi.
“K-kenapa kak? Dena kan ada kak Irham yang melindungi jadi ga perlu melindungi diri sendiri kan?” ucap Dena yang mulai khawatir jika Irham akan meninggalkannya.
“Tidak bisa Dena, kamu tidak boleh bergantung padaku terus menerus karena kamu akan memiliki kehidupan sendiri nantinya.” Ucap Irham.
“Aku juga akan segera pergi ke luar negeri dan bersekolah di sana.” Ucap Irham kembali.
Ucapan Irham saat itu membuat Dena terkejut bukan main, dia tidak menyangka kalau sosok yang selalu melindunginya akan pergi jauh meninggalkannya.
“A-apa? Ke luar negeri yang jauh itu? Yang naik pesawat kan kak? Tapi kenapa? Bukannya kakak bilang akan bersamaku terus?” tanya Dena.
“Maaf Dena, memang mendadak karena orang tuaku harus pergi ke sana karena pekerjaan.” Ucap Irham.
Dena tidak menggubris perkataan Irham, dia hanya diam dengan mata yang berkaca-kaca lalu akhirnya air matanya jatuh di pipinya begitu saja.
“Kenapa kamu menangis Dena?” tanya Irham.
“Hikss,, hikss, kenapa kak Irham pergi hiksss..” ucap Dena sambil menangis.
“Maaf Dena, aku juga harus mengikuti orang tuaku.” Balas Irham yang akhirnya berjalan memeluk tubuh Dena untuk menghiburnya.
“Kalau kak Irham pergi, bagaimana denganku? Siapa yang akan bermain denganku dan melindungiku? Hikss,, hikss.” ucap Dena.
Mendengar ucapan Dena membuat Irham hanya bisa menghela nafas panjang karena dia juga merasa bersalah namun dia tidak bisa melakukan apapun lagi selain mengikuti orang tuanya.
Irham Matteo Ibrahim.
Hai kakak-kakak semuanya, terimakasih karena sudah mampir di novel author yang ke sekian ini, semoga kakak-kakak semua suka dengan cerita yang author buat kali ini ya...
Jangan lupa tinggalkan jejak lewat like, komentar, dan vote novel author sebagai dukungan dan penyemangat author untuk melanjutkan setiap babnya...
Selamat membaca, Saranghaeee~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments