Semoga kita di pertemukan dan di persatukan dengan seseorang yang menerima kita apa adanya seperti kita menerima dia apa adanya.
***
Hari ini adalah hari di mana Irham dan kedua orang tuanya berangkat ke luar negeri. Sebelum berangkat mereka datang ke panti asuhan untuk berpamitan dengan ibu panti dan juga anak-anak panti.
“Hati-hati di sana ya nyonya, jangan melupakan kami semua di sini karena kami akan sangat merindukan kalian nantinya.” Ucap ibu panti.
“Ibu tenang aja, kami juga tidak akan melupakan ibu dan anak-anak panti, selama kami pergi adiknya mas Indra akan mengurus panti ini.” Ucap Ira yang tidak lain adalah mama dari Irham.
“Wah pak Dimas? Berarti tuan muda Dastan juga akan kemari nyonya?” tanya ibu panti.
“Iya bu, Dastan juga ikut kemari.” Jawab Ira.
Irham tidak memperdulikan obrolan para orang tua, saat ini perhatiannya hanya satu! Dena, kenapa Irham tidak melihat Dena sama sekali sejak sampai di sana.
“Dena di mana bu?” tanya Irham kepada ibu panti karena dari tadi dia tidak melihat Dena di sana.
“Ah Dena tadi keluar katanya lama, tidak perlu menunggu Dena nanti kalian terlambat naik pesawat.” Ucap ibu panti.
“Iya ibu panti benar, kamu bisa bertemu dengan Dena jika sudah kembali ke sini sayang, ayo kita harus segera ke bandara.” Ucap Ira.
“Tapi ma, pasti nanti Dena marah sama Irham karena Irham ga pamitan.” Ucap Irham.
“Gini aja, kamu tulis surat untuk Dena dan titipkan kepada ibu panti.” Ucap Ira.
“Baiklah kalau begitu, ibu panti, bisakah aku meminta kertas dan pulpen?” tanya Irham dengan lembut.
“Tentu saja tuan muda, tunggu sebentar ya.” Ucap ibu panti yang segera masuk ke dalam untuk mengambilkan pulpen dan kertas yang di minta Irham.
Setelah ibu panti sudah memberikan kertas dan pulpen Irham segera menulis catatan yang panjang untuk Dena dan segera melipatnya seperti bintang dan memberikannya kepada ibu panti.
“Terimakasih bu, Irham titip ya.” Ucap Irham yang di balas anggukan oleh ibu panti.
Setelah berpamitan, semua orang segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah sampai keluar dari panti asuhan.
Tidak lama kemudian, setelah mobil Irham dan orang tuanya sudah tidak terlihat lagi, Dena yang sebenarnya sejak tadi berada di balik pintu panti sambil menangis dalam diam itu segera mengintip keluar.
“Keluarlah, mereka sudah pergi Dena.” Ucap ibu panti.
“Terimakasih karena sudah mau berbohong untukku bu hikss,, hikss.” Ucap Dena dengan nafas yang masih sesegukan karena habis menangis.
“Jangan berterimakasih, ibu tau kamu sangat sedih dengan kepergian Irham kan? Ini surat dari Irham, tenang saja dia pasti kembali suatu saat nanti.” Ucap ibu panti sambil membelai rambut Dena dan berjalan masuk ke dalam.
Dena menatap kertas yang ada di tangannya, air matanya masih belum mau berhenti saat itu dan dia tidak kuat untuk membaca surat tersebut di luar.
Akhirnya Dena memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya untuk membaca surat yang di berikan oleh dewa pelindungnya yang selama ini selalu berada di sampingnya.
Untuk Dena…
Maafkan aku karena aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk selalu menemanimu, jangan marah karena aku sudah datang tapi kamu malah pergi tidak tau kemana!
Aku pergi dulu, tapi aku janji kalau aku akan kembali dan menemuimu lagi.
Jangan nakal, kamu harus menjadi perempuan kuat dan tidak mudah di bully lagi, ubahlah penampilanmu agar laki-laki tampan tidak takut mendekatimu.
Saat kembali nanti, orang pertama yang akan aku temui adalah dirimu, aku janji!
Hati-hati di sini Dena, aku akan menggapai cita-citaku dan kamu juga harus mencari dan menggapai cita-citamu.
Aku pamit, jaga diri baik-baik Dena…
Dari Irham…
Dena tidak kuat menahan air matanya dan akhirnya tangis pun pecah membanjiri bantal yang saat ini sedang dia gunakan untuk menutupi wajahnya agar suara tangisnya tidak terdengar oleh orang lain.
“Hikss,, hikss.. Aku pasti akan mengubah penampilanku dan akan menggapai cita-citaku! Aku janji kak Irham, aku janji kala aku tidak akan membuatmu kecewa padaku!” gumam Dena sambil tersenyum dan melipat kembai kertas yang di berikan Irham dan menyimpannya dengan sangat rapi.
Dena sudah bertekad untuk mengubah dirinya, menjadi wanita yang lebih cantik, lebih kuat dan memiliki cita-cita seperti yang udah di katakan oleh Irham.
Dena memutuskan untuk merapihkan rambutnya yang selalu dia kepang atau di kuncir, dia ingin selalu mengurai rambutnya sekarang karena saat ini rambutnya sudah bergelombang tidak jelas karena terlalu sering di ikat.
“Apa aku harus memotong rambutku dulu?” gumam Dena sambil memegang rambutnya yang panjang.
Dengan penuh keyakinan Dena berdiri dan membuka lemarinya, Dena mengambil sebuah celengan bergambar princess miliknya.
Dena segera berlari keluar dari kamarnya dan menuju dapur untuk mengambil pisau membuat ibu panti yang melihatnya terkejut.
“Dena tunggu!” ucap ibu panti yang sudah menghentikan Dena.
“I-iya bu? Ada apa?” tanya Dena yang takut kalau dia ketahuan akan membuka celengan yang selama ini sudah dia simpan.
“Kamu ga akan sampe melakukan sesuatu yang berbahaya kan?” tanya ibu panti.
“Hah? Maksud ibu apa? Buat apa Dena melakukan hal yang berbahaya bu?” tanya Dena.
“Itu kamu ngapain bawa pisau? Kamu ga sakit hati karena putus cinta kan?” ucap ibu panti.
“Ih ibu apaan sih, aku ga putus cinta kok.” Ucap Dena.
“Terus apa? Kamu kan habis di tinggal Irham, ibu takut kalau kamu akan melakukan hal yang aneh.” Ucap ibu panti.
“Hah? Yaampun ibu tenang saja, aku tidak akan melakukan hal seperti itu kok janji.” Ucap Dena.
“Terus pisau itu untuk apa?”
“Ah ini? Ada deh, pokoknya Dena ga akan melakukan hal yang berbahaya bu.” Ucap dena yang kembali berjalan menuju kamarnya.
Hanya Dena yang memiliki kamar tetap karena Dena sudah besar dan paling lama di panti itu, ibu panti sudah menganggap Dena seperti anaknya sendiri karena tidak ada yang pernah mengadopsinya dari dia kecil.
Dena juga sangat menyayangi ibu panti seperti ibunya sendiri, walaupun suatu saat nanti akan ada seseorang yang mengadopsinya, dia akan menolaknya dan memilih untuk bersama ibu panti saja.
“Kak Dena, ayo main cama kami.” Ajak salah satu anak berusia 5 tahun sambil membawa bola.
“Wah maaf ya sayang, tapi hari ini kak Dena sedang sibuk..” ucap Dena.
“Ah ka Dena cibuk melulu, kami juga mau mau sama kak dena hali ini!” balasnya dengan tegas.
“Maaf ya sayang, nanti saja oke? Kak Dena benar-benar sibu saat ini.” Ucap Dena yang merasa menyesal.
Sudahlah Tio ayo kita main sendili aja, kak Dena lagi cibuk.” Ucap salah satu anak perempuan yang bersama Tio bernama Tia.
“Baiklah kalo begitu.” Ucap Tio yang langsung pergi begitu saja tanpa melihat ke arah Dena dan membuat Dena semakin merasa bersalah akan hal itu.
“Maaf ya anak-anak, tapi aku harus buru-buru untuk mempercantik diri karena aku akan segera masuk ke sekolah baru.” Gumam Dena yang langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya untuk membuka celengan yang tadi dia ambil.
Hai kakak-kakak semuanya, terimakasih karena sudah mampir di novel author yang ke sekian ini, semoga kakak-kakak semua suka dengan cerita yang author buat kali ini ya...
Jangan lupa tinggalkan jejak lewat like, komentar, dan vote novel author sebagai dukungan dan penyemangat author untuk melanjutkan setiap babnya...
Selamat membaca, Saranghaeee~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
rinny aphrystanti
ceritanya menarik...
2022-08-31
1