Waktu istirahat Melody pergi ke samping ruang klub basket. Duduk disebuah kursi taman sambil memetik gitar yang selalu di bawanya. Memainkan alunan salah satu lagu yang di buatnya sambil memandang indahnya langit siang ini.
"Kau bisa main gitar?" tiba-tiba seseorang mengejutkan Melody. Melody melihat ke sumber suara. Felix yang baru saja keluar dari klub basket berjalan ke arahnya. "Sudah lama aku ingin belajar memainkan gitar. Kau keren sekali." Senyum Felix membuat jantung Melody berdetak cepat. "Siapa namamu? Aku Felix kelas XI IPA 3. Kau pasti kelas sepuluh kan?" Felix duduk disamping Melody.
"Me, Melody. Namaku Melody kelas X-4," jawab Melody menghindar dari tatapan Felix karena saat ini dia merasa sangat malu.
"Melody? Namamu unik ya." ujar Felix. "Melody, bisa mainkan satu lagu untukku?"
"Apa?" Melody semakin merasa bodoh berada di dekat pria yang disukainya.
"Apa ada masalah?" tanya Aramis yang tiba-tiba datang membuat kedua orang tersebut terkejut. Melody melihat ketidaksukaan terpancar dari wajah Felix ketika melihat kehadiran Aramis. "Kenapa..."
"Kenapa kau suka cari masalah?" seru Felix memotong perkataan Aramis dan sambil beranjak berdiri. dia mengernyitkan kedua alisnya dengan tatapan kesal pada Aramis.
"Masalah? Harusanya aku yang bicara begitu?" Aramis menyunggingkan bibirnya.
"Ada apa, Ars?" tiba-tiba Prothos yang berada di ruangan klub basket keluar dan menghampiri keributan kecil tersebut.
Tidak jauh dari tempat itu Lion melihat apa yang sedang terjadi.
"Wow, Three Musketeer sepertinya kurang satu." Ledek Felix dengan diiringi senyum sinisnya. Mendengar perkataan Felix, Aramis mulai geram dan hampir saja tinjunya mendarat di wajah Felix kalau Prothos tidak menahannya.
Melody hanya diam saja melihat itu semua terjadi karena tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Sepertinya hubungan di antara Felix dan kakak-kakaknya tidak terlalu bagus, hanya itu yang terpikirkan olehnya.
"Baru saja kau masuk ke ruang klub dengan tidak sopan, dan sekarang kau berani sekali... "
"Tidak sopan? Kalian ingat, sekolah ini ada di dalam kekuasaan keluargaku, jadi terserah aku mau bagaimana." sekali lagi Felix memotong perkataan kakak Melody. Prothos mulai terlihat kesal.
Bel tanda masuk berbunyi.
"Melody bangkit berdiri, Kak Oto, kak Ars." ucap Melody pada kedua kakaknya. Felix mengerutkan keningnya saat mendengar Melody memanggil mereka kakak. "Aku akan masuk ke kelas." Setelah itu Melody berjalan meninggalkan mereka tanpa peduli apa yang akan terjadi selanjutnya pada mereka.
...***...
Melody membuang napas ketika duduk di kursi kelasnya. Dia merasa kejadian tadi membuatnya mengerti mengenai satu hal yaitu menjauh dari Felix. Prothos dan Aramis, kakaknya terlihat tidak suka pada Felix dan begitu juga sebaliknya. Melody merasa kalau Felix telah bersikap tidak sopan pada kedua kakaknya tadi, dan itu membuatnya tidak suka, tidak suka pada cara bicara Felix yang kasar.
"Apa yang terjadi tadi?" tanya Lion yang baru duduk di kursinya. "Oto dan Ars, ada masalah dengan Felix?" Melody diam saja dan tidak ingin menghiraukan kata-kata Lion. "Aku lupa. Dari dulu kakak-kakakmu memang tidak suka pada Felix."
"Kenapa?" tanya Melody mulai bersikap ingin tahu.
"Wah, kenapa tiba-tiba ingin tahu begitu?" Ledek Lion. Dia tersenyum skeptis pada Melody. "Kau tahu kalau keluarga Felix menguasai sekolah ini?" tanya Lion menatap Melody. "Dia ingin semua siswa di sekolah ini tunduk padanya, tapi Ato, Oto, dan Ars sama sekali tidak peduli dengannya. Jadi jangan dekat-dekat dengan dia. Ya lebih baik kau tidak mendekatinya."
Mendengar perkataan Lion membuat Melody semakin merasa tidak baik. Bahkan Athos kakak tertuanya juga tidak menyukai pria yang sejak dulu disukai olehnya. Itu membuat usaha Melody yang susah payah masuk ke sekolah ini jadi sia-sia.
...***...
Melody berjalan keluar kelas saat jam pelajaran usai. Ketika sampai di depan pintu, dia terkejut melihat Felix berdiri di depan pintu. Melody pura-pura tidak melihatnya dan lebih memilih untuk berjalan saja. Dia berniat menjauh dan berusaha menghilangkan rasa sukanya pada Felix mulai hari ini karena tidak ingin membuat masalah dengan ketiga kakaknya.
"Hai, Melody..." panggil Felix pada Melody yang berpura-pura tidak melihatnya. Mau tidak mau Melody berhenti di depannya. "Aku tidak tahu kalau mereka itu kakakmu, tolong maafkan aku."
Maaf? Kenapa dia minta maaf padaku? Seharusnya dia minta maaf pada kedua kakakku Prothos dan Aramis. Lagi pula dia minta maaf karena dia tahu mereka adalah kakak-kakakku. Lalu apa kalau mereka bukan kakak-kakakku dia masih mau minta maaf? Sepertinya tidak. Terlihat sekali sifat aslinya, ucap Melody dalam hati.
"Mau pulang ya? Apa mau pulang bersamaku?" ucap Felix.
"Melo..." tiba-tiba Athos datang, dan membuat raut wajah Felix berubah karena tidak senang. Athos juga sempat menatap aneh ke arah Felix. "Kami akan langsung ke café, jadi kau pulang sendiri. Tidak apa-apa kan?".
"Kalau begitu... "
"Lion..." Athos memanggil Lion yang baru keluar kelas sekaligus memotong perkataan Felix. Tampak sekali kalau Athos tidak menganggap keberadaan Felix saat ini.
"Iya. Ada apa?" Tanya Lion dengan wajah bodohnya sambil melepaskan headphone yang terpasang di telinganya.
"Kau bisa pulang dengan Melo?" Athos balik bertanya.
Lion tidak langsung menjawab, dan memperhatikan keberadaan Felix. Tiba-tiba dia memasang kembali headphone-nya dan mengambil gitar yang di bawa Melody. "Hhuft...” Desah Lion. “Ayo jalan!” Setelah itu Lion berjalan dan Melody segera mengikutinya dari belakang.
"Tolong jangan dekati adik kami!" Seru Athos pada Felix yang terdengar samar-samar oleh Melody. Setelah itu Athos pergi.
"Kau tahu kan, aku paling tidak suka kalau di larang!!" teriak Felix.
Melody dapat mendengar jelas ucapan Felix. Di sekeliling semua siswa melihat ke arah Felix dengan bisikan-bisikan pertanyaan. Melody mengangkat kepala dan menatap pada Lion yang berjalan di depannya. Lion sama sekali tidak bereaksi, mungkin karena headphone yang dipakainya sehingga dia tidak mendengar perkataan Felix tadi.
...***...
Ketika mereka sampai, Melody segera turun dari motor Lion dan langsung berjalan menuju rumahnya tanpa sepatah katapun.
"Heh, Seperti biasa tidak ada basa-basinya." Seru Lion pada Melody. "Awas saja, aku tidak akan mau lagi pulang bersamamu." Nada suara Lion terdengar sangat kesal.
Melody menyembunyikan senyumnya sambil terus berjalan masuk ke dalam rumahnya yang berada tepat di samping kanan rumah Lion.
Di rumah hanya ada kakek karena ayah dan ketiga kakak Melody di café, sedangkan paman Ronald saat ini bekerja.
Melody segera masuk ke dalam kamar yang terletak di lantai dua dan langsung meletakan Gita di atas tempat tidur. Dia berbaring di sampingnya sambil membuang napas panjang mengingat apa yang terjadi di sekolah tadi. Memikirkan bagaimana ketiga kakaknya tidak menyukai orang yang disukainya. Itu sedikit membuat Melody merasa sedih.
"Heh, es melon!!" terdengar suara dari jendela kamar. Melody dapat menebak siapa pemilik suara tersebut. Es Melon adalah panggilan Lion kepadanya. "Ingat ya jangan menumpang lagi!" serunya.
Melody segera menutup tirai jendela kamarnya.
"Tidak sopan, diajak ngomong malah menutup jendela. Dasar es melon!!" teriak Lion kesal. "Awas kau ya!! " Lion sangat kesal.
Dia segera membawa keluar sound system dari dalam kamarnya ke beranda, lalu menghidupkan musik sangat keras untuk mengganggu Melody yang berada di seberang kamarnya dengan bergerak kesana sini mengikuti hentakan musik.
"Aku akan minta tukar kamar saja agar si bodoh itu tidak menggangguku terus." gumam Melody terlihat sangat kesal sambil melirik tajam ke arah jendela kamarnya.
...***...
Sesampainya di café, The Three Musketeers langsung memasuki ruang ganti untuk berganti seragam cafe. Setelahnya keluar bersama-sama mempersiapkan café yang akan dibuka.
"Hari ini Sandy dan Chino tidak bisa bekerja." ucap Prothos sambil membalikan stiker Close menjadi Open di pintu. "Kau tidak masalah sendirian di dapur?" Prothos berjalan kembali mendekati Athos yang ada di meja kasir bersama Aramis.
"Tidak masalah." jawab Athos.
"Nanti jam delapan aku akan pergi." ujar Aramis.
"Kau ini selalu pergi lebih dulu." keluh Athos yang berjalan hendak masuk ke dapur.
Tiba-tiba pintu masuk terbuka, dan muncul seorang gadis cantik yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Athos tertegun di depan pintu dapur melihat gadis yang berjalan lalu duduk ke salah satu meja. Athos segera menghampiri kedua kembarannya. Gadis itu memandangi ketiga saudara kembar tersebut dan wajahnya terlihat senang.
"Pelanggan baru. Aku belum pernah melihatnya. Dia sangat cantik." ucap Prothos pada Athos. Prothos hendak menghampiri meja gadis itu.
"Biarkan Ars yang melayaninya." seru Athos membuat Prothos bingung. "Ars, layani gadis itu!!"
"Kenapa aku? Pelanggan baru biasanya Oto yang melayani?" tanya Aramis bingung.
"Cepat sana!!" ulang Athos.
Aramis segera membawa buku menu ke gadis yang sudah mengangkat tangannya memanggil mereka untuk memesan.
"Ada apa? Kau mengenalnya?" tanya Prothos bingung pada sikap Athos.
"Tidak." jawab Athos memasuki dapur.
Aramis meletakan buku menu di hadapan gadis yang merupakan pelanggan baru di café tersebut. Seperti biasa Aramis yang selalu tampak tidak bersahabat menunjukkan sifat aslinya walau pada pelanggan baru, karena itu biasanya Prothos yang selalu melayani pelanggan baru di café tersebut.
"Pilih saja apa yang kau mau." ucap Aramis. "Untuk pelanggan baru kami punya diskon tigapuluh persen dengan daftar menjadi member café."
"Benarkah?" tanya gadis itu.
"Ya, dengan minimal order dua ratus ribu."
"Kalau begitu pilihkan menu yang seharga dua ratus ribu. Apa aku perlu memberikan kartu Identitas?"
"Kalau kau sudah memiliki KTP berikan padaku, atau kartu pelajar juga boleh."
"Kartu pelajar saja ya, ulang tahunku ke tujuh belas masih bulan depan jadi belum punya KTP."
Gadis itu memberikan kartu pelajarnya dan setelah itu Aramis hendak pergi.
"Kau tidak membutuhkan nomer handphone-ku?"
"Tidak ada paksaan kalau kau tidak ingin memberikannya." jawab Aramis.
"Ngomong-ngomong, apa benar kalian kembar? Kalian tidak seperti anak kembar."
"Dari mana kau tahu tentang café kami? Katakan saja yang jelas, kau ingin nomer handphone salah satu dari kami kan? Tapi hanya nomer handphone Oto yang bisa diberikan pada pelanggan baru."
"Aku masih tidak tahu siapa saja nama kalian. Aku hanya tahu Athos, Prothos, dan Aramis. Kalau yang tadi masuk ke dapur siapa dia? Apa aku boleh minta nomernya?"
Aramis menoleh ke arah dapur dan tahu kalau yang di maksud adalah Athos.
"Namaku Tasya, apa dia sudah punya pacar?"
Aramis berpikir sejenak. Dia paling suka mengerjai kembaraannya yang satu itu karena Athos adalah orang yang kaku terlebih pada seorang wanita.
"Sebenarnya ini melanggar peraturan, tapi berterimakasihlah padaku, siapa namamu tadi? Tasya?"
Tasya mengangguk.
"Namanya Athos panggil saja Ato. Dia belum punya pacar, dan belum pernah berpacaran." ucap Aramis. "Kau beruntung hari ini..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
//
Lion hidupmu lempeng2 wae🤣🤣
Mantap pilihanmu Tasya, pilih Athos🤭🤭
2023-12-14
1
⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀𝐙⃝🦜
biasa cowok yg mukanya lempeng, tapi disini malah cewek yg mukanya lempeng..
Keknya authornya yg salah disini
2023-10-09
1
Minakim
saya mencium bau-bau playboy cap kadal
2023-01-13
1