Settttt
Nicho melempar pisau kecil namun runcing tepat pada mata ketua bodyguard.
Jlebb
Pisau menancap dengan cantik tepat pada sasarannya
"******Awhhhhh******"
Bukan bodyguard yang menjerit dengan berteriak, melainkan Nasya yang berteriak Karna syok melihat yang apa yang dilakukan sang kekasih.
Nasya segera berdiri berlari menghampiri bodyguardnya yang terluka.
"Apa kau manusia dingin, yang tak memiliki perasaan?" teriak Nasya membentak Nicho. "Kenapa kalian diam saja? cepat bawa teman kalian ke rumah sakit"
Tapi para bodyguard di sana tetap diam menunduk tanpa berani menjawab bahkan menegakkan kepalanya saja mereka tidak berani. Nicho yang melihat itu, hanya tersenyum smirk sambil berjalan menghampiri Nasya.
"Tusuk sebelah mata seluruh anak buahmu Bram!" titah Nicho dingin sambil menarik tubuh Nasya.
"No!!!" teriak Nasya saat melihat Bram melepaskan pisau yang ada dimatanya dan berjalan menghampiri anak buahnya. Tetapi Bram malah tidak menghiraukan teriakan Nasya, dia tetap melanjutkan aksinya.
"No Bram!" teriak Nasya lagi sambil menahan tangan Bram yang memegang pisau.
"Beraninya kau diam saat di sentuh kekasihku!" ucap Nicho membentak saat melihat tangan mulus milik Nasya memegang lengan milik Bram.
krekk
Nicho memelintirkan tangan Bram yang di sentuh Nasya.
"Stop It Bastard" ucap Nasya sambil memukul mukul tangan Nicho.
"Masuk ke kamar" titah Nicho dingin tanpa menatap wajah Nasya.
"Please,, hentikan ini" ucap Nasya sambil memeluk Nicho dari samping dengan air mata yang tak berhenti turun dari pelupuk mata cantiknya.
"Why?" tanya Nicho tetap tidak menatap wajah Nasya.
"Kasihan mereka Nich, mereka punya keluarga di rumahnya" pinta Nasya sambil mengeratkan pelukannya.
Nicho yang mendengar jika Nasya mengkhawatirkan Bodyguardnya malah semakin memelintirkan lengan Bram sampai ringisan kecil keluar dari bibir Bram yang sedari tadi menutup. Nasya hanya terbengong bengong melihat aksi Nicho yang semakin menjadi, apakah ucapannya salah? benar bukan, mungkin keluarga mereka menunggu kepulangan mereka dengan baik baik sajah.
"Kau monsterrrr!!!" teriak Nasya sembari menangis. "Kau manusia berhati dingin, tidak memiliki perasaan,tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun" umpat Nasya sambil berteriak-teriak. "Aku jijik tinggal dengan pria sepertimu"
Ahhhhhh
Nasya semakin menjadi dia berteriak-teriak bak orang kesetanan, bahkan dia berani membenturkan kepalanya ke dinding Karna merasa bersalah atas semua orang yang sedang di siksa Nicho saat ini.
Nicho yang melihat kekasihnya membentur benturkan kepalanya ke dinding segera menangkap tubuh Nasya dan menahannya agar berhenti dari kegilaannya.
"Lepaskan aku sialan" ucap Nasya sambil berusaha keluar dari dekapan Nicho. "Ini semua salahku, harusnya kau menghabisi ku bukan mereka yang tidak bersalah" teriaknya dengan suara melengking, dan nafas yang ngos-ngosan menahan emosinya.
Nasya merasakan tubuhnya semakin melemah, sekujur tubuhnya bahkan bergetar dengan hebat, kepalanya pusing dan berdenyut-denyut dia memegang lengan Nicho dengan erat untuk menahan bobotnya.
"Lepaskan mereka, bawa Bram ke rumah sakit, aku tidak ingin kau menjadi pembunuh" pinta Nasya dengan suara yang lemah, sampai akhirnya dia jatuh pingsan di dekapan Nicho.
Nicho yang melihat kekasihnya memejamkan matanya pun langsung panik, dia takut terjadi apa-apa pada Nasya.
"Baby, jangan menakutiku" ucap Nicho lalu menggendong tubuh Nasya ala bridal style.
"Keluarlah! bawa Bram ke rumah sakit" titahnya lalu berjalan membawa Nasya ke dalam kamar. Nicho meletakkan Nasya ke atas ranjang dengan hati hati.
"Wake up baby,," ucap Nicho sambil membelai dan menciumi wajah Nasya. "Kumohon jangan takuti aku" pinta Nicho sambil memegang tangan Nasya dengan erat.
Nicho dengan telaten membalurkan minyak kayu putih pada punggung dan leher Nasya dengan merata, dia juga mengambil satu set baju piyama tidur untuk Nasya Karna sejak tadi Nasya masih belum memakai baju.
Setengah jam kemudian, Nasya menggeliatkan tubuhnya dan membuka matanya perlahan. Nicho yang melihat ada pergerakan dari Nasya segera membelai wajah Nasya dengan bibir tersenyum bahagia.
"Kau sudah bangun baby?" tanya Nicho sambil mencium bibir Nasya.
Nasya yang mendapatkan ciuman dan belaian dari Nicho segera merubah posisinya menjadi duduk tanpa menatap wajah Nicho sedikitpun.
"Minumlah, kau pasti lelah baby" ucap Nicho memberikan satu gelas air dengan senyum yang masih menghias wajah tampannya.
Nasya mengambil air minum dan meneguknya hingga tandas tanpa mengeluarkan satu patah katapun. Nicho yang mendapat perlakuan seperti itu dari Nasya tidak mempersalahkannya, Karna dia tau Nasya pasti syok melihat sifat aslinya. Dia tetap menebarkan senyumnya dan menciumi tangan Nasya dengan penuh cinta.
"Don't touch my hand Bastard!" bentaknya sambil menarik paksa tangannya dari genggaman Nicho.
"Why baby?" tanya Nicho lembut
"Berhenti memanggilku baby, mulai saat ini kau bukan kekasihku lagi" ucapnya tegas sambil beringsut turun dari ranjang.
Nicho yang mendengar perkataan yang dibencinya Keluar dari bibir wanita yang dicintainya membuat amarahnya yang tadi sempat mereda kini membara kembali, wajahnya memerah, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal menahan emosi yang saat ini akan membuncah. Dia menyusul Nasya yang sudah keluar kamar, dan sedang berusaha menarik kopernya lagi.
"Berhenti" titah Nicho dengan suara baritonnya yang membuat suasana menjadi terasa menakutkan. Tapi Nasya tidak menghiraukan perkataan Nicho dia terus berjalan menuju pintu sambil menyeret koper di tangannya. Nicho yang melihat kekasihnya tidak mendengarkan ucapannya merasa sangat geram dengan tingkah pembangkang kekasihnya, dia segera berjalan menyusul Nasya dan menahan tangan Nasya.
" Lepasin tangan gue bajingan" teriak Nasya dengan wajah memerah.
"Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi dari sini" ucap Nicho tegas sambil membanting tubuh Nasya yang terus terusan memberontak ke sofa.
"Awhhhh,,, kau menyakitiku sialan" ucapnya.
"Aku tidak akan menyakitimu jika kau menuruti ucapanku" ucap Nicho sambil mencengkeram dagu lancip milik kekasihnya.
"Lepaskan aku, dasar pembohong! cuihh" hina Nasya sambil meludahi wajah Nicho. Nicho yang mendapati wajahnya diludahi Nasya malah membersihkan ludahnya dengan tangan lalu menjilati tangannya yang berludah.
"Ludahmu popcukup manis baby" ucapnya lembut lalu menindih tubuh Nasya di sofa "Bibirmu harus ku beri pelajaran agar tau tempatnya membuang ludah" ucapnya dingin lalu sedetik kemudian dia mencium bibir Nasya dengan kasar, dia terus terusan mencumbu dan menyesap bahkan menggigit dengan kasar bibir mungil milik Nasya. Jika biasanya dia akan mencumbu Nasya dengan gairah menggebu, namun kali ini dia mencumbu bibir kekasihnya dengan amarah yang memuncak.
Emhhhhhh
Nasya memukul mukul punggung Nicho dengan keras agar pria yang saat ini mencumbunya,memberinya waktu untuk bernafas. Setelah Nicho melepaskannya dia segera menghirup oksigen sebanyak banyaknya Karna dadanya terasa sesak akibat ciuman tadi.
"Kau menyakitiku sialan" ucap Nasya sambil mengelap bibirnya yang bengkak bahkan sedikit berdarah dengan tidak terasa buliran bening miliknya turun tanpa diperintah. Nicho yang melihat kekasihnya menangis Karna ulahnya merasakan sesak yang menggerogoti dadanya, dia merasa bersalah akan ulahnya tadi.
"Maafkan aku baby" ucapnya sambil bangkit dari tubuh Nasya dan mendekap tubuh mungil kekasihnya dengan erat.
"Tolong lepaskan aku" pinta Nasya dengan suara yang terdengar memilukan.
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu baby" ucapnya lembut sambil menciumi pucuk kepala Nasya.
"Sadarlah sialan!" bentak Nasya kesal Karna jawaban Nicho. "Sebentar lagi kau akan menikah bukan?"
"Ya.." jawab Nicho gamblang tanpa merasa bersalah
"What? lalu apa yang akan kau lakukan untukku? kau akan menjadikan aku jalangmu?" tanya Nasya dengan gemetar.
"Aku tidak akan menjadikanmu ******, kau tetap menjadi kekasihku meskipun aku sudah menjadi pria yang memiliki seorang istri" ucapnya enteng.
"Kau gila? kau akan menyakitiku sialan!" bentak Nasya dengan air mata yang semakin deras turun ke pipinya. "Lepaskan aku, biarkan aku hidup dengan aman diluar sana" pintanya memohon dengan mata yang sudah membengkak dan tangan yang mengatup di dada.
"Aku lebih memilih menyakitimu dibanding harus melepaskanmu" ucap Nicho dingin dengan tatapan lurus ke depan tanpa menatap wajah Nasya yang begitu memilukan.
"Kau egois" ucap Nasya sambil menunjuk wajah Nicho.
"Terserah apa yang kau katakan, keputusanku tidak bisa diubah" ucapnya lalu bangun dari sana dan berlalu ke kamar mandi.
Nasya yang menerima jawaban egois dari Nicho terus terusan menangis tanpa memikirkan matanya yang sudah membengkak dengan besar. Dia sangat membenci Nicho yang telah mengkhianatinya, dia juga tidak bisa menerima kenyataan jika Nicho tidak berniat melepaskannya. Bisa saja Nasya kabur dari kehidupan Nicho, tapi dia tau seberapa kuat kekuatan yang dimiliki oleh Nicho, mungkin jika dia kabur tiga hari kemudian Nicho pasti sudah menemukannya bahkan bisa saja kurang dari tiga hari, Karna koneksi Nicho di sini sangatlah banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments