Pergi Dari Desa

Sudah cukup jauh Syamir berjalan meninggalkan desanya. Terik matahari membuat perjalanan mereka terasa kian berat. Syamir menengok ke belakang untuk mengecek apakah wanita itu masih mengikutinya. Ternyata wanita itu masih mengikutinya, sembari menagis sesegukan.

“It’s your fault! Kalo kamu gak nolongin aku semalam maka semuanya ngak bakal kaya gini. Now look, aku jadi gak bisa pulang ke Jakarta.” Wanita itu menyapu air mata yang jatuh ke pipinya.

“istighfar Mba. Jika saya gak nolong Mba semalam maka Mba akan terjebak dalam mobil yang hampir meledak itu. Lagian kita gak boleh menyalahkan apa yang sudah terjadi. Mungkin ini sudah menjadi qada dan qadarnya Allah, kita harus menerimanya dengan ikhlas.” Jawab Syamir.

“Nerima kamu bilang? Kamu ngerti gak sih? Sekarang masa depan kita hancur! Kamu udah diusir dari desamu dan aku sekarang terpaksa terikat status perkawinan sama kamu. Gimana perasaan pacar aku kalo dia tahu soal hal ini? arrrghh!” wanita itu marah-marah pada Syamir.

“Maaf jika saya yang menyebabkan segala kesulitan Mba, saya juga bersalah dalam hal ini. Sekarang saya akan menerima hukumannya, saya akan tanggung jawab. Saya akan antarkan Mba pulang ke Jakarta setelah itu saya akan menceraikan Mba. Saya mengerti jika Mba tidak menginginkan pernikahan ini terjadi, begitupun saya. Jadi saya akan lepaskan Mba jika Mba sudah bersama keluarga Mba kembali. Saya harap keluarga Mba dapat memahami dan menerimanya.” Ucap Syamir.

“Gak usah bawa aku ke Jakarta. Aku juga punya Villa kok deket sini. Kamu anterin aja aku pulang ke sana habis itu kita selesaikan semua ini. Oh ya, one more thing. Kamu gak usah panggil aku dengan sebutan Mba, lagian aku masih muda. Just call me Sya okay?” jelas wanita itu.

“Baik Sya, kamu juga panggil saya Syam saja ya. Semua warga desa memanggil saya seperti itu. Kalau begitu mari kita lanjutkan perjalanan kita.” Ajak Syamir.

“Jalan kaki lagi? Engga-engga! I’m tired. Emang gaada transportasi umum atau apa kek? Masa kita harus jalan terus sampai ke Villa? Besok sore kali baru nyampe.”

“Habis mau bagaimana lagi? Di sini gak ada angkutan umum. Warga desa biasanya pake sepeda atau kendaraan pribadi kalau mau keluar desa. Kalau Sya mau tidak capek maka kita tunggu mobil yang lewat, itu pun bisa lama sekali. Takutnya malah keburu gelap, apalagi kita dikelilingi oleh hutan, takut ada binatang buas.”

“Iiih, you just make me scary now. Tapi aku benar-benar udah capek. Istirahat dulu ya?” rengek Syahira.

“Ya sudah. Lagian sebentar lagi sudah mau dzuhur, kita sekalian shalat saja ya.”

“Shalat? Astaga, udah lama banget aku gak shalat. Kamu aja deh, lagian semalem aku abis mabuk, pasti gak diterima kan shalatnya?”

“Astagfirullah. Sya, tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan shalat. Bahkan ketika kamu habis mabuk sekalipun kamu tetap wajib shalat. Ya, mungkin kamu tidak akan medapatkan pahala shalat selama 40 hari karena perbuatan mabukmu tetapi itu tidak menggugurkan kewajiban shalatmu. Kamu tetap harus shalat Sya.”

“Emm, tapi aku udah lama gak shalat jadi udah lupa bacaanya. Lagian aku gak bawa mukena, jangankan mukena baju ganti aja aku gak bawa. Kan aku gak tahu kalau akan terjadi hal seperti ini.”

“Syam bawa mukena dan baju ganti buat Sya di kantong ini, ya sebetulnya ini punya si Mbok. Sya pakai ya. Untuk bacaan shalat nanti Syam yang bimbing.”

“arrghh, okay. But aku gak mau pake baju ibumu. Norak!”

“Tapi baju Sya kotor, Sya harus shalat dengan pakaian bersih untuk menyempurnakan shalat Sya.”

“okay Mr. Ustadz, whatever!”

Syamir dan Syahira lalu berhenti di sebuah gubuk kecil di pinggir jalan yang sudah lama tertinggal. Syam lalu mencari mata air di sekitar tempat itu untuk wudhu. Untungnya di bahu jalan itu terdapat parit yang mengalirkan air jernih. Syam lalu mengajak  Syahira untuk mengambil air wudhu. Syahira yang lupa tata cara wudhu lalu di bimbing oleh Syamir untuk wudhu degan benar.

“Mudah kan Sya?”

“Mudah menurutmu. Tapi air ini benar-benar aman kan? Aku Cuma takut aja gak steril.”

“Insya Allah air parit ini bersih. Air ini berasal dari kaki gunung yang dialirkan ke desa. Air ini bersih karena berasal dari mata air di gunung langsung dan tak tercemari oleh limbah apapun.”

“oh, baguslah.”

Syamir lalu memimpin Syahira shalat dzuhur. Dengan lantunan bacaan yang merdu dan suara yang sedikit ditinggikan Syamir membimbing bacaan shalat Syahira. Syahira mengikuti setiap bacaan dan gerakan shalat Syamir dengan tertib. Selesai shalat Syamir lalu membaca doa dan diaminkan oleh Syahira. Bisa dibilang itu adalah kali pertama Syamir dan Syahira shalat sebagai pasangan suami istri. Syamir lalu mengulurkan tangannya, Syahira terlihat kebingungan.

“What?” Syahira tampak heran.

“Selepas shalat, Sya harus mencium tangan Syam. Ini sebagai bentuk hormat Sya kepada Syam. Syam kan sekarang suami Sya.” Jelas Syamir sembari masih mengulurkan tangannya.

“Harus banget gitu?” Syahira tampaknya sedikit enggan.

“Iya Sya.”

Syahira pun pada akhirnya menuruti perintah Syamir. Mereka pun mengemasi kembali barang mereka setelah selesai shalat.

“Sya, kamu lebih cantik jika menggunakan pakaian itu.” Syamir dengan spontan memuji penampilan Syahira.

“Cantik apaan? Baju apa sih ini? kuno banget.”

“Itu gamis Sya. Kamu lebih cocok menggunakan pakaian seperti itu daripada pakaianmu yang sebelumnya.”

“I know kalo ini gamis. Cuman modelnya gak banget deh. Kamu buta atau gimana sih? Masa pakaian jadul kaya gini dibilang lebih bagus dari pada gaunku?”

“Gamis itu rapih dan lebih tertutup dibanding baju gaunmu yang sebelumnya. Karena sekarang saya suamimu saya punya kewajiban untuk mengingatkanmu pasal auratmu Sya.”

“Eh, inget ya! Aku terpaksa menikah denganmu. Lagi pula kita akan berpisah sebentar lagi, jadi gak usah sok-sok an mau ngatur hidup aku. Atur aja hidup kamu sendiri.”

“Astagfirullah, istigfar Sya.”

“Ah, udahlah. Aku malas berdebat dengan kamu. Kita mau lanjutin perjalanannya atau enggak sih? Malah banyak omong.”

Syamir hanya bisa mengelus dada, Syahira wanita yang ada di hadapannya ini sangatlah berbeda jauh dari Zulaikha. Tetapi sudah nasib Syamir untuk bersama dengan Syahira saat ini. Bagaimana dengan Zulaikha? apakah ia akan meninggalkan dan melupakan Syamir setelah apa yang sudah terjadi pada Syamir? Syamir hanya bisa bersabar dan mencoba mengikhlaskan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Syamir dan Syahira lalu melanjutkan perjalanan mereka. Hari sudah mulai sore, tapi Villa itu masih jauh. Belum lagi seharian ini mereka belum makan ataupun minum. Syahira kini mulai terlihat lemas. Jalannya semakin memelan.

“Sya, kita istirahat sebentar ya. Nampaknya Sya kelelahan.” Syamir lalu mengajak Syahira untuk duduk di sebuah batu besar.

“Minum dulu Sya.” Syamir lalu mengeluarkan botol minumnya yang tinggal terisi setengah.

“Sya, kaki kamu kenapa?” Syamir kaget saat melihat kaki Syahira yang memar.

“Ini gara-gara heels yang aku pake. Nyesel deh aku pake heels kalo ujung-ujungnya bakal kayak gini.” Syahira lalu melepaskan heelsnya.

“Ya sudah, pakai sendal Syam saja ya. Nih!” Syamir lalu melepaskan sendalnya dan memberikannya pada Syahira. Syahira lalu menerimanya.

“Gak papa nih? Terus kamu pake apa dong?”

“Alah, saya sudah terbiasa jalan tanpa sendal kok.”

Syahira menatap Syamir untuk beberapa saat, dalam hati Syahira ia merasa terharu atas perbuatan Syamir. Jarang sekali ada pria yang seperti itu.

Saat di jalan Syamir tak sengaja menginjak sebuah pecahan kaca. Telapak kakinya mengeluarkan darah yang lumayan banyak. Syamir lalu menghentikan langkahnya. Ia meringis kesakitan saat mengeluarkan pecahan kaca itu dari kakinya. Syahira nampak tak tega melihat Syamir yang terluka. Ia lalu mengeluarkan salah satu baju dari dalam tas dan merobeknya. Kain robekan baju itu lalu digunakan untuk melilitkan kaki Syamir yang terluka. Syahira tampak lihai dalam membalut luka Syamir.

“Kamu bisa kehilangan banyak darah jika dibiarkan terus begini. Wait, karena ini di hutan harusnya ada tanaman liar yang bisa mengobati lukamu. Aku akan mencarinya. Kamu tunggu di sini ya.” Syahira lalu mencari tanaman herbal yang tumbuh liar di sekitar tempatnya kini. Ia akhirnya menemukannya, ia lalu memetik daunnya beberapa lembar.

Syahira lalu melumatkan daun itu dan mengoleskannya pada luka Syamir. Akhirnya pendarahan di luka Syamir pun berhenti.

“Terima kasih Sya. Kau tampak ahli dalam mengobati.” Ucap Syamir.

“No problem, lagi pula kamu sudah meminjamkan sendalmu untukku. Jadi anggap saja ini sebagai balas budi.”

Syamir lalu tertawa saat mendengar jawaban dari Syahira.

Mereka lalu melanjutkan perjalanannya lagi. Akhirnya setelah jalan kaki yang cukup jauh mereka pun berhasil keluar dari hutan. Mulai nampak beberapa rumah yang berada di pinggir jalan. Syamir lalu memutuskan untuk berhenti di salah satu warung di pinggir jalan untuk membeli beberapa makanan. Untungnya saat pergi si Mbok telah mengemasi barang-barang yang Syamir perlukan dan beberapa lembar uang saku. Setidaknya cukup untuk beberapa hari ke depan.

“Ini, makanlah.” Syamir menyodorkan sebungkus roti pada Syahira.

“Thanks.”

Mereka pun mengisi perut mereka yang telah kosong sejak pagi tadi.

“Biasanya akan ada ojek yang lewat sini. Kita tunggu saja di sini ya. Pasti sebentar lagi datang.”

Tak lama ojek pun datang. Ternyata warung itu juga adalah pangkalan bagi beberapa ojek di sekitar sini. Syamir dan Syahira lalu melanjutkan perjalanan mereka dengan menaiki ojek. Jarak dari warung itu ke Villa milik Syahira tidak terlalu jauh jadi sebelum matahari terbenam mereka telah tiba di sana. Syahira begitu gembira saat sampai di Villanya. Akhirnya ia bisa kembali ke kehidupan semulanya setelah ia tersesat jauh ke desa terpencil itu. Tetapi Syamir merasa sebaliknya, kini ia akan berpisah dengan Syahira di sini. Entah kenapa Syamir merasa berat hati saat harus berpisah dengan Syahira. Pernikahan mereka hanya bertahan sehari. Syamir harus menalak Syahira segera. Syamir juga bingung kemana ia akan pergi setelah ini?

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

ALLAH MNJODOHKN LO DGN SYAHIRA AGAR LO BSA BWA SYAHIRA HIJRAH, MSKI DIAWALI DGN KSALAHFAHAMAN SI LURAH.. NMUN ITULH TAKDIR JODOH LO, JIKA LO BSA BIMBING SYAHIRA, ITU MNJADI PAHALA BUAT LO..

2023-08-22

0

Maya Ratnasari

Maya Ratnasari

biasanya kalo pakai kata kata "just" itu akan menjadi kalimat lampau. cukup bilang: you scared me

2022-11-30

0

Ainisha_Shanti

Ainisha_Shanti

pernikahan bukan hanya setakat mengikat antara dua insan, akan tetapi juga akan mengikat hati dua insan tanpa disedari. walaupun baru nikah tak sampai sehari, sudah ada rasa keberatan saat ingin melepaskan.

2022-09-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!