Lagi dan lagi

Semua orang-orang kantor menatap Jesslyn penuh ke irian bahkan ada juga yang menunjukkan tingkah jijik nya saat melihat Jesslyn yang sedang berjalan dengan Marsen, Jesslyn sudah berkali-kali mengatakan pada Marsen agar berjalan lebih dulu namun Marsen terus menolak nya karena Loly sudah menyerahkan pada nya.

"Apakah nona Loly yang menyuruh tuan Marsen berjalan dengan sampah menjijikkan itu?" Tanya mereka dengan berbisik bisik, mereka sangat tahu bagaimana dekat nya hubungan Jesslyn dengan Loly.

"Mungkin saja karena keinginan Jesslyn sendiri, kau tahu bukan apa maksudku? bagaimana pun Loly sangat mudah di bohongi."

"Haha mungkin saja..."

Marsen mendengar apa yang mereka bicarakan, dia melirik Jesslyn yang hanya diam dengan menundukkan kepalanya. Se sabar sabar nya Jesslyn, dia tahu titik lelah nya juga. Tanpa rasa ragu, Marsen merangkul pundak Jesslyn agar berjalan dengan tegak di hadapan mereka.

"Kak Marsen." Gumam Jesslyn, dia tidak mau memperburuk suasana.

"Tidak apa-apa, aku sendiri yang akan menghajar mereka jika berani melukai mu." Ucap Marsen dengan berbisik pelan.

"...." Jesslyn tidak bisa menolaknya karena takut mempermalukan Marsen juga, karena itu lah dia hanya diam dan pasrah saat Marsen membawanya pergi dari sana.

"Kau dari mana sa.."

BRAKKKK!!

Marsen melemparkan semua dokumen yang sebelumnya di pegang oleh Jesslyn dan melemparkannya ke wajah wanita tersebut yang nampak diam tak berkutik.

"T-tuan Marsen?" Ucap nya dengan penuh ketakutan.

"Apakah begini cara kerja anda?" Tanya Marsen dengan datar dan dingin.

"Kak..." Jesslyn menarik tangan Marsen agar tidak menimbulkan keributan di sana, Marsen yang melihat itu hanya mendengus.

"Jika kalian berani lagi memperlihatkan Jesslyn seperti tadi, jangan harap aku akan tinggal diam!" Datar nya dengan menarik tangan Jesslyn dan membawanya pergi untuk masuk kedalam ruangan Liam.

BRAAAKKKKK!!!

Marsen menendang pintu ruangan Liam, di sana terlihat sosok Liam yang sedang bermesraan dengan wanita. Setahu Jesslyn, itu adalah rekan kerjanya yang berasal dari luar negeri yang memang sering datang ke mansion nya.

"BAJINGAN!!"

DUGHH!

"BRENGSEK!!!"

DUGHHH!!

Marsen menyerang Liam dengan membabi buta, Jesslyn yang melihat itu segera menarik tubuh Marsen agar berhenti memukuli Liam yang terlihat tidak berdaya di lantai, Liam terkekeh dan meludah saat menatap Jesslyn.

"Sayang..." Panggil wanita itu dengan membantu Liam.

"Kau pergilah, aku akan menemui mu malam ini." Balas Liam dengan mencium bibir wanita tersebut di hadapan Jesslyn yang langsung memalingkan wajahnya ke arah samping.

"Baiklah..."

Setelah kepergian wanita itu, Liam berjalan mendekati Marsen dan menghajar wajah nya hingga Marsen jatuh terduduk dengan bibir yang sobek.

"HENTIKAN!" Suara lantang Jesslyn membuat Liam dan Marsen terdiam, Jesslyn segera membantu Marsen dengan tubuh yang bergetar. Ini pertama kalinya dalam setahun Jesslyn berani mengeluarkan suara keras nya di hadapan Liam.

"Aku akan membunuh laki-laki sialan ini! lepaskan aku Jes!" Ucap Marsen.

"Heh, membunuh ku? apa karena wanita ini?" Sindir Liam tanpa menyebutkan nama Jesslyn, Jesslyn ingat dengan jelas bahwa Liam hanya pernah mengucapkan nama nya saat di altar dulu.

"Liam! aku tidak pernah mengira bahwa kau sangat brengsek!" Datar Marsen.

"Brengsek? kau tanya pada dirinya, siapa yang lebih brengsek hah!! dia sendiri yang ingin seperti ini, benarkan tuan putri?" Tanya Liam dengan menatap Jesslyn dengan tatapan yang penuh kebencian.

"Brengsek!!" Marsen kembali memukul Liam namun kali ini Liam tidak diam saja, dia melawan hingga akhirnya keduanya saling memukul dengan pakaian yang sudah berantakan.

Jesslyn segera menarik tangan Liam yang hendak memukuli wajah Marsen yang terlihat tak bertenaga di bawah nya, namun Liam yang merasa di pegang oleh Jesslyn pun segera menghempaskan nya hingga membuat Jesslyn jatuh dengan kepala yang membentur ujung meja yang terbuat dari kaca.

"Jesslyn!!!" Teriak Marsen karena melihat darah yang menetes di lantai, posisi wajah Jesslyn sedang menunduk dengan rambut yang berantakan. Jesslyn yang merasa nama nya di panggil hanya mendongak saja menatap Marsen yang langsung melotot kan matanya, darah segara mengalir membasahi pelipisnya bahkan hingga dagu.

Jesslyn bangkit dari duduknya meskipun kepalanya sakit bahkan sangat sakit namun dia tetap paksakan untuk bisa berjalan mendekati Liam yang hanya diam.

"Apakah aku begitu buruk sehingga kau tidak pernah menatap ku?" Tanya Jesslyn pada Liam.

"Apakah aku terlalu rendah untuk bisa bersanding denganmu?"

"Apakah aku terlalu murahan agar bisa menikah denganmu?"

"Apakah aku terlalu manja untuk bisa menjadi istri mu?"

"Apakah aku terlalu egois karena aku begitu mencintaimu?"

"Jika iya, tolong maafkan aku.... Aku sudah berjanji pada mu bahwa aku akan berubah, kau lihat? aku sudah tidak sama seperti dulu." Jesslyn tersenyum lebar di saat air matanya mengalir bercampur dengan darah nya juga.

"A-aku sudah berubah, aku sudah tidak manja. Aku sudah tidak mengadu lagi, aku sudah bisa melakukan semuanya sendiri, aku juga sudah bisa memasak bahkan.... Bahkan aku bisa menghasilkan uang sendiri, aku tidak pernah memakai uang mu selama ini." Lirih Jesslyn dengan terus melangkah mendekati Liam yang hanya mematung di tempatnya.

"Aku tidak pernah marah saat kau membawa wanita lain ke mansion, aku juga tidak pernah menanyakan hubungan mu dengan wanita lain, aku juga tidak pernah mengatakan apakah aku senang atau tidak, aku...." Jesslyn menundukkan kepalanya karena tidak kuat untuk melanjutkan ucapannya lagi.

"Aku hanya ingin kau bahagia Liam, aku ingin membuat mu bahagia tapi.... Maafkan aku, aku memang belum bisa berubah. Aku masih egois seperti dulu, aku hanya menginginkan kau untuk diriku sendiri tanpa tahu bagaimana rasanya menjadi mu."

"Aku akan bertanya untuk terakhir kalinya pada mu, apa kau benar-benar tidak bisa menerima ku? aku tidak akan mempermasalahkan apa kau mencintaiku atau tidak, aku hanya ingin kau menerima keberadaan ku. Apa kau bisa melakukannya?" Tanya Jesslyn dengan berdiri di depan Liam.

Liam yang melihat ekspresi Jesslyn yang begitu mengenaskan hanya diam dan memalingkan wajahnya ke arah samping, Jesslyn yang melihat itu langsung terkekeh hingga membuat Liam dan Marsen menatap nya.

"Aku mengerti sekarang, aku izin pulang. Kepala ku sangat sakit, ahh maafkan aku karena mengadu pada mu. Tapi kau tenang saja, aku mengatakan nya pada kak Marsen." Senyum Jesslyn pada Marsen.

"Jes... " Panggil Marsen karena Jesslyn pergi dengan berlari kecil.

Marsen menatap Liam datar, sebelum akhirnya pergi mengejar Jesslyn yang terlihat terkejut dengan sosok Loly yang ternyata mendengarkan semua pembicaraan mereka.

"Aku akan menjelaskan nya nanti padamu..." Senyum Jesslyn pada Loly yang terlihat menangis di tempatnya.

Terpopuler

Comments

dita18

dita18

sedih bngt uuuiiiy😢😢

2023-02-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!