Tubuh Jesslyn ambruk di balik pintu yang baru saja ia kunci itu, kedua tangannya ia gunakan untuk membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tangisnya. Air mata nya mengalir dengan begitu deras, rasa sakit pada tubuh nya yang sebelumnya ia rasakan kini terasa hilang, yang ada rasa sakit di hati nya yang terasa begitu besar.
Seperti ada ribuan ton besi yang menimpa dada nya hingga membuat nya sesak dan kesakitan seperti sekarang, tubuhnya bergetar karena tangis.
"Apakah segitu buruk nya aku sehingga kau..." Ucap Jesslyn dengan menatap foto pernikahan mereka, terlihat Jesslyn yang tersenyum lebar dan Liam yang diam dengan wajah tak senang nya.
Jesslyn berjalan dengan gontai menuju meja rias nya, dia terlihat cantik namun mengenaskan. Dengan tubuh yang terlihat kurus, wajah pucat, dan tubuh yang di penuhi banyak memar.
Jesslyn menatap cincin pernikahannya yang ia simpan di balik kalung nya, di ambilnya secara paksa hingga terlepas dan membuat leher nya berdarah namun Jesslyn tidak peduli.
Di tatap nya cincin pernikahan tersebut yang terlihat noda darah di sana karena saat pemasangan cincin, Liam sengaja membeli cincin yang ukurannya tidak sama seperti jari nya hingga akhirnya Liam memasangkan cincin tersebut dengan paksa hingga membuat jari Jesslyn terluka.
Jesslyn tak ambil pusing karena menurutnya, Liam hanya sedang kesal dan salah membeli ukuran cincin. Namun siapa sangka? ternyata Liam sengaja melakukannya agar Jesslyn sadar bahwa di hari pernikahan itu, Jesslyn akan sama menderita untuk kedepannya.
Tok tok tok tok tok
"Nona?"
Jesslyn hanya diam dengan fokus menatap cincin pernikahannya, merasa tak ada balasan akhirnya pelayan tersebut masuk untuk meletakkan air minum untuk Jesslyn yang selalu kehausan setiap malam nya.
"Nona?" Kaget nya yang langsung menghampiri Jesslyn.
"Nona? apa anda baik baik saja? saya akan mengambil obat dulu..." Ucap nya dengan tergesa-gesa, dia mencari kotak obat di sana dan segera membawa nya ke samping Jesslyn.
"Nona, saya mohon jangan seperti ini..." Takut nya dengan air mata yang sudah mengalir, dia bisa melihat dengan jelas tatapan pasrah dan menyerah dalam diri Jesslyn.
Dengan tubuh yang bergetar, dia segera mengobati leher Jesslyn yang tergores akibat kalung tersebut. Setelah selesai, pelayan tersebut segera menuntun Jesslyn ke ranjang dan membantu nya untuk merebahkan tubuhnya.
"Nona...."
"Aku baik-baik saja bi..." Balas Jesslyn dengan memejamkan matanya pelan.
"Saya akan menjaga nona disini..." Ucap nya dengan bangkit dari tempat duduknya.
"Bi, tolong buka kan pintu balkon nya..." Ucap Jesslyn.
"Baik nona..."
Pintu kaca tersebut terbuka lebar hingga memperlihatkan keindahan langit yang di penuhi dengan bintang, Jesslyn tersenyum saat melihat bulan yang begitu bersinar terang.
"Bukankah sudah jelas? Liam seperti bulan yang bersinar terang sedangkan aku? aku seperti bintang yang berada di ribuan bintang lainnya. Terlihat redup dan kurang bersinar. Kenapa aku tidak sadar?" Ucap Jesslyn dengan tangan yang terulur untuk bisa menjangkau bulan.
"Nona, meskipun bintang yang nona maksud kan itu terlihat redup namun percayalah... Semua bintang juga memiliki kehidupan dan kebahagiaan sendiri untuk bisa menyinari seseorang yang membutuhkan sinar nya tersebut." Balas sang pelayan yang membuat Jesslyn terdiam.
".... Maksud bibi? aku harus mencari seseorang yang membutuhkan sinar ku itu?" Tanya Jesslyn dengan duduk dan bersandar pada ranjang.
"Bukan mencari, namun nona tidak sadar bahwa banyak seseorang itu yang lebih membutuhkan sosok anda." Senyum pelayan nya dengan menatap Jesslyn yang hanya diam.
"Apakah aku egois karena aku lebih memilih ingin menyinari bulan tersebut?" Tanya Jesslyn dengan tersenyum kecil.
"Bukan egois namun hal itu akan membuat nona semakin terkucilkan dan justru, membuat nona sendiri jatuh semakin dalam." Jelas nya yang lagi-lagi membuat Jesslyn tersenyum bahkan sampai cekikikan.
"Aku rasa ini semua karma yang aku tanam selama ini bi, aku akan menerima nya dengan senang hati. Tunggu hingga aku benar-benar lelah, mungkin saat itu juga aku akan memilih untuk mundur...." Jelas Jesslyn dengan melihat kertas putih yang tergoletak di atas meja samping tempat tidurnya.
"Nona...."
"Tidak apa-apa, aku memang pantas mendapatkan semua ini." Senyum Jesslyn dengan membaca kertas tersebut yang hampir setiap hari ada di kamar nya.
••••
Pagi ini, Jesslyn sibuk berkutat dengan dapur. Dia memasak banyak makanan dan itu semua menu favorit Liam, meskipun akhirnya Jesslyn tahu akan seperti apa namun dia tidak peduli.
"Selamat pagi..." Sapa Jesslyn dengan tersenyum lebar pada Liam yang muncul dengan wajah tampan nya itu.
"..." Seperti biasa, lagi dan lagi Liam tidak menghiraukan sosok nya. Bagi Jesslyn, dia seperti patung di hadapan Liam.
"Aku masak makanan kesukaan mu lagi, ayo makan..." Ajak Jesslyn.
"Bi, aku akan makan di kantor." Balas Liam dan pergi begitu saja meninggalkan Jesslyn yang nampak diam.
"Nona..." Panggil mereka dengan khawatir.
"Tidak apa-apa, kalian makan saja ya. Aku juga mau bersiap pergi ke kantor..." Senyum Jesslyn seakan-akan tidak terjadi sesuatu pada nya.
"Nona, kami mohon jangan lagi...." Lirih mereka setelah melihat kepergian Jesslyn menuju tangga, mereka sedih melihat kejadian seperti ini yang setiap hari terjadi.
Jika mereka seperti Jesslyn, mungkin sudah lama mereka memilih untuk menyerah. Mereka sangat penasaran, di buat dari apa hati Jesslyn itu? kenapa sangat kuat?
"Nona, makan dulu..." Ucap sang pelayan namun Jesslyn hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Aku akan makan di kantor bi..." Balas Jesslyn yang terlihat terburu-buru itu.
Di depan, Jesslyn berpapasan dengan Marsendio. Dia adalah sahabat dekat nya Liam setahu Jesslyn, Marsen terlihat tampan dengan jas nya yang rapi.
"Ahh Jesslyn?" Tanya nya dengan tersenyum lebar, dia ingat wajah cantik Jesslyn dua tahun yang lalu sebelum Jesslyn berpenampilan seperti sekarang, sebelum Liam menyuruh nya untuk berpenampilan seperti saat ini.
"Kak Marsen?" Gumam Jesslyn, dia tahu siapa Marsen dan berharap Marsen mau merahasiakan semuanya dari Loly karena mereka saudara kandung.
"Apakah kita bisa berbincang?" Tanya nya dengan tersenyum kecil.
"Tapi..." Jesslyn melihat tangan nya yang penuh dengan berkas milik rekannya itu, pagi ini harus segera di selesaikan.
"Tidak apa-apa, aku sudah meminta izin pada Liam meskipun dia...."
"Baiklah ayo, lain kali jangan meminta izin. Bagaimana pun juga dia tidak akan peduli hahah..." Tawa Jesslyn yang terselip kesedihan yang sudah mendalam.
"Aku tahu, tapi kau bukan lagi wanita lajang Jes." Senyum nya dengan membawa Jesslyn untuk duduk di salah satu kursi yang ada di dekat pohon.
"Aku tahu, tapi aku sama seperti wanita lajang."
"...."
"Sudahlah, ada apa?" Tanya Jesslyn dengan penasaran.
"Kau tahu? adikku Loly, dia memintaku agar membantu mu keluar dari perusahaan Liam dan menyuruhku untuk membawa ke perusahaan ku." Jelas nya yang membuat Jesslyn melototkan matanya.
"Percaya tidak percaya, Loly begitu menyayangi mu Jes.... Dia menyuruhku datang kemari hanya untuk mengatakan hal ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
UmMalla
lanjut masih nyimak
ceritanya Bagus mudah²an kedepanya tambah menarik lg
2022-09-01
1
Zahra Flo
next ka
2022-08-04
1