Gagal Bertunangan
Dina pun memberanikan dirinya untuk mendekat ke arah Exsel.
"Exs..., tenangkan dirimu!" titah Dina pada Exsel sambil memegangi bahu Exsel berniat untuk menenangkannya.
"Bagaimana Aku bisa tenang Dina, Aku sudah gagal Din, Aku gagal .. !!" seru Exsel sambil menghentak-hentakkan tangannya ke dada bidangnya dengan penuh emosi. Betapa tidak hancur hati Exsel karena ia telah gagal membahagiakan Kekasihnya, bahkan ia sudah mempersiapkannya dengan matang, akan tetapi justru perencanaan itu terbuang sia-sia.
"Dina, tolong Aku Din, please...!" ucap Exsel sambil mengatupkan kedua tangannya seraya memohon.
"Exs, Aku tak tau bagaimana harus menolongmu, Aku..." ucap Dina terhenti seketika karena Exsel tiba-tiba memeluknya.
Greeeppp...
Pelukan dari Exsel membuat Dina membelalakkan matanya terkejut, sekaligus membuatnya terdiam mematung di tempat.
"Biarkan seperti ini, Din! Ku mohon! Aku butuh kekuatan!" ucap Exsel sambil memeluk tubuh mungil Dina. Sayangnya Dina tak membalas pelukan tersebut.
"Exs .." ucap Dina berusaha menetralisir jantungnya yang entah mengapa berdetak lebih kencang.
"Dina, hanya kau lah yang bisa menenangkan hatiku, Aku tak tau dengan apa yang harus Aku lakukan jika kau tidak ada di sini." ucap Exsel dengan meneteskan air matanya yang jatuh dari pelupuk matanya, masih dengan posisi memeluk Dina yang hanya terdiam tak bisa berkata apa-apa.
Setelah satu menit lamanya mereka berpelukan, akhirnya Exsel pun melepaskan pelukannya. Dan di saat itu pula Dina pun membuka suaranya dengan berkata, "Exsel sudah jangan begitu, Aku akan membantumu sebisaku dengan cara..." ucap Dina terhenti seketika. "Ya Tuhan, Aku benar-benar tak tau harus berkata apa, karena Exsel telah menghancurkan perasaan Vanya Sahabatku, tapi di sisi lain Aku merasa kasihan melihat Exsel," batinnya.
Melihat Dina yang hanya diam, Exsel pun lalu membuka suaranya dengan berkata, "Cara apa Din? Kenapa berhenti? Cepat katakan kepadaku Din!" seru Exsel dengan nada bercampur emosi menatap Dina tajam, sambil mengguncang tubuh Dina dengan memegang kedua bahu Dina.
"Dengan cara, kau harus melupakan Vanya, karena Aku tak yakin Vanya akan memaafkan mu setelah ini," ucap Dina datar. Seketika itu pula Exsel menghempaskan tubuh Dina hingga terhuyung ke belakang.
Braakkk....
"Kau mungkin benar jika Vanya tak akan memaafkanku, karena Aku juga merasa bersalah dalam hal ini," ucap Exsel mengakui jika dirinya memang bersalah.
"Benarkah?? Jika kau merasa bersalah, maka buktikan ucapanmu Tuan Exsel, jangan bisanya hanya mempermainkan hati seorang wanita," sahut Dina.
"Heh, okey siapa takut! Aku akan membuktikannya di hadapanmu setelah Aku kembali dari Singapore, ingat itu!" ucap Exsel tak mau kalah dengan begitu saja. Ia ingin membuktikan pada dunia bahwa Ia sangatlah mencintai Kekasihnya (Vanya).
"Ohhh jadi kau akan kembali ke Singapore? Bukankah kau bilang akan membuktikannya? Kalau kau bisa membuktikannya, buktikan malam ini juga Exsel, jangan mengulur waktumu!" balas Dina dengan tersenyum kecut.
"Dasar plin-plan! Bukannya tadi kau ingin membantuku? Kenapa sekarang kau malah menantangku?" ucap Exsel bingung dengan sikap Dina yang berubah-ubah.
"Jujur Exs, hatiku juga ikut hancur ketika kau bilang Papamu telah menghubungimu karena ada suatu urusan, hingga membuat sebuah acara yang sudah kau rancang sedemikian rupa menjadi batal dengan begitu saja, apa kau tak memikirkan perasaan Vanya?"
"Aku memikirkannya Dina!
"Jika kau memikirkannya seharusnya kau bisa meluangkan waktumu sebentar untuk memenuhi keinginanmu dan juga Vanya,"
"Tapi Din, Papa ku memintaku agar kembali ke Singapore sekarang juga..."
"Hmm ya, dari sini lah Aku tidak tau harus berada di pihak yang mana, tapi yang jelas Aku sangat kecewa dengan keputusanmu! Hanya sampai disitu kah perjuanganmu?" sahut Dina dengan melontarkan sebuah pertanyaan pada Exsel.
Bukannya menjawab pertanyaan dari Dina, justru Exsel malah bersimpuh dihadapan Dina dengan berkata, "Dina, maafkan Aku ..." ucapnya dengan nada memelasnya.
"Tak ada gunanya kau meminta maaf kepadaku Exs, berdirilah, kau itu seorang Pria, tak seharusnya kau memohon-mohon seperti itu!" ucap Dina masih dengan mode dinginnya.
Exsel pun lalu berdiri menuruti perintah dari Dina. "Exs, hari sudah semakin gelap, segera berangkatlah ke Singapore, Bukankah Kakekmu sedang menunggumu?" tanya Dina pada Exsel memastikan.
"Tapi Din, bagaimana dengan Vanya ketika mengetahui hal ini, bahkan Aku tak bisa membayangkannya, dia pasti sangat kecewa," ucap Exsel dengan nada memelasnya sambil terduduk lemah di kursi.
Entah mengapa hati Dina begitu tak tega melihat Exsel bersedih, namun di sisi lain Ia juga tak terima dengan apa yang sudah di lakukan Exsel pada Sahabatnya.
Hingga akhirnya Dina pun membuka suaranya dengan berkata, "Aku tak tau Exs, tapi yang jelas Aku yang akan mencoba menjelaskan padanya nanti," sahut Dina.
Exsel pun tertegun dengan perkataan Dina, ia pun lalu membalasnya dengan berkata, "Dina, apakah berarti kau benar-benar serius ingin membantuku?" tanyanya.
"Aku serius Exs, tapi Aku tak bisa berjanji jika nantinya Vanya akan marah dengan sikapmu yang sangat kelewat batas, bahkan tanpa kau sadari kau sudah mempermalukan Kekasihmu, Exs!"
"Jika kau ingin Vanya bahagia, lanjutkan acara pertunangan ini, Exs!" sambung Dina panjang lebar.
Saat mereka sedang asyik beradu argumen tiba-tiba saja Kakek dari Exsel pun datang dengan berkata,
"Tak akan ada yang namanya pertunangan, karena Exsel akan bertunangan dengan orang pilihanku!"
"Apaaa??" ucap Dina dan Exsel secara bersamaan.
"Kakek? Apa yang kakek katakan??" tanya Exsel memastikan ucapan dari sang Kakek.
"Exsel, sudah berapa kali Kakek bilang, kau itu tidak pantas jika bersanding dengan dokter Vanya, kau pantasnya hanya dengan Maura, dan kau Dina, kau jangan pernah datang untuk mempengaruhi Cucuku, karena Cucuku sudah menyetujui perjodohan itu!"
"Apaaa?? Brengsek kau Exsel ternyata kau seorang pengkhianat, Aku benar-benar membencimu!
"Dina, tenangkan dirimu, Aku bisa menjelaskan nya! Yang dikatakan Kakek itu tidak benar, Din!" ucap Exsel berusaha menjelaskan kepada Dina. Namun sayangnya Dina tak ingin mendengarkan penjelasan dari Exsel lagi. Enter mengapa hatinya begitu sakit mendengar perkataan Kakek Exsel yang menyatakan bahwa Exsel telah menyetujui perjodohan itu.
"Cukup Exs! Tak perlu penjelasan lagi, tapi yang jelas kau sudah mengkhianati Sahabatku yang itu berarti kau juga telah mengkhianati ku, mengerti!" tegas Dina dengan tersulut emosi. Tanpa mereka sadari ada empat mata yang sedang melihat perdebatan di antara mereka.
"Dan satu lagi, jangan pernah mengusik Vanya!" lantang Dina memperingatkan Exsel.
"Cukup Dina! Sahut seseorang yang tiba-tiba saja datang dengan ditemani Erlin. Sontak saja membuat Exsel dan juga Dina membelalakkan matanya terkejut melihat siapa yang datang.
"Vanya, kau??" ucap Dina dan Exsel secara bersamaan, dengan nada keterkejutannya.
"Apa yang telah kau katakan, Dina? " sahut Vanya bertanya pada Dina.
Sementara Dina masih terdiam, ia benar-benar tak menyangka jika Vanya akan datang lebih awal dari jam yang sudah ditentukan oleh Exsel. Sedangkan Kakek dari Exsel yaitu Tuan YouJi tersenyum penuh kemenangan melihat kekasih dari Cucunya datang.
"Akhirnya kau datang juga, dokter Vanya," ucap Tuan YouJi.
"Kakek, kakek gimana kabarmu?" sahut Vanya menanyakan kabar dari Kakek Exsel. Akan tetapi bukannya menjawab pertanyaan dari Vanya, justru Tuan YouJi malah berkata kasar kepadanya.
"Cukup dokter Vanya! Saya tak butuh perhatian darimu!"
"Kakek kenapa kakek begitu?" tanya Vanya heran dengan sikap Kakek dari Kekasihnya. Belum sempat Tuan YouJi menjawabnya, Dina pun tiba-tiba menyahutnya dengan berkata, "Itu karena Kakek telah menjodohkan Exsel dengan Wanita lain Vanya! Dan Exsel telah menyetujui perjodohan itu," sahutnya.
Plaaakkkk...
Tamparan keras dilayangkan oleh Vanya pada Dina.
"Dina cukup!" lantang Vanya tersulut emosi mendengar tuduhan yang dilontarkan Dina pada sang Kekasih.
"Vanya tenangkan dirimu, biarkan Dina menjelaskannya!" ujar Erlin menimpali.
"Menjelaskan bagaimana lagi sih, Er? Jelas-jelas Dina menuduh Kekasihku yang tidak-tidak ..." jawab Vanya berusaha membela sang Kekasih.
"Sayang kenapa kau hanya diam? Lakukan sesuatu, Dina telah menuduhmu!" sambung Vanya dengan berjalan mendekat ke arah Exsel.
Bukannya menjawab, Excel justru sama sekali tak berkutik, dan terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
"Yang kenapa diam? Bukankah Dina telah menuduhmu?" lagi-lagi Vanya melontarkan berbagai pertanyaan pada Exsel. Namun belum juga Exsel menjawab, Tuan YouJi pun menimpalinya dengan berkata, "Dokter Vanya, ucapan dari Sahabatmu itu benar adanya, jika Exsel akan segera bertunangan, tapi tidak denganmu dokter Vanya!" tegasnya.
Sontak saja membuat Vanya terkejut dengan pernyataan Tuan YouJi, "Apaaa???"
"Sayang, katakan padaku kalau itu semua itu bohong kan Yang?" tanya Vanya pada Exsel memastikan.
"Sayang dengarkan Aku dulu, itu tidak seperti yang dikatakan oleh Kakek! Kakek telah berbohong kepadamu," ucap Exsel berusaha menjelaskan.
Plaaakkk....
Tamparan keras dilayangkan oleh Vanya mengenai pipi Exsel.
"Cukup Exsel, kau benar-benar keterlaluan! Aku benar-benar tak menyangka jika kau berbuat seperti itu kepadaku Exsel, hiks... hiks.. hiks.." ucap Vanya dengan menangis sesenggukan.
"Sayang ku mohon dengarkan Aku, semua ucapan Kakek itu bohong, Van!"
"Stop Exs, Aku tak butuh penjelasan darimu, oh ya untuk apa kau menyiapkan pesta pertunangan kita? Apakah kau hanya ingin mempermalukanku saja, begitu kan??"
"Bukan begitu Vanya, Aku ..."
Plakkk....
Lagi-lagi Vanya melontarkan sebuah tamparan keras di pipi sisi kiri Exsel.
"Brengsek kau Exs ..., dasar pengkhianat, dasar pria b*jing*n!" umpat Vanya dengan kata-kata kotornya keluar dengan begitu saja dari mulutnya sambil memukul-mukul dada bidang Exsel dengan bertubi-tubi.
Sementara Erlin dan Dina pun segera memisahkan Vanya yang sedang memukuli dada bidang Exsel dengan bertubi-tubi.
"Vanya, tenangkan dirimu!" ucap Dina berusaha menenangkan Vanya.
"Bagaimana bisa tenang Din, Er.. ternyata Kekasihku yang selama ini Aku cintai dia telah berkhianat!
"Dasar b*jing*n kau Exsel!" lagi-lagi Vanya mengumpati Exsel. Namun Exsel hanya menatap sang Kekasih dengan tatapan mata yang tak dapat di artikan.
Exsel pun lalu mengalihkan pandangan menatap sang Kakek dengan mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya geram.
"Ini semua gara-gara Kakek..." ucap Exsel dingin dengan emosinya yang sudah memuncak sampai ke ubun-ubun.
"Simpan saja kemarahanmu itu Cucuku, tak ada gunanya kau marah denganku, karena kau sendiri pernah mengatakan kepada Kakek, jika Kau mau dijodohkan dengan Cucu teman Kakek," ujar Tuan YouJi pada sang Cucu. Tanpa menunggu jawaban dari Exsel, Tuan YouJi pun segera melangkahkan kakinya pergi, meninggalkan Exsel dan yang lainnya.
"Sudah puas kah kau sudah mempermainkan perasaan ku, Exs? Sudah puas kah kau mempermalukan aku, Exs?" tanya Vanya dengan menangis tertahan. Sesak, ya, yang pasti terasa sesak di dada.
"Aku tak bermaksud mempermainkanmu Vanya, tapi Aku..." ucapan Exsel pun terhenti seketika karena Dina memotongnya.
"Sudah Exs, simpan semua alasanmu itu! Lebih baik kita pergi dari sini Van, tak ada gunanya kita di sini berlama-lama ..." sambung Dina.
"Betul Van, kita harus segera memberi tahu keluargamu jika pertunangan mu telah batal, kau tenang saja Van, masih ada Pria yang lebih baik daripada Dia," ucap Erlin menimpali.
"Kau benar Er, masih ada Pria yang lebih baik lagi selain dia! Kalau begitu ayo kita pulang!" jawab Vanya lalu menarik tangan kedua Sahabatnya, tanpa menghiraukan Exsel yang hanya terdiam memandangi kepergian mereka.
**
Exsel Pov :
^^^Aku lah pengkhianat Cinta, dan Aku lah yang sudah menghancurkan hati seseorang yang sangat Aku cintai. ^^^
...****************...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments