Setelah makan malam selesai, biasanya tidak ada aktifitas lagi yang dilakukan, semua menuju kamar untuk beristirahat. Sari pun langsung masuk ke kamar, sebelum merebahkan badannya ke tempat tidur diliriknya sebentar kearah adik adiknya, ternyata semua adiknya sudah tidur dan terlelap, mungkin mereka terlalu kelelahan sehingga langsung tertidur. Bathin Sari dalam hati. Sebelum tidur sebentar Sari duduk dan tertunduk, ini rutinitas salah satunya untuk melepaskan rasa penatnya pikiran Sari berucap pelan"Tuhan berikan aku kekuatan dalam menjalani hidup ini, rasanya penat dan lelah, hamba tidak minta banyak Tuhan, cukupkan saja kebutuhan kami, jangan sampai adik adik ku ini kelaparan". Sari pun langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Sari menangis, rindu ibunya 'Seandainya ibu ada, mungkin aku tidak selelah dan setakut ini ibu, ibu temani anakmu ini selalu, bantu Sari Bu, mengapa ibu tidak ajak Sari ikut ibu saja?', Sari menumpahkan perasaannya, Sari terus menangis dan mencoba untuk menahan suaranya agar tidak kedengaran adik atau ayahnya.
Sari takut ayahnya tahu kalau Sari menangis, Sari pun tahu ayahnya pasti terpukul atas kepergian ibu, terkadang Sari juga memergoki ayahnya sedang menangis. Ayahnya bukan tidak peduli atau kurang bekerja keras, sedari dulu sewaktu ibu belum meninggal, ayah hanya menjaring ikan di danau, biasanya ibu setiap pagi menjualnya keliling kampung bertanya kepada tetangga apakah mau beli ikan, Setelah pulang dari danau ayah langsung beristirahat tidur, sebentar ke ladang dan membantu membuat gulungan benang untuk keperluan ibu menenun ulos, sore hari ke ke kedai sekedar nongkrong dan cerita dengan ayah ayah yang lain. Kalau kegiatan ibu, sebelum ayah pulang dari danau, ibu menyempatkan diri ke ladang atau kesawah, kalau ayah sudah pulang lalu berjualan keliling kampung untuk menjual hasil tangkapan ayah. Setelah itu barulah siap siap untuk menenun ulos, hingga sore hari, sesekali makan, atau ke kamar mandi untuk melepaskan dan melegakan sakit pinggang nya karena terlalu lama duduk.
****
Sari sudah bulat tekadnya untuk belajar menenun ulos, kemarin perihal meminjam beras kepada bibinya sudah diberitahu kan Sari kepada ayahnya " Ayah, kemarin Sari ada pinjam beras ke rumah bibi Ati, sebenarnya Sari mau pinjam untuk kebutuhan beras sampai panen nanti selama 2 bulan lagi, tetapi bibi Ati kebetulan juga tidak mempunyai beras, hanya cukup untuk kebutuhan beras menunggu panen 1 bulan lagi, tetapi bibi Ati mau memberi beras kepada kita hanya cukup untuk kebutuhan beras kita untuk beberapa hari ke depan saja", Alex diam saja, dan segera meninggalkan Sari dan menuju kamarnya, tidak lama kemudian Alex datang dan memberi lembaran uang kepada Sari."Ini ada sedikit uang, uang ini ayah pinjam kemarin untuk jaga jaga, mana tau ada keperluan mendadak, pandai pandai lah mempergunakan nya dengan sebaik baiknya", ucap Alex kepada Sari.
"Baik ayah", ucap Sari sambil menunduk dan mengangguk kan kepalanya.
Esoknya kebetulan hari Rabu berarti hari pekan, saatnya bagi warga membeli segala keperluan di kota.
Mengingat kejadian ibunya yang meninggal akibat kapal yang ditumpangi nya terbakar, banyak penumpang yang berlompatan keluar dari kapal untuk menyelamatkan diri, karena tidak tahu berenang dan kelelahan, sehingga seluruh penumpang kapal tidak selamat.
Sari sebenarnya agak takut untuk naik kapal, tetapi tidak ada lagi transportasi yang lain, hanya bisa di tempuh dengan naik kapal saja. Mau tidak mau Sari harus memberanikan diri, lama lama nanti juga akan terbiasa, guman Sari dalam hati.
Sari membeli kebutuhan seperlunya saja, dan berniat untuk membeli modal benang untuk bahan membuat ulos, sedikit banyak, Sari pernah menanyakan modal dan cara untuk membuat ulos dari mendiang ibunya. Sari sudah bulat tekadnya untuk membuat ulos tinggal tanya nanti kejelasan nya kepada tetangga nya, kebetulan seluruh ibu ibu disekitar rumah nya memang berkegiatan membuat ulos sebagai tambahan dari hasil berladang atau hasil dari sawah.
Setelah membeli kebutuhannya, saatnya Sari pulang kerumah, eits Sari ingat, momen ibunya pulang dari pekan sangat ditunggu tunggu nya dulu ketika mendiang ibunya masih hidup, pasti adik adiknya pun merasakan seperti yang ia rasakan, sebelum pulang Sari terlebih dahulu membeli pisang, martabak dan popcorn untuk adik adiknya.
Sampailah Sari di rumah, betul perkiraan nya, adik adiknya segera berlari menemui dan mengangkat keranjang belanjaan Sari, mereka pun segera mengeluarkan barang barang yang dibeli Sari dari pekan. Adiknya berteriak "Hore, ada martabak dan popcorn". Melihat moment itu tidak sengaja air mata Sari mengalir ke pipinya, bahagia rasanya bila melihat adik adiknya pun bisa bahagia.
"Terima kasih kakak", teriak adik adiknya berbarengan sambil mengunyah martabak yang ada di mulutnya.
"Iya", jawab Sari sambil tersenyum puas.
Melihat tetangga nya sedang menjemur benang di luar, Sari menghampiri ibu Tio, Sari sudah paham kalau cara menjemur benang yang dilakukan Bu Tio sekarang itu istilah nya "Mangunggas", benang itu tadinya di rendam dulu dengan air rebusan beras yang sudah di dinginkan, di rendam beberapa menit dan kemudian dijemur sambil disikat sikat dengan alat khusus agar tatanan benangnya rapi dan tidak serawutan, seperti menyisir rambut istilahnya kemudian setelah kering barulah digulung ke gulungan kaleng.
Sari mengungkapkan keinginannya untuk diajari bagaimana cara menyusun susunan benang agar berpola seperti motif bunga, corak atau kata kata, "Bu Tio, tolong ajari Sari menyusun corak ulosnya!, Sari mau membuat ulos Bu" ucap Sari memohon kepada Bu Tio.
"Mengapa kamu mau belajar bikin ulos?", tanya Bu Tio ingin tahu.
"Sari mau cari tambahan uang Bu", jawab Sari.
"Baiklah sebentar lagi kalau aku sudah selesai mengeringkan benang ini, aku akan lanjut tahap membuat corak, nanti kamu bisa perhatikan aku cara membuat nya", ucap Bu Tio.
"Baiklah Bu", jawab Sari dengan senang karena bu tio mau mengajarinya.
Tidak lama kemudian Bu Tio langsung lanjut tahap ke membuat coraknya ada peralatan khususnya, Bu Tio menjelaskan dari tahap awal hingga tahap akhir, Sari pun memperhatikannya dengan seksama dan serius. Dan Sari pun langsung mempraktekkan nya untuk membuat corak yang akan di tenunnya. Bu Tio kagum, Sari langsung mengerti.
"Sekarang tinggal tahap menenun nya", ucap Bu Tio kepada Sari.
Dan Bu Tio pun langsung saja mempraktekkanya. "Posisi kita duduk, kaki di luruskan kedepan, badan tegap, alat tenunan di ikatkan di pinggang dan selanjutnya tinggal memasukkan benang satu persatu kemudian ditekan tekan dengan alat khususnya, begitu seterusnya hingga selesai", jelas Bu Tio dengan panjang lebar kepada Sari. Sari pun manggut manggut, tanda dia paham dan mengerti, Sari pun tidak sabar untuk segera mempraktekkan nya di rumah, lantas Sari pun pamit izin pulang " Terima kasih banyak ya Bu Tio, Sari sangat senang dan bersyukur Bu Tio mau mengajari Sari", ucap Sari segera meninggal kan Bu Tio.
Sari pun segera mempraktekkan cara membuat ulos yang diajarkan oleh Bu Tio, segera Sari memasang semua peralatannya, Sari masih menyimpan semua keperluan menenun ibunya. Sari pun mulai menenun.
Adik adik Sari sigap membantunya, ada yang menjemur benang, ada yang menggulung benang dalam kaleng dan ada juga tahap menggulung benangnya pada sebuah peralatan, hampir seperti sumpit makan, adik adiknya pun sudah paham cara tersebut, karena mereka pun sudah diajari mendiang cara melakukannya. Untung nya semua adik adik Sari patuh dan cepat cepat menyahut kala dipanggil dan disuruh mengerjakan sesuatu.
Sari masih tahap pemula dan belum terbiasa, dia mengerjakan masih yang hati hati dan pelan pelan, takut ada yang salah, karena fatal kalau ada kesalahan, nanti harganya pasti di tawar semurah murahnya, tidak sebanding lagi dengan modal yang di keluarkan dan tenaga yang sudah kita keluarkan. 'Tidak apa apa pelan pelan dulu, kalau sudah paham dan terbiasa dengan corak dan motifnya serta warna warna benang yang dibutuhkan, nanti juga akan cepat cepat', bathin Sari dalam hati, sebagai penghibur dan penyemangat untuk diri nya sendiri.
Tetangga pada berkomentar negatif ketika melihat Sari menenun, karena Sari menenun posisinya berada di teras rumah, banyak orang yang lalu lalang melewati rumah nya. "Mengapa kamu menenun Sari, apakah ayahmu sudah tidak peduli lagi kepada kalian?", ucap tetangga meledek Sari.
"Tidak Bu, Sari hanya ingin cari tambahan untuk bisa menutupi kebutuhan rumah, mudah mudahan bisa nanti menyekolahkan adik adik semuanya".
Tetangga yang lewat tadi hanya bisa diam saja. 'Lama lama mereka pun pasti akan cuek saja', gumam Sari dalam hati.
Wajar saja mereka berkomentar, karena belum ada anak anak seumuran Sari yang melakukan kegiatan menenun ulos, dan wajar mereka berpikiran, bahwa Alex telah mengeksploitasi anak anaknya untuk menjadi tulang punggung keluarga. Selagi kita makan tidak dari tetangga, Sari tidak peduli apa yang dikatakan tetangga, toh masa depan mereka adalah bergantung dari usaha dan kerja keras mereka sendiri. Dan apabila mereka tidak makan belum tentu juga tetangga mau memberi mereka makan terus menerus, begitulah Sari menyemangati dirinya, dan semakin bersemangat untuk menjadi lebih baik lagi dan tentunya bisa menenun lebih cepat lagi, bisa dapat dan menjual ulos minimal 4 lembar setiap Minggu nya, seperti yang biasa dilakukan mendiang ibunya.
Tujuan Sari saat ini adalah bisa mencukupi kebutuhan adik adiknya, bisa membuat adiknya tidak kekurangan makanan, dan tersenyum bahagia bila melihat ada jajanan yang dibawa dari ketika pulang dari pekan, itu sudah cukup bagi Sari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments