Kisah Pilu Seorang Kembang Desa
Hari ini adalah hari Rabu, Sari pergi ke sekolah dengan penuh semangat, Sari permisi berangkat ke sekolah kepada Alex, ayahnya dan Santi, ibunya.
"Bu, hari ini ibu ke pekan (pasar) kan?, jangan lupa beli ikan kesukaan ku ya Bu, dan jangan lupa beli jajanan yang banyak" pesan Sari kepada Santi, ibunya.
"Iya, kamu yang rajin ya belajar nya, supaya adik-adikmu bisa ngikutin kamu nantinya, karena kamu adalah ibu bagi adik-adik mu nantinya" nasihat Santi kepada Sari.
"Ibunya adik-adik kan ibu, kenapa jadi Sari Bu" protes Sari.
"Sudah kamu berangkat sana, nanti terlambat" ucap Santi mengingatkan Sari.
Tidak ada pirasatnya bahwa itu adalah hari terakhir nya untuk ketemu dengan ibunya.
Dibayangan Sari, hari ini ia akan makan ikan kesukaannya, karena setiap hari Rabu ibunya akan membelikan ikan mas kesukaan nya, dan akan membelikan jajanan, seperti pisang, martabak, dan popcorn kampung atau rondang rondang.
Sepulang sekolah Sari sangat bersemangat karena ingin cepat cepat sampai di rumah, biasanya setelah Sari sampai di rumah, tinggal 2 jam lagi ibunya akan tiba.
Sebelum ibunya tiba dari pekan, Sari beberes rumah, mengangkat air dari danau, memasak nasi, kemudian langsung memberi makan adik adiknya.
Tidak sabar rasanya menunggu ibunya akan tiba membawa ikan kesukaannya dan berbagai jajanan, karena ini hanya dinikmati nya sekali seminggu.
Tetapi 2 jam berlalu ibunya belum juga datang. Tiba tiba tetangga pada berlarian menuju danau tempat kapal yang mengangkut warga berlabuh, Sari bingung dan bertanya kepada warga yang bernama ibu Tio.
"Bu Tio, ada apa ya, kok semua warga pada teriak teriak sambil berlari ke arah pelabuhan?", tanya Sari penuh tanda tanya kepada seorang warga yang kebetulan lewat dan akan pergi ke dermaga.
"Ada kapal pengangkut warga yang datang dari pekan pulang menuju dermaga ini, terbakar kemudian hanyut, ceritanya tidak ada korban yang selamat" ucap ibu Tio menjelaskan.
Jantung Sari berdegup kencang, ia segera menyingkirkan prasangkanya, 'apakah itu ibuku salah satu korbannya', terlintas pertanyaan itu di dalam hatinya, tetapi buru buru sari membuang prasangka itu. 'tidak tidak' gumannya dalam hati sambil geleng geleng kepala. Kembali sari bertanya kepada ibu Tio
"Apakah sudah ada warga yang membantu untuk mencari korban?" tanya Sari penasaran.
"Sudah, sudah ada korban yang ditemukan sekarang sedang di dermaga, warga juga sudah banyak berdatangan ke dermaga" jelas Bu Tio kepada Sari.
"Iya ya, ok lah terima kasih banyak ya Bu Tio atas informasi nya" balas Sari. Bu Tio langsung pamit mau pergi ke dermaga untuk melihat siapa saja korban dalam tragedi kapal terbakar itu.
Sari bingung antara mau pergi melihat ke dermaga dan mencari tahu siapa korban dalam tragedi terbakarnya kapal tersebut, karena firasatnya tidak enak, entah kenapa perasaannya pengen mau menangis saja.
Sari pamit kepada adik ke dua perempuannya Siti, "Dek, aku pamit pergi dulu ke dermaga ya, kamu gantikan kakak menyuapi makan Ita ya!" pamit Sari kepada adiknya Siti, belum lagi adiknya bilang iya, Sari sudah berlari meninggalkan Siti untuk menuju Dermaga.
Sari berlari sekencang kencangnya, entah mengapa Sari ingin sekali mengetahui siapa korban dalam kecelakaan terbakarnya kapal ke pekan tersebut, kenyataan nya ibunya memang belum kembali, seperti biasanya ibunya seharusnya sudah kembali dari pekan.
Ternyata betul, orang orang sudah pada ramai di dermaga, Sari menanyakan siapa korban yang telah ditemukan, ternyata tetanggaku ibu Dewi, ibuku sering pergi bersamanya kalau pergi ke pekan, Sari menanyakan orang yang sedang berkumpul di dermaga itu, "Apakah mereka ada melihat ibuku?, apakah ibuku ikut dalam satu kapal yang terbakar ini?, tanya Sari kepada ibu Horas, tetangga depan rumah Sari.
"Iya Sari, seharusnya aku tadi ikut dalam satu kapal yang terbakar tersebut, tetapi karena barang dagangan ku ketinggalan, aku tidak jadi naik, dan bermaksud untuk ikut trip berikutnya saja, ketika aku turun dari kapal, aku berpapasan dengan ibumu dan ibu Dewi, mereka satu kapal dengan kapal yang terbakar itu", jelas ibu Horas pelan dan dengan suara hampir tidak kedengaran, karena tanpa sadar ibu Horas langsung menangis menjelaskan nya kepada Sari, karena ibu Horas merasa kasihan dan prihatin atas nasib Sari dan adik adiknya yang masih kecil sudah ditinggal pergi ibunya selama lamanya.
Sari langsung berlari keujung dermaga, sari melihat danau itu begitu tenang. Danau yang selalu dikaguminya karena keindahan panorama nya, juga danau yang sebagai mata pencaharian bagi warga sekitar, semua kaum bapak pergi untuk memancing dan menjaring ikan yang ada di danau ini, kemudian dijual kepada tetangga. Dan yang lebih penting lagi segala keperluan untuk minum, mandi dan mencuci adalah di danau ini. Sekarang danau ini telah merenggut nyawa ibunya, Sari berdoa dalam hati " Tuhan tolong tunjukkan kemurahan Mu, kiranya ibu ku bisa segera ditemukan", dan kamu wahai danau " Tolong muntahkan ibuku, setidaknya aku ingin melihat jasad ibuku untuk yang terakhir kalinya" harap sari dalam hati sambil menangis dan duduk tertunduk seolah bicara pada danau.
Tidak lama kemudian warga teriak, "ini masih ada korban selanjutnya yang ditemukan".
Sari langsung berlari menghampiri kerumunan massa dan mencoba mendekat dan memperhatikan siapa korban yang ditemukan itu, seperti rasa disambar petir, Sari memperhatikan baju yang dikenalinya kemudian wajah dari korban, dan Sari tidak asing atas wajah itu, sari pun teriak sekencang kencangnya sambil menangis "Ibu, ibu bangun lah ibu. Dari tadi aku dan adik adik sudah menunggu ibu, u..u..u, ibu...ibu, tolong bangunlah ibu, jangan tinggalkan kami, ayo kita pulang ibu...uuu..., ibu...ibu...bagaimana adik adik tanpa mu ibu, bangunlah ibu.jamgan tinggal kan kami" tangis sari terus, sehingga menambah pilu hati orang yang berada disitu, mereka pun terus berurai air mata, mereka memeluk sari, dan berkata sabar, sabar sari.
Sari terus teriak dan menangis, dan warga pun sigap dan memberitahu kabar duka ini kepada ayah Sari, agar memberesi rumah, sehingga jenazah ibu Sari bisa dibawa ke rumah. Setelah memberitahu kabar duka tersebut jenazah ibu saripun diangkat dan dibawa ke rumah. Tidak rela rasanya berpisah dari ibunya, Sari terus memeluk ibunya sambil menangis, sehingga warga melarangnya karena jenazah mau dibawa ke rumah. Lemah rasanya lutut untuk berdiri dan berjalan, sangkin sedihnya, Sari merasa pusing gelap pandangan, tiba tiba Sari pun terjatuh ke tanah, warga pun segera memboyong Sari ikut bersama rombongan jenazah.
Setelah jenazah tiba di rumah, adik adik Sari langsung menangis dan teriak teriak "Ibu...ibu.. bangun ibu,. ibu...ibu jangan tinggalkan kami, tega sekali kamu ibu..., siapa nanti yang merawat kami...ibu...ibu... bangun lah ibu" teriak adik adik Sari secara bersamaan.
Kemudian Sari tersadar dari pingsannya ternyata jenazah ibunya sudah sampai di rumah batinnya dalam hati sambil melihat sekeliling ada adiknya menangis mengerumuni jasad ibunya. Tidak sanggup lagi rasanya untuk menangis, Sari hanya bisa memeluki adik adiknya.
Sari juga melihat ayahnya Alex hanya bisa menangis tanpa mengucapkan kata kata.
Sari terus memandangi wajah ibunya, serasa mimpi dan belum percaya kalau ibunya benar benar akan meninggalkan mereka, dan besok jasad ibunya akan dikuburkan dan tidak akan melihat wajah ibunya sampai selama lamanya.
****
Setelah ibunya di kebumikan, seminggu pihak keluarga masih tinggal di rumah untuk menemani, Sari pun belum pergi ke sekolah. Satu persatu pihak keluarga pulang, tinggal lah mereka sendiri dan ayahnya.
Banyak nasihat dari khalayak yang melayat, bahwa Sari lah yang akan menjadi pengganti ibu bagi ke 4 adik adiknya. Sari harus bisa memimpin dan mengajari adik adiknya, bahkan menjadi tulang punggung buat keluarganya.
Tidak mungkin Sari tidak bersekolah, Sari bermaksud untuk pergi kesekolah, setelah memasak dan beres beres rumah, dan menyuapi adiknya, Sari pun permisi untuk berangkat kesekolah. Setelah pulang sekolah, Sari langsung berlari sekencang kencangnya agar cepat sampai di rumah, belum sampai di rumah, Sari mendengar adik adiknya menangis, lantas Sari pun menghampiri dan menanyakan mengapa menangis.
"Mengapa kamu menangis Ita", tanya Sari kepada adik bungsunya yang memang belum bisa bicara,
Siti adik keduanya menjawab "Ita lapar, tidak ada nasi di rumah" jelas Siti
"Ayah, dimana?" tanya Sari kepada Siti.
"Ayah dikebun, bermaksud untuk mengambil ubi" balas Siti.
Sari prihatin atas kejadian hari ini, egois sekali rasanya bila Sari terus melanjutkan pendidikan nya, bagaimana nasib adik adiknya nanti. Sari pun bermaksud untuk berhenti saja sekolahnya, agar bisa keladang atau belajar bertenun, seperti yang biasa dilakukan ibunya, karena kalau hanya mengandalkan untuk berladang atau bersawah masih harus menunggu berbulan bulan untuk menuai hasil panennya, kalau bertenun, sekali seminggu bisa dijual untuk membeli kebutuhan biaya hidup . "Toh aku sudah bisa membaca, menulis dan berhitung, itu sudah cukup rasanya" batin Sari dalam hati.
Esoknya Sari pun tidak pergi ke sekolah seperti biasanya. Ayahnya menanyakan nya " Sari mengapa kamu tidak pergi ke sekolah nak" tanya Alex kepada Sari.
"Sari tidak akan bersekolah lagi yah, karena Sari mau bantu ayah pergi ke kebun atau keladang, Sari juga mau belajar, bagaimana cara menenun ulos, supaya Sari bisa beli kebutuhan kita setiap minggunya", jawab Sari kepada Alex.
Alex pun hanya diam saja, di satu sisi, memang harus seperti itu agar bisa membeli kebutuhan pokok, tetapi disisi lain, Alex kasihan kepada Sari gadis kecilnya sudah harus menanggung beban berat ini.
👇Jangan lupa like & vote ya kakak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments