Selama dua hari Pras tidak pulang kerumah, itu membuat Zahira cemas sekaligus sedih. Ia sudah berusaha menghubungi namun setiap telponnya tidak pernah di angkat, begitu juga dengan pesannya yang tak pernah di balas.
Ia tahu suaminya itu pasti pulang ke rumah orangtuanya, bisa saja ia pergi untuk menemui namun masalahnya Pras pasti akan mengusirnya begitu saja.
Pada akhirnya Zahira memutuskan untuk menunggu sampai emosi Pras mereda, ia yakin cinta dan kasih sayang suaminya itu akan kembali lagi padanya.
Namun sayangnya penantian itu berlangsung cukup lama, sebulan sudah berlalu tanpa ada yang tahu bahwa ia sedang di gantung. Hingga tanpa sengaja di hari itu, Zahira bertemu dengan sahabatnya Kiki.
"Gimana kabar kamu? kok muka mu keliatan pucet?" tanya Kiki menatap wajah itu.
Zahira hanya tersenyum kecut, ia tak banyak bicara sampai minuman yang mereka pesan telah datang.
"Za.. kalau ada masalah kamu curhat aja sama aku, kita kan udah kenal lama" ucap Kiki yang sudah mencium akan sesuatu yang tidak beres.
"Hhhhhh.. entahlah Ki, aku tak tahu harus mulai dari mana" sahut Zahira sambil menghembuskan nafas.
Dengan lembut Kiki menggenggam tangan Zahira, persahabatan yang telah mereka jalin begitu erat hingga membuat Kiki cukup peka akan perasaan sahabatnya.
"Aku punya banyak waktu kok, kamu bisa mulai dari awal" ujarnya.
Sejenak Zahira menatap Kiki dengan penuh rasa terimakasih, ada sedikit kekuatan yang terpanggil untuk mencurahkan seluruh unek-uneknya.
"Aku sedang hamil Ki, sekarang usia kandungan ku sudah menginjak tiga bulan"
"Sungguh? ya ampun.... selamat ya Za.. " ujar Kiki girang sambil memeluk tubuh lemah Zahira.
"Terimakasih Ki, tapi sayangnya... mas Pras gak senang akan kehamilan ku"
"Loh ko bisa?" tukasnya terkejut.
"Iya, usia kandungan ku sudah tiga bulan sementara kami baru menikah dua bulan. Karena hal ini mas Pras menunduhku telah selingkuh dan hamil sebelum kami menikah, tapi aku berani bersumpah Ki hanya dia satu-satunya pria yang telah menyentuhku" jelas Zahira dengan kelingan air mata.
Kiki benar-benar di buat syok akan hal ini, ia tak bisa berkomentar apa pun dan hanya bisa menenangkan Zahira.
Cukup lama mereka bicara, Zahira terus mencurahkan kesedihannya sementara Kiki menjadi pendengar yang baik.
"Aku belum beritahu orangtua ku, aku takut itu akan membuat mereka sedih. Untuk sementara waktu aku hanya bisa menunggu mas Pras mau bicara padaku, entah kedepannya akan seperti apa aku tak tahu"
"Kamu yang sabar ya Za, setiap ujian pasti ada hikmahnya dan akan berlalu" ucap Kiki kembali menenangkan.
"Terimakasih Ki, cuma kamu satu-satunya orang yang selalu ada buat aku" sahutnya kini dengan sedikit senyum yang akhirnya hadir juga dalam wajahnya.
"Gak perlu sungkan, kalau kamu butuh apa pun kabari aku aja" balasnya.
Zahira mengangguk, matanya mulai menatap panjang. Sebenarnya ada satu masalah lagi yang belum ia ceritakan, itu adalah masalah keuangan.
Tabungannya sudah habis ia gunakan untuk membayar uang sewa rumah dan keperluan sehari-hari, ia sudah berniat akan pinjam kepada orangtuanya. Namun sadar tindakan itu akan mengandung kecurigaan maka ia pun mengurungkannya.
"Za! kenapa? ko malah ngelamun?" tanya Kiki sambil mengibaskan tangannya tepat di depan mata Zahira.
"Eh enggak Ki"
"Pasti masih ada sesuatu yang belum kamu ceritain" tebak Kiki.
Zahira tersenyum, sahabatnya itu memang pandai membaca keadaan orang lain.
"Sebenarnya... saat ini aku sedang butuh uang buat biaya hidup ku, sudah satu bulan mas Pras pergi tanpa memberi kabar atau pun uang" jawab Zahira dengan sedikit malu.
"Astaga.... kenapa enggak bilang dari tadi, kebetulan aku baru gajian jadi kamu bisa pake uang ku dulu"
"Enggak Ki, kamu kan kerja buat bayar kuliah mu. Itu lebih penting dari pada kebutuhan ku" tolaknya dengan rasa sungkan.
"Enggak masalah Za, biaya kuliah ku aman ko"
"Tolong Ki, aku sudah malu dengan buat kamu jadi pendengar ku. Jika kamu tidak keberatan alangkah senangnya aku kalau kamu mau bantu aku cari pekerjaan saja"
"Tapi kamu kan lagi hamil Za!" protes Kiki mengingat keselamatan janin itu lebih penting.
"Kami gak perlu khawatir, bayi ku akan sehat-sehat saja. Aku mohon Ki, kerja apa pun asalkan bisa mencukupi kebutuhan ku untuk saat ini" bujuknya.
Kiki terus menolak dan menawarkan pinjaman, bahkan ia sampai memberi uang secara cuma-cuma karena kekhawatirannya terhadap kesehatan Zahira.
Tapi semakin ia membujuk Zahira semakin keras kepala dan tetap bersikukuh ingin bekerja, akhirnya Kiki pun mengalah dan berjanji akan mengenalkannya pada bosnya di toko.
Itu sebuah toko peralatan sekolah yang kecil, namun cukup sibuk di hari libur sebab pemilik toko akan memberikan diskon untuk tas-tas model lama.
Berkat Kiki yang berhasil meyakinkan bosnya Zahira pun dapat bekerja di sana, tentu saja dengan menyembunyikan kehamilannya sebab mereka yakin Zahira tidak akan mendapatkan pekerjaan jika ketauan sedang hamil.
Dengan penuh semangat dan bantuan dari Kiki hari pertama Zahira bekerja pun berjalan dengan lancar.
Sementara di sisi lain Pras tengah meratapi nasibnya, ia sengaja pulang ke rumah orangtuanya untuk menenangkan pikiran tanpa memberitahu masalah yang sedang ia alami.
Karena itu keluarganya hanya berasumsi bahwa itu pertikaian biasa antara suami istri, tak ada yang berkomentar banyak menanggapi sikapnya.
"Hei Pras! kita mau ke tempat karoke nih, lu mau ikut gak?" tanya seorang temannya setelah mereka baru saja pulang bekerja.
"Oh enggak deh, gue mau langsung balik aja"
"Yaelah Pras, hari ini si Anto ulangtahun. Dia mau traktir kita nih, yuk ikut aja" bujuk yang lain.
"Iya nih, semenjak kawin lu kan jarang kumpul sama kita" timpal yang lain lagi.
Pras merenung, menyadari memang semenjak menikah waktunya selalu ia habiskan dengan Zahira hingga jarang berkumpul dengan teman-temannya.
"Ya udah deh, gue ikut" ujarnya.
"Nah gitu donk... " sorak teman-temannya bersemangat.
Mereka segera meluncur ke tempat karaoke, memesan banyak makanan dan minuman untuk memeriahkan suasana.
Tawa dan canda begitu riuh hingga cukup memekakkan telinga, tapi Pras tak mau acuh dengan kegaduhan itu. Ia hanya duduk menonton sambil menikmati minuman, tak ada raut kebahagiaan dalam wajahnya.
"Lu kenapa sih Pras, dari tadi diem aja kaya patung" tegur salah satu temannya yang sejak tadi memperhatikan.
"Lagi kesel gue"
"Kenapa? berantem sama bini?" terkanya.
Setelah sekian lama bungkam akhirnya Pras menceritakan masalah yang sedang ia hadapi, dalam hati kecilnya ia begitu mencintai Zahira namun kecewa berat hingga membuatnya sulit mengambil keputusan.
Hahahaha
Tawa temannya itu yang meledak membuat Pras kebingungan sendiri, dengan sabar ia diam menunggu temannya bicara.
"Lu bener-bener lucu deh Pras!" tukasnya.
"Maksud lu apa?" tanya Pras merasa tersinggung.
"Nih gue kasih tahu ya, usia kehamilan itu di hitung dari hari terakhir dia menstruasi bukan hari dimana terakhir hubungan. Jadi bener kata dokter kalau bini lu hamil dua bulan walau pun kalian baru kawin sebulan" jelasnya.
"Gue masih gak paham, maksudnya gimana sih?"
"Misal nih, bini lu terakhir mens itu bulan April dan di bulan Mei kalian kawin. Nah begitu bini lu hamil maka yang di itung dokter itu dari bulan April dimana terakhir dia mens"
"Jadi... bini gue gak selingkuh?" tanya Pras.
"Masalah itu gue gak tahu, gue cuma jelasin cara ngitung usia kehamilan" sahutnya.
Pras terdiam, memikirkan apakah semua itu mungkin. Rasa penasaran membuatnya tak tenang hingga meninggalkan tempat itu untuk mencari tahu kebenaran, mendadak ia menggali segala sumber terkait usia kehamilan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments