Bab 3 Garis Dua

Rumah itu hanya memiliki dua kamar, satu kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Sederhana dan kecil namun bagi pasangan yang baru saja menikah rumah itu sudah cukup luas untuk di tinggali berdua, Zahira bisa menyusun perabotan sesuka hatinya agar rumah itu bisa nyaman mereka tempati.

Dari pertama pindah ke rumah baru itu tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat, saat sadar rupanya mereka sudah dua bulan tinggal di sana.

"Mas.... " panggil Zahira mesra dari arah dapur.

"Iya.. " sahut Pras sambil berjalan menghampiri.

"Aku masakin soto kesukaan kamu, kamu makan ya"

"Wah... keliatannya enak" ujar Pras melihat mangkuk yang di sodorkan Zahira.

Mereka pun duduk di meja makan, dengan telaten Zahira menyiapkan peralatan makan dan air minum untuk sang suami. Tergiur akan penampakannya yang elok Pras segera mengambil sendok dan mencicipi masakan istrinya tersebut.

"Gimana?" tanya Zahira penasaran.

"Um... enak sayang.. " sahutnya.

"Beneran?" tanyanya lagi antusias.

Pras mengangguk sambil tersenyum, membuat wajah Zahira memerah akan pujian itu.

"Mana sini, aku juga mau makan di suapin kamu" ucap Zahira tiba-tiba yang melenyapkan senyum Pras.

"Apa?" tanyanya seolah telinganya tersumbat.

"Aku mau makan juga mas, aku pengen di suapin sama kamu" ulang Zahira kini dengan suara yang lebih keras.

Sejenak Pras terdiam, tentu itu mengundang rasa heran Zahira.

"Kenapa mas? ko kamu melamun?"

"Ah tidak" jawabnya cepat.

"Kamu gak mau nyuapin aku?" tukas Zahira dengan kesal.

"Enggak gitu dek"

"Terus kenapa?"

"Enggak kenapa-kenapa, kamu kan masakin buat mas jadi masa kamu ikut makan juga" jawabnya beralasan.

"Ko gitu sih, tapi aku juga mau makan bareng sama kamu"

"Mening jangan ya dek.. " bujuk Pras yang justru membuat Zahira semakin penasaran.

Dengan wajah berkerut ia segera mengambil sendok dan mencoba masakannya tersebut.

HOOOOEEEEEKKK...

Makanan itu baru sampai ke mulutnya namun lidah Zahira sudah menolaknya, alhasil makanan itu keluar dengan sendirinya.

"Pait mas... " erangnya setelah menghabiskan satu gelas air minum.

Pras hanya tersenyum, tak ada kata yang bisa ia ucapkan.

"Ko pait ya.. jangan-jangan aku salah masukin lengkoas bukan jahe, kayaknya kebanyakan juga lengkoasnya" gumamnya.

Ia menatap Pras dengan perasaan kecewa namun Pras membalasnya dengan senyuman, bahkan dengan lembut ia berkata.

"Enggak apa-apa dek, namanya juga kamu kan masih belajar masak. Mas pasti makan ko masakan kamu sampai habis"

"Tapi mas... kan rasanya gak enak.. "

"Enak ko, cuma tinggal di kasih sambal aja" sahutnya.

Hati Zahira kembali membaik, dalam genggaman tangannya ada sebuah kepalan tangan yang begitu kokoh menjaga perasaannya.

"Makasih ya mas.. kamu emang suami yang paling baik" ujarnya.

Memang tak ada yang lebih membahagiakan dari mendapatkan suami yang pengertian, tetap mencintai kekurangan seperti sumpah yang telah di ikrar dalam pernikahan.

Tapi setiap dunia adalah tempat ujian bagi hamba-Nya, tidak ada satu detik pun kecuali waktu untuk memperbaiki diri.

Begitu pula dalam rumah tangga, Zahira memulainya dengan kebahagiaan namun bumbu pedas melengkapi cita rasanya.

Sejak hari itu ia kehilangan nafsu makannya, wajahnya pucat menandakan ada sesuatu yang tak beres pada tubuhnya.

"Kita ke rumah sakit yuk dek, badan kamu sudah lemah sekali karena beberapa hari tak masuk makan" ujar Pras khawatir akan kesehatan istrinya.

"Gak usah mas, paling aku hanya masuk angin saja"

"Belum tentu kalau belum di periksa, pokoknya kita ke dokter sekarang" tegas Pras.

Ia segera membalut Zahira dengan jaket tebal sebelum pergi, memastikan tubuhnya tak kedinginan selama perjalanan.

Saat sampai Zahira segera di tangani oleh sang dokter, hanya beberapa pemeriksaan kecil dan beberapa pertanyaan yang di jawab oleh Zahira.

"Jadi gimana dok? istri saya enggak kenapa-kenapa kan dok?" tanya Pras tak sabar.

"Oh tidak, istri bapak baik-baik saja ko" sahut dokter itu santai.

"Kalau begitu sebenarnya dia sakit apa?"

"Istri Bapa sedang hamil, saat ini usia kandungannya di perkirakan menginjak dua bulan. Pada semester awal memang umum terjadi mual, pusing, atau sakit pinggang. Mulai saat ini ibu harus banyak istirahat dan minum resep obat yang saya berikan secara rutin"

"Jadi saya hamil dok?" tanya Zahira lagi tak percaya.

"Iya bu, selamat ya atas kehamilannya"

"Terimakasih dok" sahutnya senang.

Zahira tak bisa berhenti tersenyum hingga haru membuat matanya berair, namun saat ia menatap Pras wajah suaminya itu begitu datar hingga tak ada satu kata pun keluar dari mulutnya.

Bahkan setelah mereka sampai di rumah Lras masih bungkam tanpa memperlihatkan kebahagiaan yang harusnya menghiasi wajahnya.

"Kamu kenapa mas? ko wajah mu kecut begitu?" tanyanya.

"Aku akan antar kamu pulang ke rumah orangtuamu"

"Apa? ta-tapi kenapa mas?" tanya Zahira panik sebab ia tak mengerti mengapa Pras tiba-tiba berubah kejam padanya.

"Kenapa? jelas-jelas kamu sudah buat aku kecewa tapi kamu malah tanya kenapa?" teriak Pras yang membuat Zahira seketika ketakutan.

"Aku gak ngerti maksud kamu apa... apa kamu gak senang atas kehamilan ku?"

"Tentu saja! karena bayi yang sedang kamu kandung itu bukan anak aku!" teriak Pras lebih murka lagi.

Bagai petir yang menyambar hatinya, seketika gosong dan berlubang besar. Zahira tak mengerti mengapa Pras bisa berpikir demikian, yang kelas ucapannya itu telah melukai hatinya.

"Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu? ini anak mu mas.. " ucapnya pelan dengan getir akibat banjir air mata.

"Kamu yakin hah? kita baru nikah satu bulan Za dan kamu sudah hamil selama dua bulan, itu artinya kamu sudah selingkuh sebelum nikah sama aku"

"Tidak mas! tidak pernah ada satu orang laki-laki pun yang menyentuhku kecuali kamu, aku berani bersumpah bahwa anak yang sedang aku kandung adalah buah hati kita" ratap Zahira.

"Mana buktinya? sudah jelas aku baru menyentuh mu setelah kita nikah, tapi buktinya kamu sudah hamil dua bulan" ujar Pras bersikukuh pada pendapatnya.

"Tapi aku berani bersumpah mas cuma kamu satu-satunya pria yang ada dalam hidup aku"

"Arrrggghhh sudahlah, aku capek! aku mau tidur!"

BRAK

Suara pintu yang di banting itu menggema di seluruh ruangan, mengalahkan isak tangis Zahira yang masih bersimpuh di bawah kursi. Semalaman ia meratapi cobaan yang datang begitu cepat dalam rumah tangganya, hingga ia terlelap di sana.

Di atas lantai yang dingin tanpa alas atau selimut, hingga pagi menjelang dimana matanya terbuka dengan sembab. Yang ia dapati Pras telah menghilang, tanpa memberitahunya kemana ia pergi.

Menghela nafas panjang, Zahira hanya bisa terdiam untuk pada akhirnya kembali menangis lagi.

Episodes
1 Bab 1 Surat Undangan
2 Bab 2 Gunjingan Tetangga
3 Bab 3 Garis Dua
4 Bab 4 Usia Kehamilan
5 Bab 5 Harapan Yang Terkabul
6 Bab 6 Lidah Yang Tajam
7 Bab 7 Lelah
8 Bab 8 Permintaan di Rawat
9 Bab 9 Keberuntungan Beruntun
10 Bab 10 Satu Percikan
11 Bab 11 Pertikaian yang Berulang
12 Bab 12 Semangka Kuning
13 Bab 13 Hujan di Hari Bahagia
14 Bab 14 Tabungan
15 Bab 15 Berpapasan
16 Bab 16 Dosa
17 Bab 17 Kisah Masalalu
18 Bab 18 Cinta yang Terlalu Lama
19 Bab 19 Malam Mimpi Buruk
20 Bab 20 Prematur
21 Bab 21 Ratu Anisa
22 Bab 22 Bunga Mengancam
23 Ban 23 Do'a Kepada Pemilik Langit
24 Bab 24 Kembali Membaik
25 Bab 25 Judi
26 Bab 26 Keikhlasan Yang Ditolak
27 Bab 27 Pergi Merantau
28 Bab 28 Rencana Masa Depan
29 Bab 29 Pertemuan Yang Menyedihkan
30 Bab 30 Perkumpulan TKW
31 Bab 31 Bisnis Baru
32 Bab 32 Benih Cinta
33 Bab 33 Lebih Dekat
34 Bab 34 Hadiah Yang Terabaikan
35 Bab 35 Perasaan Yang Menghantui
36 Bab 36 Kepergian Ibu
37 Bab 37 Curiga
38 Bab 38 Pengkhianatan Seorang Sahabat
39 Bab 39 Keluarga Sempurna
40 Bab 40 Kesempatan Yang Hilang
41 Bab 41 Trauma
42 Bab 42 Tamparan Dari Cinta
43 Bab 43 Penyelidikan
44 Bab 44 Keputusan
45 Bab 45 Bimbang
46 Bab 46 Rencana Pesta
47 Bab 47 Pesta Ulang Tahun
48 Bab 48 Keadilan
49 Bab 49 Selera Istri Sah
50 Bab 50 Surat Dari Ibu
51 Bab 51 Permata Yang Hilang
52 Bab 52 Cangkang Kosong
53 Bab 53 Mati Rasa
54 Bab 54 Kembali Pada Zahira
55 Bab 55 Berakhir
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 Surat Undangan
2
Bab 2 Gunjingan Tetangga
3
Bab 3 Garis Dua
4
Bab 4 Usia Kehamilan
5
Bab 5 Harapan Yang Terkabul
6
Bab 6 Lidah Yang Tajam
7
Bab 7 Lelah
8
Bab 8 Permintaan di Rawat
9
Bab 9 Keberuntungan Beruntun
10
Bab 10 Satu Percikan
11
Bab 11 Pertikaian yang Berulang
12
Bab 12 Semangka Kuning
13
Bab 13 Hujan di Hari Bahagia
14
Bab 14 Tabungan
15
Bab 15 Berpapasan
16
Bab 16 Dosa
17
Bab 17 Kisah Masalalu
18
Bab 18 Cinta yang Terlalu Lama
19
Bab 19 Malam Mimpi Buruk
20
Bab 20 Prematur
21
Bab 21 Ratu Anisa
22
Bab 22 Bunga Mengancam
23
Ban 23 Do'a Kepada Pemilik Langit
24
Bab 24 Kembali Membaik
25
Bab 25 Judi
26
Bab 26 Keikhlasan Yang Ditolak
27
Bab 27 Pergi Merantau
28
Bab 28 Rencana Masa Depan
29
Bab 29 Pertemuan Yang Menyedihkan
30
Bab 30 Perkumpulan TKW
31
Bab 31 Bisnis Baru
32
Bab 32 Benih Cinta
33
Bab 33 Lebih Dekat
34
Bab 34 Hadiah Yang Terabaikan
35
Bab 35 Perasaan Yang Menghantui
36
Bab 36 Kepergian Ibu
37
Bab 37 Curiga
38
Bab 38 Pengkhianatan Seorang Sahabat
39
Bab 39 Keluarga Sempurna
40
Bab 40 Kesempatan Yang Hilang
41
Bab 41 Trauma
42
Bab 42 Tamparan Dari Cinta
43
Bab 43 Penyelidikan
44
Bab 44 Keputusan
45
Bab 45 Bimbang
46
Bab 46 Rencana Pesta
47
Bab 47 Pesta Ulang Tahun
48
Bab 48 Keadilan
49
Bab 49 Selera Istri Sah
50
Bab 50 Surat Dari Ibu
51
Bab 51 Permata Yang Hilang
52
Bab 52 Cangkang Kosong
53
Bab 53 Mati Rasa
54
Bab 54 Kembali Pada Zahira
55
Bab 55 Berakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!