Kiara berjalan mondar-mandir di depan teras rumahnya sambil terus menggigiti kuku jarinya. Sedari tadi ia cemas menunggu kedatangan sang suami yang pamit keluar rumah dari selepas magrib, beralasan hendak menemui kenalannya sebentar saja. Namun hingga tiga jam berlalu, lelaki itu belum pulang juga.
Sempat menelepon dan menghubungi suaminya itu, namun rupanya ponselnya tertinggal di atas meja kamar mereka. Alhasil Kiara harus bersabar menunggu.
Sudah hampir jam sepuluh malam, namun tidak tampak tanda-tanda kehadiran El di tempat itu. Matanya kembali sibuk memindai jalanan di gang depan rumahnya yang terlihat mulai lengang karena hari sudah semakin malam.
Rasa khawatir mulai menghinggapi pikiran Kiara, bahkan tubuhnya ikut menegang setiap kali mendengar suara motor yang melintas di depan rumahnya.
“Tumben jalannya lama banget, pamitnya sebentar doang tapi sampai jam segini belum balik juga. Kalau tahu begitu, mending tadi aku ikut aja.” Kiara mengesah pelan, ia kemudian duduk menunggu di kursi teras rumahnya sambil menekuk lutut. “Moga saja abang gak lupa sama pesanan aku tadi sore.”
“Apa jangan-jangan belinya pakai ngantri kali, ya. Makanya lama, ya udah deh ditunggu aja lagi. Tapi kan, tempat mangkal bakso mang Said kan gak rame-rame amat?” Kiara sibuk bermonolog dalam hati.
Kriuyukk ...
Wanita muda pemilik mata bulat besar itu kembali duduk gelisah, ditambah lagi perutnya mulai berteriak minta diisi.
“Sabar ya, kita tunggu abang pulang sebentar lagi biar bisa bareng makannya nanti.” Kiara tersenyum kecil, mengusap perutnya yang rata.
Krruukk ...
Bruumm ...
Perutnya berbunyi lagi, tapi kali ini berbarengan dengan suara lain. Kiara mendongak cepat dan tersenyum cerah saat melihat El memasuki halaman rumah dengan motor besarnya.
“Akhirnya datang juga,” ucapnya lega, lalu bergegas menyambut kedatangan El yang langsung turun dari motornya dan berjalan mendekati Kiara.
“Sayang, maaf ya. Kamu jadi nunggu lama,” ucap El sembari menyembunyikan tangan di balik punggungnya.
“Loh, kok?” Kiara terkejut dan spontan meraih tangan El, memeriksa telapak tangannya yang dibalut perban juga plester yang menutupi luka di keningnya. “Abang kenapa?”
Kiara memandang El dari kepala hingga kaki, memeriksa luka lain di tubuh suaminya itu. “Ini kening kenapa bisa luka juga, terus kepala Abang gimana. Pusing gak?”
“Jatuh tadi, gak sengaja juga.”
“Sakit gak?” tanya Kiara lagi, lalu menangkup wajah El. “Abang coba lihat Kia baik-baik.”
“Hem.” El menurut.
“Abang gak lupa sama Kia, kan. Abang gak amnesia, kan?” Kiara mengusap rambut kepala El, memeriksa kalau ada luka di bagian kepala lelaki di hadapannya itu.
“Ish, gak lah sayang. Tergores dikit doang di kening gak bakal bikin Abang amnesia dan lupa sama Kamu.” El meringis, lalu memeluk bahu Kiara dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah.
“Syukurlah, kalau gak lupa juga. Kia takut Abang tadi kenapa-napa.”
“Sudah, jangan khawatir. Cuma luka kecil jauh dari nyawa,” bisiknya di telinga Kiara.
“Iya, tahu kalau hanya luka kecil gak bakal bikin Abang amnesia juga.” Kiara mencebikkan bibirnya, menatap El sambil mengusap perutnya. “Kalau begitu Abang pasti gak lupa sama pesanan bakso Kia tadi sore, kan?”
“Astaga, Abang lupa!” El langsung melepaskan rangkulannya. “Tunggu sebentar, biar Abang balik beli.” El kemudian berbalik keluar.
“Eits, gak perlu.” Kiara menahan lengan El. “Sudah malam, mang Said juga mungkin sudah pulang ke rumahnya. Kita makan yang ada saja ya, kebetulan di kulkas masih ada telur. Kia buatin telur dadar seperti biasa, mau kan ya?”
El terdiam sejenak, memandang mata bulat itu lalu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Iya, Abang mau.”
“Oke.” Kiara tersenyum mendengarnya.
“Kamu pasti lapar banget harus nunggu Abang telat pulang.”
“Kalau satu jam lagi saja Abang belum datang juga, Kia bakal makan sendiri dan gak mau tunggu Abang lagi. Huh!” rajuk Kiara.
El terkekeh sambi mengacak rambut panjang Kiara. “Maafkan Abang ya, sayang.”
Kiara tersenyum lalu menyentuh tangan El, “Pasti lukanya tidak kecil dan rasanya sakit sekali, sampai harus diperban seperti ini.”
El menggeleng kuat, “Lebih sakit lagi rasanya kalau harus melihatmu menunggu kedatanganku lama.” El lalu mengecup kening Kiara.
•••••••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Hanum Anindya
maksudnya apa sih kak, KIA mencium perutnya yang masih rata🤔🤔🤔
2022-11-07
0
Shanty
miss you kiara 😍😍
2022-08-04
1
💕 yang yang 💝
😁😁😁
2022-08-04
1