Bab 5. Telur dadar

Sambil menunggu Kiara selesai memasak di dapur, El berniat membersihkan dirinya terlebih dahulu.

“Gak usah masak macam-macam, yank. Lagi pula sudah malam juga,” ucap El mengingatkan.

“Gak, cuman buat telur dadar aja kok.”

Sebelumnya Kiara sudah menyiapkan handuk dan pakaian ganti untuk El. “Abang mau mandi pakai air hangat?” tanya Kiara.

“Gak usah, yank. Airnya juga gak dingin, kok. Abang mandi dulu ya,” ucap El, lalu menutup pintu kamar mandi yang dinding temboknya bersebelahan dengan dapur rumah.

Di dapur rumah yang berukuran kecil itu Kiara mulai sibuk membolak-balik telur dadarnya. Setelah terlihat setengah matang ia mulai melipat bagian kiri dan kanannya lalu membaliknya lagi hingga matang sepenuhnya.

“Selesai,” ucap Kiara lalu mematikan kompor. Ia menyimpan masakannya di atas piring, memotongnya menjadi beberapa bagian kecil lalu menaburinya dengan irisan bawang goreng pada bagian atasnya.

“Hem, wanginya.” Kiara mengibas-ngibaskan tangan ke udara, menghirup aroma yang menguar dari masakannya.

Ia mulai menata makanannya di atas meja bulat yang ada di ruang tamu rumahnya. “Abang, ayo makan. Sudah siap loh,” serunya memanggil El yang tengah berganti pakaian di dalam kamar.

“Iya, sebentar. Abang ganti baju dulu,” sahut El.

Kiara duduk menunggu sambil menyendokkan nasi ke dalam piring. Tidak lama berselang, El keluar dari dalam kamar dengan tubuh yang terlihat jauh lebih segar dan langsung duduk bersila saling berhadapan dengan Kiara.

“Baca doa dulu, biar apa yang kita makan menjadi berkah.” Kiara tersenyum mengingatkan.

El menghentikan gerakan tangannya yang hendak menyuap nasi, lalu tersenyum menyadari kesalahannya. Satu hal sederhana yang terkadang El lupa untuk melakukannya, beruntung ada Kiara yang selalu mengingatkannya.

“Terima kasih karena sudah mengingatkanku kembali,” ucap El, lalu mulai berdoa.

“Salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat rejeki yang sudah Allah berikan pada kita,” sahut Kiara disela kegiatan makan malam mereka berdua yang sudah kelewat malam.

El termangu sesaat lamanya, ia menatap wajah Kiara yang tengah menikmati makanannya tanpa pernah mengeluh. Hanya sepiring telur dadar dan tambahan saus dan kecap manis yang dicampur jadi satu sebagai penambah rasa makanan.

El mencoba mengunyah makanannya, meski mulutnya terasa sulit untuk menelannya.

“Abang minum dulu.” Kiara menyodorkan air minum dalam gelas pada El yang langsung menegaknya hingga bersisa setengahnya saja.

“Abang mau tambah makannya?”

El menggeleng, “Cukup yank, Abang sudah kenyang.”

“Ya udah, kalau begitu Abang istirahat saja di kamar. Biar mejanya Kia yang beresin.”

“Hem.”

Kiara mengusap bibirnya dengan tisu, lalu mulai membereskan sisa makanan di atas meja sementara El beristirahat kembali masuk ke dalam kamar.

•••••

Di dalam kamar, saat keduanya tengah berbaring. Kiara menjadikan lengan kuat El sebagai bantalnya. Ia memiringkan tubuhnya, perlahan jemarinya terulur menyusuri setiap inci garis wajah suaminya itu.

“Besok, kalau Abang terima gaji. Kita makan di resto ya, Kamu boleh pesan makanan apa saja yang Kamu mau.” El menggenggam jemari Kiara, menatap mata bulat itu dengan intens.

Kiara menggeleng pelan seraya tersenyum, tangannya balas menggenggam jemari El dan membawanya di atas dadanya. Kiara mendongak, “Abang, apa tidak sebaiknya uangnya kita tabung saja buat keperluan lain yang lebih penting.”

“Sesekali kan gapapa yank, kita makan di resto seperti orang lain di luar sana. Lagi pula tidak setiap hari juga kita melakukannya, apa Kamu tidak bosan makan telur dadar terus setiap hari?”

“Enggak, enak kok. Suka malah,” sahut Kiara cepat. “Memang Abang bosan ya kalau Kia selalu masak telur dadar setiap hari?” Kia balik bertanya.

“Ya gak juga, sih. Tapi apa salahnya sekali-kali Abang ajak Kamu makan di resto selama Abang mampu membayarnya. Niat Abang hanya ingin menyenangkan hati istri saja.”

Kiara tersenyum simpul, wajah suaminya itu terlihat gusar. Ia tahu, El paling tidak suka kalau keinginannya dibantah. “Iya, iya. Terserah Abang saja, Kia nurut kok.”

“Gitu dong.” El memeluk pinggang Kiara. “Ya udah, kita tidur sekarang.”

El memejamkan matanya sambil tetap memeluk Kiara, dan wanita itu menyusupkan wajahnya di kehangatan dada bidang suaminya. Perlahan kantuk mulai menyerangnya hingga matanya ikut terpejam dan terlelap kemudian.

•••••

Kukuruyuuk ...

Suara kokok ayam jantan tetangga sebelah rumah Kiara terdengar lagi, menyapa pagi hari itu.

Kiara mengerjap, terbangun dan membuka matanya. Dilihatnya jarum jam di dinding kamarnya hampir menunjuk angka 5. Bergegas Kiara bangun dan beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah itu membangunkan El dan mengajaknya menunaikan dua rakaat.

“Abaang, banguunn!” Kiara yang sudah mengenakan mukenanya, mulai menggelitiki telapak kaki El.

“Eh!” El menggeliat dan langsung menarik kakinya.

Bukannya langsung bangun, El hanya mengangkat kepalanya sejenak. Memicingkan matanya menatap pada Kiara yang berdiri di tepi ranjang. Ditariknya guling yang berada di dekat kakinya dan memeluknya erat lalu kembali memejamkan matanya.

“Ish, kok malah lanjut tidur lagi sih!”

Kiara naik ke atas ranjang, menarik guling dalam dekapan El lalu membuangnya ke samping. “Abang, ayo bangun!”

Grepp!

El menarik pinggang Kiara dan merangkulnya erat, sementara kedua kakinya membelit kaki Kiara dan dalam satu gerakan cepat El memutar tubuhnya membuat posisi Kiara kini berada di atas tubuhnya.

“Abang!” protes Kiara, berontak berusaha melepaskan diri. “Pakai pura-pura tidur segala ya.”

El terkekeh dengan mata setengah terpejam, “Sun dulu,” pintanya lalu membuka mata lebar sambil memonyongkan bibirnya.

“Ish, Abang modus. Gak mau!”

“Ayo, sekali aja.”

“Ish, di pipi aja. Gak mau kalau yang itu,” ujar Kiara menutup bibir monyong El dengan dua jarinya.

Cup! Kiara mengecup pipi El cepat dan setelah itu langsung menjauhkan wajahnya yang memerah. “Udah ya, sekarang Abang bangun.”

El tergelak melihat semburat merah merona di pipi Kiara, ia lalu melepaskan pelukannya. “Gemas ih,” ujarnya seraya mencubit ujung hidung Kiara.

Kiara beringsut bangun dan menarik tangan El yang tidak terluka. “Ayo, nanti kelewatan waktunya.”

“Iya, tunggu Abang ya.”

“Iya.” Kiara mendorong lembut punggung El yang terlihat masih mengantuk keluar kamar, “Hati-hati tangannya yang luka ya, Bang.”

“Hem.”

Kiara lalu menggelar sajadah dan duduk menunggu di atas tempat tidur.

Dengan mata setengah terpejam El berjalan menuju kamar mandi. Seringai kecil tampak di wajahnya ketika tangannya yang terluka tanpa sengaja terkena tersentuh ujung knop pintu kamar mandi yang tertutup.

Sambil meringis menahan nyeri di tangannya, dengan hati-hati dibukanya perban yang membalut tangannya itu lalu membuangnya ke dalam wadah plastik sampah yang tergantung di dekat pintu.

“Huh!” El menarik napas lega melihat lukanya yang sudah kering dan menutup. Dengan tangannya yang bebas ia membasuh wajahnya dan mulai membersihkan diri.

••••••••

Terpopuler

Comments

Hanum Anindya

Hanum Anindya

Kiara harus ambil wudhu lagi kak, kan udah dicium sama El😊🙏

2022-11-07

1

MrsJuna

MrsJuna

🤭🤭🤭🤭

2022-08-08

1

captain Ri 👨‍✈️

captain Ri 👨‍✈️

🤣🤣🤣🤣🤣

2022-08-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal mula
2 Bab 2. Meminta restu
3 Bab 3. Kemarahan Bian
4 Bab 4. Menunggu lama
5 Bab 5. Telur dadar
6 Bab 6. Sepenggal kisah lalu
7 Bab 7. Lolos
8 Bab 8. Berkemas
9 Bab 9. Tentang Kiara
10 Bab 10. Pindah sementara
11 Bab 11. Sahabat terbaik
12 Bab 12. Salah orang
13 Bab 13. Rumah impian Kiara
14 Bab 14. Terbaik dari Edgarl
15 Bab 15. Karena aku yang memilihmu
16 Bab 16. Pilihan hidup
17 Bab 17. Paman sakit
18 Bab 18. Pulang menjenguk paman
19 Bab 19. Kembali ke kota
20 Bab 20. Merindukanmu
21 Bab 21. Koma
22 Bab 22. Drop
23 Bab 23. Amnesia
24 Bab 24. Kedatangan Bian
25 Bab 25. Tak percaya
26 Bab 26. Emosi
27 Bab 27. Memohon
28 Bab 28. Cerita sebenarnya
29 Bab 29. Menemuimu
30 Bab 30. Aku istrimu, Bang!
31 Bab 31. Akhir kisah kita
32 Bab 32. Pupus
33 Bab 33. Menepati janji
34 Bab 34. Menjemput harapan
35 Bab 35. Hamil?
36 Bab 36. Suami yang mana?
37 Bab 37. Peduli
38 Bab 38. Memendam rasa
39 Bab 39. Berharap
40 Bab 40. Kusebut namamu
41 Bab 41. Kaget
42 Bab 42. Bertemu kembali
43 Bab 43. Kembali
44 Bab 44. Fakta baru
45 Bab 45. Menyesal
46 Bab 46. Meja kosong di pojok ruangan
47 Bab 47. Sebal
48 Bab 48. Emosi jiwa
49 Bab 49. Kenangan pahit itu datang lagi
50 Bab 50. Tugas dadakan
51 Bab 51. Ternyata dia ...
52 Bab 52. Menolak diantar pulang
53 Bab 53. Nyasar
54 Bab 54. Pengakuan
55 Bab 55. Om Doger
56 Bab 56. Takut
57 Bab 57. Bangga
58 Bab 58. Berdamai dengan masa lalu
59 Bab 59. Solusi
60 Bab 60. Tetangga baru itu dia
61 Bab 61. Gerah
62 Bab 62. Kebenaran yang mulai terkuak
63 Bab 63. Happy weekend
64 Bab 64. Malu
65 Bab 65. Pertemuan tak terduga
66 Bab 66. Susah sinyal
67 Bab 67. Menjemput pulang
68 Bab 68. Keinginan Rio
69 Bab 69. Tamu pagi hari
70 Bab 70. Jatuh
71 Bab 71. Tak bisa menolak
72 Bab 72. Move on
73 Bab 73. Dia!
74 Bab 74. You are the reason
75 Bab 75. Lima menit
76 Bab 76. Rio demam
77 Bab 77. Khawatir
78 Bab 78. Lagu untukmu
79 Bab 79. Separuh hati tertinggal di sini
80 Bab 80. Miss you
81 Bab 81. Kejadian tak terduga
82 Bab 82. Nyonya tua
83 Bab 83. Pergi ke rumah sakit
84 Bab 84. Permintaan
85 Bab 85. Ide Rio
86 Bab 86. Harapan
87 Bab 87. Pertemuan
88 Bab 88. Kebenaran yang terungkap
89 Bab 89. Keinginan Oma Mala
90 Bab 90. Keyakinan
91 Bab 91. Kejutan dari Oma
92 Bab 92. pesta ultah Rio
93 Bab 93. Siapa Kamu sebenarnya?
94 Bab 94. Bukan orang asing
95 Bab 95. Cerita kehidupan
96 Bab 96. Lega
97 Bab 97. Janji hati
98 Bab 98. Menjenguk Bian
99 Bab 99. Yang kembali hadir
100 Bab 100. Kebersamaan
101 Bab 101. Galau
102 Bab 102. Sisa rasa
103 Bab 103. Yang kembali bersemi
104 Bab 104. Pulang
105 Bab 105. Mancing Mania
106 Bab 106. Menginap bersama keluarga papa Ed
107 Bab 107. Keyakinan Kiara
108 Bab 108. All for love
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1. Awal mula
2
Bab 2. Meminta restu
3
Bab 3. Kemarahan Bian
4
Bab 4. Menunggu lama
5
Bab 5. Telur dadar
6
Bab 6. Sepenggal kisah lalu
7
Bab 7. Lolos
8
Bab 8. Berkemas
9
Bab 9. Tentang Kiara
10
Bab 10. Pindah sementara
11
Bab 11. Sahabat terbaik
12
Bab 12. Salah orang
13
Bab 13. Rumah impian Kiara
14
Bab 14. Terbaik dari Edgarl
15
Bab 15. Karena aku yang memilihmu
16
Bab 16. Pilihan hidup
17
Bab 17. Paman sakit
18
Bab 18. Pulang menjenguk paman
19
Bab 19. Kembali ke kota
20
Bab 20. Merindukanmu
21
Bab 21. Koma
22
Bab 22. Drop
23
Bab 23. Amnesia
24
Bab 24. Kedatangan Bian
25
Bab 25. Tak percaya
26
Bab 26. Emosi
27
Bab 27. Memohon
28
Bab 28. Cerita sebenarnya
29
Bab 29. Menemuimu
30
Bab 30. Aku istrimu, Bang!
31
Bab 31. Akhir kisah kita
32
Bab 32. Pupus
33
Bab 33. Menepati janji
34
Bab 34. Menjemput harapan
35
Bab 35. Hamil?
36
Bab 36. Suami yang mana?
37
Bab 37. Peduli
38
Bab 38. Memendam rasa
39
Bab 39. Berharap
40
Bab 40. Kusebut namamu
41
Bab 41. Kaget
42
Bab 42. Bertemu kembali
43
Bab 43. Kembali
44
Bab 44. Fakta baru
45
Bab 45. Menyesal
46
Bab 46. Meja kosong di pojok ruangan
47
Bab 47. Sebal
48
Bab 48. Emosi jiwa
49
Bab 49. Kenangan pahit itu datang lagi
50
Bab 50. Tugas dadakan
51
Bab 51. Ternyata dia ...
52
Bab 52. Menolak diantar pulang
53
Bab 53. Nyasar
54
Bab 54. Pengakuan
55
Bab 55. Om Doger
56
Bab 56. Takut
57
Bab 57. Bangga
58
Bab 58. Berdamai dengan masa lalu
59
Bab 59. Solusi
60
Bab 60. Tetangga baru itu dia
61
Bab 61. Gerah
62
Bab 62. Kebenaran yang mulai terkuak
63
Bab 63. Happy weekend
64
Bab 64. Malu
65
Bab 65. Pertemuan tak terduga
66
Bab 66. Susah sinyal
67
Bab 67. Menjemput pulang
68
Bab 68. Keinginan Rio
69
Bab 69. Tamu pagi hari
70
Bab 70. Jatuh
71
Bab 71. Tak bisa menolak
72
Bab 72. Move on
73
Bab 73. Dia!
74
Bab 74. You are the reason
75
Bab 75. Lima menit
76
Bab 76. Rio demam
77
Bab 77. Khawatir
78
Bab 78. Lagu untukmu
79
Bab 79. Separuh hati tertinggal di sini
80
Bab 80. Miss you
81
Bab 81. Kejadian tak terduga
82
Bab 82. Nyonya tua
83
Bab 83. Pergi ke rumah sakit
84
Bab 84. Permintaan
85
Bab 85. Ide Rio
86
Bab 86. Harapan
87
Bab 87. Pertemuan
88
Bab 88. Kebenaran yang terungkap
89
Bab 89. Keinginan Oma Mala
90
Bab 90. Keyakinan
91
Bab 91. Kejutan dari Oma
92
Bab 92. pesta ultah Rio
93
Bab 93. Siapa Kamu sebenarnya?
94
Bab 94. Bukan orang asing
95
Bab 95. Cerita kehidupan
96
Bab 96. Lega
97
Bab 97. Janji hati
98
Bab 98. Menjenguk Bian
99
Bab 99. Yang kembali hadir
100
Bab 100. Kebersamaan
101
Bab 101. Galau
102
Bab 102. Sisa rasa
103
Bab 103. Yang kembali bersemi
104
Bab 104. Pulang
105
Bab 105. Mancing Mania
106
Bab 106. Menginap bersama keluarga papa Ed
107
Bab 107. Keyakinan Kiara
108
Bab 108. All for love

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!