Bab 2. Meminta restu

Bruaakk ...

Praankk ...

Pyarr ...

Barang-barang di atas meja besar berlapis kaca tebal itu jatuh berhamburan, berserakan di lantai granit rumah yang keras. Tidak terkecuali foto bergambar El dan keluarga besarnya yang sedang tertawa bahagia, bersama menikmati liburan dengan latar belakang keindahan panorama kebun teh di sore hari.

“Papa, hentikan! Papa harus tetap tenang, apa tidak bisa bicara baik-baik dengan anak kita. Jangan marah-marah terus seperti ini, Pa.” Winda tak dapat menahan dirinya lagi, ia menangis. Sedari tadi ia hanya berdiam diri melihat kemarahan Bian pada El putranya.

Bian menggertakkan giginya, rahangnya mengeras, dengan napas yang menderu. Lelaki yang masih terlihat gagah di usianya yang tidak muda lagi itu, kini dipenuhi dengan hawa amarah dan terlihat seolah-olah ingin menelan anaknya hidup-hidup.

Keadaan di dalam ruang kerja Bian yang biasanya rapi dan bersih itu kini sudah seperti kapal pecah. Suara tangis Winda sama sekali tak ada pengaruhnya bagi Bian. Lelaki itu bukannya berhenti, malah semakin bertambah emosi.

Tak cukup sampai di situ saja, Bian kembali meluapkan kemarahannya dengan melempar barang apa saja yang terlihat di depan matanya pada anak laki-laki satu-satunya itu yang kini duduk bersimpuh dan berlutut di hadapannya.

“Sabar Pa, sabar. Bukan seperti ini caranya menyelesaikan masalah. Ingat sakit jantung Papa, kalau kumat lagi bagaimana?!” Winda menahan lengan Bian, berusaha menenangkan suaminya itu.

“Anak ini memang ingin melihatku cepat mati! Biar dia bisa dengan mudah membawa masuk perempuan si al an itu ke dalam rumah ini.” Dengan wajah memerah, Bian menatap murka pada El.

“Papa, Kiara bukan wanita seperti itu.” El menatap sendu wajah papanya, ia menggeleng tidak percaya mendengar ucapan papanya pada Kiara.

“Jangan mimpi Kamu, ya. Selama Aku masih hidup, tidak akan Aku biarkan hal itu terjadi. Tidak akan, camkan itu!” ucap Bian lantang. Napasnya kian memburu, turun naik tidak teratur dengan tangan mengepal kuat di kedua sisi tubuhnya.

“Pa, tolong beri El kesempatan untuk bicara dan menjelaskan maksud kedatangannya kali ini. Biar bagaimana pun juga, El putra kita satu-satunya. Dan Mama tidak mau kehilangan El lagi.” Winda semakin terisak.

“Satu langkah saja kakimu bergerak keluar meninggalkan rumah ini, jangan pernah berharap dapat memanggilku Papa lagi!”

“Pa!” Winda menggelengkan kepalanya, tangannya mengguncang lengan Bian. “Jangan bicara seperti itu pada anak kita, Pa.”

El merapatkan bibirnya. Matanya mengerjap lalu menggeleng perlahan. Kepalanya berdenyut menahan nyeri, merasakan pelipisnya yang berdarah akibat terkena lemparan benda dari tangan papanya.

“Pa, Ma. El datang kemari hanya ingin meminta doa restu Papa dan Mama atas pernikahan El dan Kiara,” ucap El seraya berusaha bangkit dan berdiri. “Kami berdua tidak minta yang lainnya,” imbuhnya lagi, menatap nanar pada Bian. Tak dihiraukannya lagi darah segar yang mulai menetes di pipinya .

“Restu katamu?” Bian menepis tangan Winda di lengannya, lalu berjalan mendekati El. Sorot matanya tajam menatap lurus tepat pada manik mata El yang terlihat menganggukkan kepalanya.

“Setelah semua yang Kamu lakukan pada kami, membuat malu keluarga ini dengan menikah diam-diam tanpa persetujuan dari kami. Setelah itu dengan mudahnya Kamu datang dan meminta restu pada kami. Kamu anggap apa kami di sini, hah!”

“Pa, sudah Pa. Lihat kening El berdarah,” ucap Winda panik, ia berusaha menarik lengan El agar menjauh dari Papanya. Namun tangan kuat Bian menghalangi gerakannya.

“Pa, El mencintai Kiara. Kami berdua sudah menikah dan tinggal bersama. Kedatangan El kemari hanya ingin meminta restu Papa dan Mama, dan mau menerima Kiara sebagai istri El dan menantu di keluarga ini. Kami tidak menginginkan harta atau lainnya,” jelas El mencoba melunakkan hati papanya.

“Cih, cinta katamu? Omong kosong!” Bian mendengkus, ia berjalan mengitari tubuh anaknya lalu dengan gerakan tak terduga Bian merampas amplop coklat yang sedari tadi ada dalam genggaman tangan El.

“Pa, jangan Pa. Itu bukti pernikahan El dan Kiara,” cegah El berusaha mempertahankan amplop miliknya, namun gerakan Bian lebih cepat dan ia berhasil menepis tangan El yang ingin meraih amplop dari tangannya kembali.

“Katakan terus terang, Kamu sedang butuh uang kan. Kamu sudah tidak sanggup hidup serba kekurangan, dan perempuan itu yang menyuruhmu untuk datang ke rumah ini dan meminta uang pada kami.”

Dengan tidak sabar Bian membuka amplop coklat di tangannya itu, mengeluarkan isi di dalamnya. Selembar kertas dan sebuah buku kecil berwarna merah. Tanpa rasa bersalah sedikit pun Bian merobeknya menjadi serpihan kecil lalu meletakkannya dengan satu kali sentakan di dada El, membuat lelaki muda itu mundur selangkah ke belakang dengan mata terbelalak.

“Tinggalkan perempuan itu, sampai kapan pun Papa tidak akan pernah merestui hubunganmu dengannya. Perempuan itu tidak pantas menjadi bagian dari keluarga kita. Beri dia uang yang banyak seperti keinginannya selama ini. Papa yakin dia hanya ingin mengincar harta keluarga kita saja,” ucap Bian dengan nada suara penuh penekanan.

“Pa!” seru El dengan suara bergetar, tangannya serta-merta mendekap potongan kecil kertas dan buku agar tetap berada di dadanya.

Sudut matanya perih, menatap tak percaya pada apa yang dilakukan Bian barusan padanya. “Harus dengan cara apa lagi El bisa meyakinkan Papa kalau Kiara bukanlah wanita seperti yang Papa tuduhkan selama ini.”

••••••••

Terpopuler

Comments

veronicarismaa1

veronicarismaa1

hadiiirrrr

2022-11-11

0

Abu Alfin

Abu Alfin

hadir
semangat trus
🙏🙏🙏

2022-11-08

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

bapaknya egois😡😡😡😡

2022-11-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal mula
2 Bab 2. Meminta restu
3 Bab 3. Kemarahan Bian
4 Bab 4. Menunggu lama
5 Bab 5. Telur dadar
6 Bab 6. Sepenggal kisah lalu
7 Bab 7. Lolos
8 Bab 8. Berkemas
9 Bab 9. Tentang Kiara
10 Bab 10. Pindah sementara
11 Bab 11. Sahabat terbaik
12 Bab 12. Salah orang
13 Bab 13. Rumah impian Kiara
14 Bab 14. Terbaik dari Edgarl
15 Bab 15. Karena aku yang memilihmu
16 Bab 16. Pilihan hidup
17 Bab 17. Paman sakit
18 Bab 18. Pulang menjenguk paman
19 Bab 19. Kembali ke kota
20 Bab 20. Merindukanmu
21 Bab 21. Koma
22 Bab 22. Drop
23 Bab 23. Amnesia
24 Bab 24. Kedatangan Bian
25 Bab 25. Tak percaya
26 Bab 26. Emosi
27 Bab 27. Memohon
28 Bab 28. Cerita sebenarnya
29 Bab 29. Menemuimu
30 Bab 30. Aku istrimu, Bang!
31 Bab 31. Akhir kisah kita
32 Bab 32. Pupus
33 Bab 33. Menepati janji
34 Bab 34. Menjemput harapan
35 Bab 35. Hamil?
36 Bab 36. Suami yang mana?
37 Bab 37. Peduli
38 Bab 38. Memendam rasa
39 Bab 39. Berharap
40 Bab 40. Kusebut namamu
41 Bab 41. Kaget
42 Bab 42. Bertemu kembali
43 Bab 43. Kembali
44 Bab 44. Fakta baru
45 Bab 45. Menyesal
46 Bab 46. Meja kosong di pojok ruangan
47 Bab 47. Sebal
48 Bab 48. Emosi jiwa
49 Bab 49. Kenangan pahit itu datang lagi
50 Bab 50. Tugas dadakan
51 Bab 51. Ternyata dia ...
52 Bab 52. Menolak diantar pulang
53 Bab 53. Nyasar
54 Bab 54. Pengakuan
55 Bab 55. Om Doger
56 Bab 56. Takut
57 Bab 57. Bangga
58 Bab 58. Berdamai dengan masa lalu
59 Bab 59. Solusi
60 Bab 60. Tetangga baru itu dia
61 Bab 61. Gerah
62 Bab 62. Kebenaran yang mulai terkuak
63 Bab 63. Happy weekend
64 Bab 64. Malu
65 Bab 65. Pertemuan tak terduga
66 Bab 66. Susah sinyal
67 Bab 67. Menjemput pulang
68 Bab 68. Keinginan Rio
69 Bab 69. Tamu pagi hari
70 Bab 70. Jatuh
71 Bab 71. Tak bisa menolak
72 Bab 72. Move on
73 Bab 73. Dia!
74 Bab 74. You are the reason
75 Bab 75. Lima menit
76 Bab 76. Rio demam
77 Bab 77. Khawatir
78 Bab 78. Lagu untukmu
79 Bab 79. Separuh hati tertinggal di sini
80 Bab 80. Miss you
81 Bab 81. Kejadian tak terduga
82 Bab 82. Nyonya tua
83 Bab 83. Pergi ke rumah sakit
84 Bab 84. Permintaan
85 Bab 85. Ide Rio
86 Bab 86. Harapan
87 Bab 87. Pertemuan
88 Bab 88. Kebenaran yang terungkap
89 Bab 89. Keinginan Oma Mala
90 Bab 90. Keyakinan
91 Bab 91. Kejutan dari Oma
92 Bab 92. pesta ultah Rio
93 Bab 93. Siapa Kamu sebenarnya?
94 Bab 94. Bukan orang asing
95 Bab 95. Cerita kehidupan
96 Bab 96. Lega
97 Bab 97. Janji hati
98 Bab 98. Menjenguk Bian
99 Bab 99. Yang kembali hadir
100 Bab 100. Kebersamaan
101 Bab 101. Galau
102 Bab 102. Sisa rasa
103 Bab 103. Yang kembali bersemi
104 Bab 104. Pulang
105 Bab 105. Mancing Mania
106 Bab 106. Menginap bersama keluarga papa Ed
107 Bab 107. Keyakinan Kiara
108 Bab 108. All for love
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1. Awal mula
2
Bab 2. Meminta restu
3
Bab 3. Kemarahan Bian
4
Bab 4. Menunggu lama
5
Bab 5. Telur dadar
6
Bab 6. Sepenggal kisah lalu
7
Bab 7. Lolos
8
Bab 8. Berkemas
9
Bab 9. Tentang Kiara
10
Bab 10. Pindah sementara
11
Bab 11. Sahabat terbaik
12
Bab 12. Salah orang
13
Bab 13. Rumah impian Kiara
14
Bab 14. Terbaik dari Edgarl
15
Bab 15. Karena aku yang memilihmu
16
Bab 16. Pilihan hidup
17
Bab 17. Paman sakit
18
Bab 18. Pulang menjenguk paman
19
Bab 19. Kembali ke kota
20
Bab 20. Merindukanmu
21
Bab 21. Koma
22
Bab 22. Drop
23
Bab 23. Amnesia
24
Bab 24. Kedatangan Bian
25
Bab 25. Tak percaya
26
Bab 26. Emosi
27
Bab 27. Memohon
28
Bab 28. Cerita sebenarnya
29
Bab 29. Menemuimu
30
Bab 30. Aku istrimu, Bang!
31
Bab 31. Akhir kisah kita
32
Bab 32. Pupus
33
Bab 33. Menepati janji
34
Bab 34. Menjemput harapan
35
Bab 35. Hamil?
36
Bab 36. Suami yang mana?
37
Bab 37. Peduli
38
Bab 38. Memendam rasa
39
Bab 39. Berharap
40
Bab 40. Kusebut namamu
41
Bab 41. Kaget
42
Bab 42. Bertemu kembali
43
Bab 43. Kembali
44
Bab 44. Fakta baru
45
Bab 45. Menyesal
46
Bab 46. Meja kosong di pojok ruangan
47
Bab 47. Sebal
48
Bab 48. Emosi jiwa
49
Bab 49. Kenangan pahit itu datang lagi
50
Bab 50. Tugas dadakan
51
Bab 51. Ternyata dia ...
52
Bab 52. Menolak diantar pulang
53
Bab 53. Nyasar
54
Bab 54. Pengakuan
55
Bab 55. Om Doger
56
Bab 56. Takut
57
Bab 57. Bangga
58
Bab 58. Berdamai dengan masa lalu
59
Bab 59. Solusi
60
Bab 60. Tetangga baru itu dia
61
Bab 61. Gerah
62
Bab 62. Kebenaran yang mulai terkuak
63
Bab 63. Happy weekend
64
Bab 64. Malu
65
Bab 65. Pertemuan tak terduga
66
Bab 66. Susah sinyal
67
Bab 67. Menjemput pulang
68
Bab 68. Keinginan Rio
69
Bab 69. Tamu pagi hari
70
Bab 70. Jatuh
71
Bab 71. Tak bisa menolak
72
Bab 72. Move on
73
Bab 73. Dia!
74
Bab 74. You are the reason
75
Bab 75. Lima menit
76
Bab 76. Rio demam
77
Bab 77. Khawatir
78
Bab 78. Lagu untukmu
79
Bab 79. Separuh hati tertinggal di sini
80
Bab 80. Miss you
81
Bab 81. Kejadian tak terduga
82
Bab 82. Nyonya tua
83
Bab 83. Pergi ke rumah sakit
84
Bab 84. Permintaan
85
Bab 85. Ide Rio
86
Bab 86. Harapan
87
Bab 87. Pertemuan
88
Bab 88. Kebenaran yang terungkap
89
Bab 89. Keinginan Oma Mala
90
Bab 90. Keyakinan
91
Bab 91. Kejutan dari Oma
92
Bab 92. pesta ultah Rio
93
Bab 93. Siapa Kamu sebenarnya?
94
Bab 94. Bukan orang asing
95
Bab 95. Cerita kehidupan
96
Bab 96. Lega
97
Bab 97. Janji hati
98
Bab 98. Menjenguk Bian
99
Bab 99. Yang kembali hadir
100
Bab 100. Kebersamaan
101
Bab 101. Galau
102
Bab 102. Sisa rasa
103
Bab 103. Yang kembali bersemi
104
Bab 104. Pulang
105
Bab 105. Mancing Mania
106
Bab 106. Menginap bersama keluarga papa Ed
107
Bab 107. Keyakinan Kiara
108
Bab 108. All for love

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!