Lily
"Lily... Linga... ayo bangun!"
Teriakan itu terus menggema di rumah yang luas itu.
Rumah yang baru lima tahun ini mereka tempati, "iya Oma, aku siap," saut gadis cantik yang sudah mengenakan seragam SMA-nya.
"Kamu ini nanti kesiangan, ya tuhan Linga juga ini kemana," omel Oma utami pada dua cucunya itu.
"Apa sih Oma, jangan terus mengomel, nanti keriput di wajah mu makin banyak," saut Linga.
"Pintar sekali kamu menggoda Oma mu Hem... sudah cepat sarapan dan jangan sampai telat, Lily ingat jaga adikmu itu, kemarin dia hampir lompat ke sungai," kata Oma utami.
"Siap Oma," jawab Lily.
Gadis itu adalah Lilyana Arkana Gilbert. ya dia menyandang nama dari keluarga ibunya karena kelahirannya yang sedikit mengalami kendala.
Itulah kenapa dia di berikan nama belakang ibunya, Lily besar di desa yang cukup asri meski begitu mereka tetap mengikuti perkembangan jaman.
Dia gadis yang ceria, manis berkulit putih dan mata indah mewarisi milik sang mami.
"Oma... kapan mami dan papi pulang," tanya Linga yang duduk di meja makan bersama Lily.
"Memang kenapa kami menunggu mereka, bukankah semalam kamu bilang tak merindukan mereka?" ejek Lily.
"Diamlah kak, aku membencimu... aku jadi merindukan kak Adit, jika bukan karena mu dia pasti tak akan berada di Singapura," marah Linga keceplosan.
"Linga!!" bentak Oma utami yang mendengar ucapan Linga.
Lily pun menoleh pada adiknya itu, "apa maksudmu?" tanya Lily.
"Tidak apa-apa, sudah cepat sarapan, Linga berangkat dengan Oma, Lily sebentar lagi Anand menjemputmu," kata Oma utami.
Lily merasa ada yang aneh, kenapa Linga terus mengatakan padanya jika semua ini karena ulahnya.
"Oma tolong jujurlah, apa mas Adit di Singapura baik-baik saja belajarnya?" tanya Lily.
"Tentu sayang, itulah kenapa kedua orang tuamu dan Opa melihatnya, jadi tenang oke," kata Oma Utami.
"Sayangku sepupuku yang cantik aku datang, ayo cepat berangkat!!!" teriak Anand yang masuk kedalam rumah.
"Ya ini bukan hutan!!" balas Linga kesal.
"Aduh mas kecil sepupu, kamu jangan cepat marah, itu lihatlah alisnya sampai berkerut begitu?" ledek Anand.
"Wong edan," marah Linga yang kemudian pergi.
"Linga ... Oma antar," panggil Oma Utami.
"Tidak, Linga mau berangkat sendiri ke sekolah, Oma beristirahat saja," jawab bocah itu.
"Aduh tuh bocah sensitif amat sih, terus kenapa kamu masih makan, ayo berangkat ah... ini sudah siang," kata Anand menarik tangan Lily.
Pasalnya hari ini adalah hari Senin, dan mereka harus mengikuti upacara.
Anand Kristian Rafasya, putra tunggal dari kepala sekolah ini terbilang sebagai pangeran sekolah.
Pasalnya wajah tampan, dan berbadan sempurna mampu menarik semua mata wanita padanya.
Tapi tidak mudah mendekati Anand, karena baginya hanya satu gadis yang bisa menyentuh dan mendekatinya dia adalah Lily sepupunya.
Keduanya sering tidur di perpustakaan bersama, kabur dari sekolah bersama, hingga saat kena hukuman pun bersama.
Sepeda motor dari Anand memasuki sekolah,semua teman Anand susah menunggu di parkiran motor.
"Halo cantik..." sapa kedua pria teman Anand.
"Pagi juga, kalian masih pagi mau kena tampar hum," kesal Lily.
"Idih jahatnya non, kita cuma nyapa," kata Erland.
"Lily!!" panggil Nuriyah Abdullah, sahabat dari Lily yang kenal sejak satu SMP.
"Riya, hai... ayo masuk," ajak Lily merangkul lengan temannya itu.
"Beh.. untung cantik, kalau gak bisa tak heh...," kata Dimas teman Anand yang lain.
"Mau di apain, kamu mau tak buat patah tulang Hem, sudah ayo ke kelas menaruh tas baru ke lapangan nyari tempat strategis," ajak Anand pada dua temannya.
"Kamu mah setiap pagi udah buat Cemburu anak satu sekolah," kata Riya pada Lily.
"Membuat cemburu, memang aku ngapain sih, orang gak ngapa-ngapain kok,"jawab Lily.
"Aduh non, kamu bareng Anand aja, satu sekolah itu cemburu, kok masih berlagak polos sih," kata Riya.
"Ya maaf, emang salah ku jadi sepupunya yang setiap hari di antar jemput, enggak kan ..sudah sih ayo kita ke lapangan, ngomong-ngomong mana Uci?" tanya Lily yang tak melihat salah satu temannya.
"Kamu lupa pasti sedang di salah satu ruangan guru," kata Riya.
"Apa.. ah iya aku lupa jika dia tergila-gila pada ayah kecilku, jangan sampai dia jadi tanteku," kata Lily tertawa dan langsung menuju ke tengah lapangan.
Sedang Linga di ikuti seorang bocah kecil dari pagi, dia adalah sepupu cantiknya, putri dari ustadz Faraz dan ustadzah Kalila.
"Mas Linga tunggu," panggil gadis berusia sembilan tahun itu.
Mata indah gadis itu sering mengundang decak kagum orang.
Gadis itu lengkap mengunakan seragam sekolah putih merah, dan tak lupa cadar yang menutup wajahnya.
"Kamu tak kepanasan, kenapa kamu berpakaian seperti itu, lebih baik ganti kerudung mu," kata Linga.
"Gak apa-apa, nanti kalau lepas cadar, nanti umi di marahi ibu besar karena aku," jawab gadis kecil itu.
"Mbak Shafa, apa kabar cantik, wah makin imut saja sih," kata Lily yang sampai di lapangan.
Tak lama bel pun meminta semua murid berkumpul di lapangan dan upacara pun di mulai.
Karena sekolah ini milik keluarga, dan tingkatan sekolah juga dari TK, SD, SMP dan SMA, jadi sekolah pun sangat luas.
Kali ini Anand bertindak sebagai pemimpin upacara, dan yang mengejutkan adalah pembina upacara adalah Arkan yang baru pulang.
"Papi..." heran Lily melihat sosok orang tuanya itu.
Arkan tampak begitu berwibawa dengan pakaian resmi, ya pria itu tadi dari bandara langsung ke sekolah.
Terlebih hari ini dia harus mengantikan saudaranya yang sedang ada pelatihan di Jakarta.
Upacara berjalan lancar, dan setelah selesai, Lily dan Linga berlari dari barisan dana langsung memeluk papi mereka itu.
Pasalnya sudah sebulan ini akan di Singapura dan baru saja kembali.
"Papi... kami merindukan mu," kata Keduanya.
"Papi juga ... tapi mami masih harus tinggal di Singapura karena opa sedikit mengalami masalah, jadi untuk sekarang kalian tinggal dengan papi dan Oma saja ya," kata Arkan.
"Siap papi... tapi apa tak masalah jika kita tinggal di rumah dengan ons, bagaimana pun takut ada fitnah," kata Lily yang merasa tak enak.
"Betul juga, atau papi tinggal di rumah ayah besar kalian saja,toh tak jauh juga," kata Arkan.
"Boleh juga, nanti aku temani ya papi," kata Linga.
"Baiklah, sekarang kalian harus kembali ke kelas," kata Arkan pada dua anaknya itu.
Shafa dan Anand juga menyapa om mereka itu, Arkan sempat mendoakan mereka berempat agar semakin pintar dalam belajar.
"ayo Adit, kami pasti bisa sembuh nak..."batin Arkan sedih memikirkan putra pertamanya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
ᴍ֟፝ᴀ Odette🏁
Omo Omo Omo 🙈🙈🙈🙈
Mas Adit kenapa 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
2022-08-02
1
🟢⏤͟͟͞R🔰π¹¹™𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆❤
horeeee, yg ditunggu udah nongol.. udah pada gede aja tuch anak2..
2022-08-02
1