"Terus kenapa Linga, bagi ayah ini juga sudah baik, bukan ayah besar yang melarang dia melepas cadar, karena lebih baik bagi Shafa agar dia tak terluka,” kata ustadz Faraz yang terus menunduk sedih.
umi Kalila pun tau apa yang di maksud oleh Suaminya, tapi mereka memilih menyembunyikan kebenaran dari ketiga orang di depannya itu.
Shafa pun datang dengan baju h
gamis persis dengan yang di kenakan oleh uminya.
"sudah yuk ini sudah semakin siang," ajak Anand pamit.
"baiklah, oh ya Lily biarkan papi mu menginap di sini, kebetulan akan di adakan acara ruqyah massal," kata ustadz Faraz.
"iya ayah besar, kalau begitu kami pamit," kata Lily mencium tangan pria itu.
mereka bertiga pun bersiap untuk pulang, Anand akan memilih tinggal di rumah keluarga Arkan.
"Abi...." umi Kalila menyentuh lengan suaminya.
ustadz Faraz pun mengusap air matanya, bukan dia tak mengizinkan Shafa melepas cadarnya.
karena kejadian Kalila kecil juga terjadi pada Shafa, bahkan sampai sekarang bekas luka itu masih ada, tapi beruntung Arkan membawakan salep yang bisa menghilangkan bekas luka yang cukup manjur.
"Abi jangan sedih, Linga hanya bercanda Abi... Shafa tak masalah jika harus terus bercadar seperti ini," kata bocah kecil itu.
"iya Shafa, kamu Memang gadis yang baik," jawab ustadz Faraz.
ustadz Faraz pun kembali ingat bagaimana dulu kecemburuan dari Anna menghancurkan seluruh keluarga.
Kalila dan Anna tak di sangka hamil secara bersamaan, tapi Anna merasa jika apa yang Kalila dapatkan itu harusnya jadi miliknya.
terlebih saat dia melihat Faraz yang begitu perhatian dengan istrinya. "sayang pelan-pelan saja," kata Faraz.
"iya mas," jawab Kalila.
sedang Anna yang juga di perhatikan oleh Adi, tapi baginya itu masih terus kurang dan kurang.
hingga saat melahirkan, umi Salamah di minta Anna untuk menungguinya, sedang Kalila hanya keluarga Faraz yang menunggu tapi sudah sangat cukup baginya.
tak hanya itu mereka pun langsung merasa senang saat tau jika putri yang sangat cantik lahir.
putri dari Anna lahir dan di berikan nama Marwah oleh umi Salamah, sedang putri dari Kalila di berikan nama Shafa.
dia berharap suatu saat nanti mereka akan menjadi keluarga yang sempurna.
tapi mimpi hanya tinggal mimpi, saat kedua gadis kecil itu berusia tiga tahun.
entah apa yang merasuki Marwah yang masih balita hingga bisa melukai wajah Shafa.
"bagaimana kalian bisa menyimpan air seperti itu di tempat terbuka, mas Adi jawab mas!!! putriku terluka karena hal itu," marah Faraz pada sepupunya itu.
"aku teledor, putriku juga terluka jadi tak perlu kamu semarah ini Faraz!" bentak Adi yang membela istrinya.
pasalnya bukan hanya Shafa yang terluka di wajah, tapi tangan Marwah juga.
"kalau begitu aku ingin pergi dari pondok dan silahkan kalian berdua yang mengatur tempat itu," kata Faraz yang sudah tak tahan lagi.
"tidak boleh Faraz, perintah Abi sebelum meninggal dunia itu kamu yang meneruskan yayasan pondok ini, dan sebaiknya nak Adi dan Anna yang keluar dari kawasan pondok, karena kalian yang memang tak berhak lagi berada di area ini," kata umi Salamah.
"tapi Anna putri tertua umi!!" kata Anna tak terima.
"tapi maaf Anna, ini wasiat dan amanah Abi, umi hanya menjalankannya, jika kamu tak ingin pergi, umi akan bersikap tegas, terlebih umi sudah tau semuanya, dan nak Adi jangan terus melindungi istrimu itu, karena sesekali ia harus tau apa hukuman untuk orang yang berbuat salah," kata umi Salamah menceritakan semuanya.
"baik umi," jawab Adi.
Anna awalnya tak terima,tapi dia merasa tak berdaya, terlebih ini yang bicara adalah uminya.
akhirnya keduanya pun pergi dari kawasan pondok pesantren itu, dan terbayar sebulan setelah itu umi Salamah pergi menyusul ustadz Arifin.
hubungan Antara Anna dan Kalila sudah membaik, meski luka di wajah Shafa sudah pulih dan menghilang.
ustadz Faraz tak mengizinkan putrinya itu melepaskan cadarnya walau sedetik saja.
itulah kenapa dia meminta putrinya itu menyembunyikan semuanya dari orang asing.
do perjalanan pulang, Lily terus berdzikir begitupun dengan Anand yang terlihat begitu fokus.
Linga yang memang terlalu berani dan tengil, dia celingak-celinguk mencari sesuatu.
saat akan melewati suatu desa yang terisolasi dari desa yang lain, mobil mereka pun melewati begitu saja.
mungkin kalau orang biasa yang melihat tidak ada hal yang aneh dengan desa itu.
tapi dari penglihatan dari Linga dan Lily, desa itu seperti ada sebuah kuba yang menutupi desa itu.
bahkan di samping setiap orang seperti ada aura hitam pekat yang menutupi.
"aku denger kisah, kalau desa itu adalah desa yang di kutuk ya kak," kata Linga penasaran.
"aku juga tak tau, semua orang di rumah tak ingin menjelaskannya pada kita," terang Lily yang frustasi.
"dulu di desa itu ada sebuah keluarga yang di kucilkan, mereka bahkan tak mau mengurus jenazah dari keluarga itu saat mati, bahkan mereka tak ada yang peduli dengan mereka mau hidup atau mati, hingga seorang sakti datang dan mengutuk seluruh desa dan keturunannya dengan penyakit, dan desa itu tak bisa lepas selama anak dari keluarga itu yang notabene keturunan terakhir memaafkan, tapi sayangnya sampai sekarang tak di ketahui di mana bocah itu," terang Anand.
"wah kok kamu bisa tau sedetail itu?"
"ya karena aku pecinta sejarah, dan yang pasti aku pintar," kata anand menoyor Kepala Lily.
"ah sayang ya, aku tak ingat kisah itu, pasti dulu kamu di ceritakan oleh embah Nang ya," tanya Lily.
"iya, sudah Kuta sampai di rumah," kata anand yang langsung memakirkan mobilnya.
"kalian kok sudah ulang," tegur obat Utami.
"ada rapat Oma, sudah kami masuk mau istirahat dulu,bye bye Oma!!" teriak Lily.
"jika lapar tinggal hangatkan lauknya," kata Oma utami.
"siap Oma," jawab Linga dan Anand.
Lily sedang mandi dan kemudian setelah itu membawa buku untuk membaca di area belakang rumah.
"Kong!" panggil Lily.
makhluk itu pun muncul dan duduk di belakang Lily, gadis itu pun tidur di punggung Kong yang lembut baginya.
sebenarnya Kong memang sengaja membuat Lily nyaman saat terus bersama dirinya, karena dengan begitu dia terus bisa terhubung dengan Adit.
begitupun dengan Adit yang bisa merasakan kehadiran Lily meski mereka terpisah jarak yang jauh.
Lily tertidur, sedang Linga sedang bermain dengan Ki Sesnag,ya bocah itu tak takut sedikitpun dengan ular.
bahkan pada ular berbisa kening cobra maupun king kobra, selama itu bukan hewan ghaib pasti akan menurut pada bocah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Cassie
Aku mampir kak
2022-08-03
1
As Lynda
upnya kak
2022-08-03
0
Ririn ismawati
penasaran sama mamas adit q heemm
2022-08-03
0