Awan gelap masih menyelubungi langit malam. Angin berhembus semakin kencang, membuat udara malam ini kian terasa menusuk hingga sampai ke sum-sum tulang. Vivian merapatkan selimut yang membungkus tubuhnya, wanita itu duduk meringkuk di atas tempat tidur.
Hujan baru saja berhenti. Dan Vivian menyesali kenapa hujan musti berhenti diwaktu selarut ini. Padahal dia dan Nathan sudah memiliki agenda untuk pergi ke luar, tapi hujan mengacaukan semua rencana yang telah tersusun dengan matang.
"Kenapa belum tidur?" Vivian mengangkat wajahnya dan menatap sang-suami yang baru keluar dari kamar mandi.
"Belum ngantuk!!" Jawabnya datar.
"Masih kesal karena hujan?"
"Menurutmu?! Huhuhu, padahal aku merancangnya dari siang kemana saja kita akan pergi. Tapi hujan malah tiba-tiba turun dan mengacaukan semuanya. Dan kau juga... sudah aku bilang hentikan hujannya, tapi kau menolak dengan alasan tidak bisa!!"
Nathan mendengus. Dan jika sudah begini, Vivian sulit dibujuk, jadi harus pintar-pintar membujuknya agar ngambeknya tidak berkepanjangan. Pemuda itu mendekati sang-istri yangs sedang menekuk wajahnya. Keduanya tangannya menangkup wajah cantik yang sedang cemberut itu.
Detik berikutnya, bibir Vivian sudah berada di dalam pagutan bibir Nathan. Pemuda itu memagut dan mel*mat bibir tipis istrinya. Vivian mengangkat kedua lengannya lalu mengarahkan ke leher suaminya.
Ciuman yang semula lembut berubah menjadi ciuman panas yang menuntut.
Posisi mereka tidak lagi duduk, Vivian berbaring dengan Nathan mengungkung tubuh mungilnya. Jari-jari mereka saling bertautan dan menggenggam dengan penuh kelembutan.
"Eeeuunggg..."
Lengkuhan panjang keluar dari sela-sela bibir Vivian, dan hal itu Nathan manfaatkan untuk mendapatkan akses lebih. Lidah Nathan masuk ke dalam mulut Vivian dan mulai bergerak liar. Bukannya merasa takut dan terancam, Vivian justru menikmatinya. Menikmati setiap sentuhan bibir dan jari-jari suaminya.
Nathan melepaskan ciumannya dan menatap Vivian selama beberapa saat. "Ingin melakukannya?"
"Hu'um." Vivian mengangguk. Penawaran yang sungguh tidak bisa ditolak oleh Vivian.
Nathan melepas pak*iannya dan kembali mel*mat bibir Vivian seperti tadi. Dan disaat mereka sedang panas-panasnya. Tiba-tiba Vivian merasa sesuatu yang hangat keluar dari bagian int*mnya.
Mata Vivian sontak membelalak, buru-buru ia mendorong dada Nathan hingga tautan bibir mereka terlepas. Vivian menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Nathan, tamuku datang!!! Huaaa...!!" Dan tangis Vivian pun pecah.
Nathan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Unboxing malam ini gagal total karena tamu bulanan Vivian yang datang tidak tepat waktu. Lelaki itu menghela napas berat, dengan kecewa Nathan pergi ke kamar mandi.
Dia sungguh merutuki kedatangan tamu tak diundang itu, kenapa harus sekarang datangnya?! Disaat dia permainan mereka sedang panas-panasnya, dan Nathan harus bermain solo untuk mencapai pelepasan.
-
-
Fajar telah tiba. Biasan sinar matahari sedikit demi sedikit mulai mengintip, menembus masuk melalui celah-celah jendela yang berada di sebuah kamar luas itu. Pelan tapi pasti juga menyinari sepasang suami-istri yang masih terlelap dalam mimpi indahnya.
Si perempuan membuka matanya terlebih dahulu. Langit masih belum sepenuhnya terang, dan udara pagi yang khas masih begitu dingin menggigit. Aroma lapisan embun beserta petrichor sisa hujan semalam masih terasa pagi ini.
Dan gadis itu, Xia Vivian, mengulas senyum pertamanya hari ini, disusul oleh gerakan perlahannya yang melangkah turun dari ranjang. Tanpa membangunkan suaminya, Nathan Qin.
Vivian menatap sejenak lelaki yang masih terlelap itu dan menghela napas. Kemudian ia melenggangkan kakinya dan berjalan ke kamar mandi.
Setelah mencuci muka dan menggosok gigi. Vivian pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Kegiatan yang sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi.
Sebenarnya Nathan sudah pernah menyarankan agar Vivian menyewa jasa pembantu, tapi dia malah menolaknya, Vivian lebih nyaman melakukannya semua sendiri. Karena itu sudah menjadi tugasnya sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Dan disaat Vivian sedang asik memasak sambil mendengarkan musik. Tiba-tiba saja Nathan muncul dan mengejutkannya. Lelaki itu berdiri tepat dibelakang Vivian yang belum menyadari kedatangannya. "Mana kopi untukku, Vi?" Tanya Nathan sambil menepuk pundak Vivian.
"Huaaa... Setan!!!" Akibatnya perempuan itu jadi histeris dan melempar kocokan telor yang siap untuk digoreng beserta wadah-wadahnya kemuka Nathan.
"Vivian!!" Geram Nathan dengan suara rendah namun terdengar berbahaya.
Mata Vivian sontak membelalak sempurna setelah sadar jika yang dia kira setan ternyata adalah Nathan. "Nathan!!" Ia pun menjadi panik melihat wajah dan rambut Nathan yang penuh dengan kocokan telor.
Vivian mengambil lap yang ada di atas meja lalu menyapukan kemuka suaminya. "Maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Aku akan membersihkan muka dan rambutmu. Dan kau juga bersalah, kenapa tiba-tiba muncul dan mengejutkanku?!"
Nathan menepis pelan tangan Vivian dari wajahnya lalu membuang lap itu ke dalam tong sampah.
"Ck, apa kau pikir mukaku ini meja makan?! Sampai-sampai kau memakai lap tangan untuk membersihkannya?! Sial, aku harus mandi lagi!!" Nathan meninggalkan Vivian begitu saja. Dia terlihat sangat kesal.
Vivian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Padahal dia tidak sepenuhnya bersalah. Nathan juga bersalah, siapa suruh dia muncul tiba-tiba dan mengejutkannya.
Vivian mengangkat bahunya acuh, lebih baik lanjut memasak dari pada memikirkan Nathan yang sedang kesal.
-
-
Demi balas dendam pada Nathan karena sudah melarangnya dekat dengan Vivian, Raffi menyebar rumor yang kurang sedang tentangnya di kampus, tujuannya adalah untuk menjatuhkan nama baik Nathan agar semua orang menjauhinya termasuk Vivian.
Raffi menyebar foto-foto lama Nathan yang entah dia dapatkan dari mana. Bahkan Raffi sampai membuat banner berukuran besar yang sengaja dia pajang di depan kampus agar semua orang tau siapa Nathan sebenarnya.
"Lihat foto-foto ini, jelas sekali jika Nathan bukan pemuda baik-baik. Buktinya saja dia pernah mendekam di penjara karena terlibat tawuran dengan geng lain. Belum lagi dia juga pernah membunuh orang."
"Lalu apa urusannya dengan kami?! Toh itu adalah masa lalunya dan tidak ada hubungannya dengan kami juga,"
"Ada!! Tentu saja ada. Nama baik kampus ini bisa rusak dan hancur jika orang penuh d*sa seperti dia tetap kuliah disini!!" Ujar Raffi.
Melihat satu persatu mulai terhasut membuat seringai dibibir Raffi terurai lebar. Pemuda berandal seperti Nathan tentu saja tidak layak bersanding dengan Vivian, dan Raffi pasti akan merebutnya. Vivian harus ditolong sebelum dia salah jalan karena memiliki kekasih orang yang tidak benar.
"Tapi benar juga apa yang kau katakan. Lihat saja penampilannya sekarang yang seperti preman, nama baik kampus ini bisa hancur dan tercemar karena keberadaan berandalan seperti dia."
"Tapi, Raffi. Apa yang harus kita lakukan padanya?"
"Apa lagi, tentu saja usir berandalan seperti dia keluar dari kampus ini. Hanya itu satu-satunya cara untuk mencegah nama baik kampus ini tercemar!!"
"Benar, ayo kita buat petisi dan usir Nathan dari kampus ini!!"
"SETUJU!!"
Raffi menyeringai, rencananya berjalan dengan mulus. Ternyata tidak sulit mempengaruhi pikiran mereka. Dia adalah orang baik dan paling bersih, jadi tentu saja Tuhan akan berpihak padanya.
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Elis Dama Nuryanti
Si Raffi cari perkara sama Nathan...
2022-09-20
1
mamahe Lana
cari mati emang ni kutu kupret raffi....g tau aj kalau dia bkalan dislending ma nathan...siap² aj nangis kejer🤣🤣🤣
2022-08-12
1
Yulia
Raffi kamu tuh yaa..gx tahu siapa Nathan😣😣
2022-08-09
1