Janji setulus hati
“Tutup mulutmu! Katakan semua alasanmu di pengadilan nanti!” kata penjaga itu lagi dengan kekasaran yang sama.
“Tapi, Pak! Saya benar-benar tidak bersalah, bahkan saya ditiru pria itu!”
Penjaga itu tertawa terbahak-bahak, lalu, berkata lagi.
“Kamu pikir aku percaya kalau orang mati bisa berdiri?”
Setelah pria itu selesai bicara, seorang temannya memberi isyarat agar dia masuk dan mengemudikan mobil menuju penjara. Semua masalah di tempat itu sudah selesai, hanya menunggu penyelidikan selanjutnya.
Saat mobil yang ditumpanginya melintasi Luxor dan Rauja, Lintani menoleh dan ingin sekali berteriak, tapi, demi melihat seringaian licik yang ia lihat di bibir suami istri itu, ia pun mengurungkan niatnya. Ia sadar sudah masuk ke dalam perangkap keluarga itu demi Haifa.
Lintani tidak mungkin mengatakan di pengadilan jika Haifa yang seharusnya ada di posisinya saat ini.
Haifalah pelaku yang sebenarnya, gadis polos, cantik, lemah lembut dan terkenal di dunia hiburan itu adalah seorang pelaku pelenyapan dan mengumpankan orang lain untuk menggantikannya. Siapa yang percaya?
Lintani memejamkan mata, membayangkan kehidupannya di penjara, dan merelakan mimpi serta keinginannya untuk menyelesaikan pendidikan dan mencari ibunya. Ia bukan putus asa, tapi ia tidak berani bermimpi lagi setelah semua yang terjadi malam ini.
Tidak ada yang bisa dia salahkan selain dirinya sendiri, nasib membawanya ke dalam sebuah perahu karam yang berada di tengah laut tanpa nakhoda, dia sendiri menjadi penumpangnya. Sementara orang tua yang seharusnya bertanggung jawab, pergi entah ke mana. Membiarkan anak perempuan itu dalam naungan badai derita ciptaan keluarga Lux, menjadi pemuas napsu orang asing yang tidak di kenal bahkan dinilai mati ditangannya.
*****
Penjara adalah rumah bagi Lintani bersama ribuan Nara pidana wanita lainnya yang dituduh bersalah. Ia harus menghabiskan waktu selama delapan tahun di balik jeruji besi demi menebus semua perbuatan yang tidak pernah ia lakukan.
Saat ini, Lintani tengah terdiam di kasur tipis tempat tidurnya, sambil memikirkan nasibnya yang sudah melalui beberapa bulan menjalani hukum penjara, dalam keadaan hamil dan waktu melahirkan bayinya sudah dekat.
Lintani divonis bersalah dengan segala bukti yang ada, dan harus menjalani masa tahanan selama lima belas tahun dalam penjara. Akan tetapi, pertimbangan dari jawaban jujur darinya, serta seorang pengacara, membuat gadis itu menjalani masa tahanan separuhnya saja.
Tiba-tiba terdengar suara keras dari arah samping tempat tidurnya, “Hai pemalas! Ini tugasmu mencuci pakaian kami!” kata seorang wanita bertubuh gemuk, sambil melemparkan setumpuk pakaian kotor, pada Eliat.
Eliat adalah seorang wanita paruh baya yang tidur di sisi Lintani, dan bersikap lembut serta baik pada Lintani, tapi ia juga selalu tampak lemah selama mereka berada di penjara.
Elliat adalah satu-satunya teman bagi gadis itu. Begitu juga dengan Lintani, mereka seperti menemukan seorang saudara sejak hadirnya gadis itu sebagai penghuni sell tahanan, di mana keduanya berada. Ini nasib baik yang ditakdirkan Tuhan kepada Eliat di saat dia semakin merasa lemah dan kesepian.
“Biar aku saja!” kata Lintani mengajukan diri untuk menggantikan tugas yang dipaksakan oleh para narapidana lain padanya.
“Bagus, kalian memang seperti ibu dan anak saja!” teriak wanita gemuk disusul tawa oleh wanita lainnya.
Semua orang dalam sel penjara, memiliki tugasnya masing-masing, tapi sering kali mereka yang merasa lebih kuat, berbuat sesuka hati pada nara pidana yang lemah walaupun, kedudukan mereka sama.
Kedua wanita itu, Lintani dan Eliat, begitu akrab melewati hari-hari di penjara bagaikan ibu dan anak, yang memiliki ketergantungan satu sama lain.
Setelah kepergian para wanita kasar itu, Lintani dan Eliat mencuci semua pakaian bersama sambil bercakap-cakap. Ini seperti kebiasaan mereka setiap hari.
“Sudahlah, Lin. Kamu juga tengah hamil, kasian bayimu kalau Ibunya terlalu lelah.”
“Bibi, apa kau dulu kelelahan bekerja demi bayimu juga?”
“Tidak. Saat aku hamil justru aku bekerja keras agar bayiku kelak hidup sejahtera!”
Eliat sering bercerita tentang kehidupan pribadi di masa lalu bersama putranya, Lintani mendengarnya dengan sabar walaupun, wanita itu sepertinya tidak pernah bosan bercerita.
“Kau tahu, aku ingin kau menikah dengan anakku kalau kau sudah bebas nanti, dia sudah sukses sekarang dan akan mengeluarkan aku secepatnya.”
“Bibi, tidak perlu seperti itu, aku perempuan kotor yang akan memiliki anak. Lebih baik putramu dinikahkan dengan wanita baik-baik, bukan aku.”
“Apa katamu, Lin? Kamulah yang terbaik untuk anakku!”
“Bibi, ayo kita bereskan pekerjaan dan tidurlah setelah ini selesai.” Lintani berusaha mengalihkan pembicaraan, tapi Eliat tetap melanjutkan argumennya.
“Lin, jangan lagi menganggap dirimu kotor, yang kotor adalah wanita yang seharusnya berada di posisimu.”
Begitulah pembicaraan yang sama itu selalu diulang sepanjang waktu, Lintani tidak pernah mengatakan bosan pada Eliat, justru ia sangat bersyukur karena ada orang yang begitu percaya padanya.
“Lin, seandainya bisa kamu menemui anakku saat dia menjenguk, aku akan memperkenalkanmu padanya.”
“Baiklah kalau memang bisa, aku akan menunggunya.” Lintani berkata sambil tersenyum menutupi kekecewaannya sendiri sebab ia tahu jika sipir penjara tidak akan pernah mengizinkannya.
“Tentu, dia bilang waktunya sudah dekat dan dia akan membebaskan aku tidak lama lagi.”
Tidak lama lagi yang disebut Eliat adalah waktu tak berbatas yang dia sendiri tidak tahu, kapan.
“Benarkah? Aku ikut senang mendengarnya, Bibi,” sahut Lintani menenangkan wanita di sampingnya.
“Tentu kau harus senang, anakku sangat tampan, kau pasti menyukainya!”
Lintani tersenyum mendengarnya sambil mengangguk.
“Lin, kamu tahu apa yang pernah dia alami sembilan bulan yang lalu?”
“Bibi, aku tidak tau apa-apa, tapi, aku berharap putramu mengalami yang hal baik, apa aku benar, Bi?”
“Bukan! Dia dijebak dan hampir mati, untunglah dia punya rencana lebih baik, dari jebakan itu justru dia menjadi seperti saat ini. Aku tidak sabar ingin mempertemukan anakku denganmu.”
"Apa dia lolos dari jebakan?"
"Ya. Kau benar, dia lolos dari jebakan."
Lintani tiba-tiba mengingat kembali saat kejadian di mana ia melihat Lux dan Rauja, mereka memiliki rencana licik memanfaatkannya demi Haifa. Mendengar kata jebakan, dirinya pun telah dijebak hingga kehilangan harga diri sebagai wanita.
Gadis itu tidak menyangka jika perbuatan pria itu membuatnya hamil. Ia terpaksa melahirkan bayi dan akan membesarkan anak di dalam penjara.
Sungguh tak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya. Apalagi ia tak mungkin meminta orang asing untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, lagi pula pria itu sudah berada dalam neraka.
“Ayo, BI. Kita tidur lagi. Semua pekerjaan kita sudah selesai!” kata Lintani.
“Baiklah, tapi untuk saat ini, jawablah pertanyaanku, Lin?”
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
ν⃟α͢иͮуᷠαᷨ
Lintani udah hamil yah?
hmm semoga penolongnya cepat didatangkan oleh authornya 😁
2022-10-19
46
B⃟cMarwa
15 tahun bukanlah waktu yang sebentar. tapi lintani benar-benar mengikuti setiap prosesnya
2022-10-05
12
🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄
Pertanyaan apa nih ? di jwb blm udh abis 🤣 othor suka gantung yah🤭
2022-10-05
13