Wanita Pilihan Ibunya
Halo Pembaca yang Budiman, semoga suka dengan ceritaku kali ini dan semoga terhibur ...! Happy reading!
Bau anyir darah begitu menyengat tercium oleh Lintani Syahrain di kamar gelap yang dimasukinya. Ia diperintahkan untuk bertahan di sana walaupun aroma tidak sedap itu membuatnya mual.
“Tolong! Keluarkan aku dari sini!” kata gadis itu sambil memukul-mukul daun pintu yang terbuat dari kayu tua, dindingnya pun terbuat dari bahan kayu yang, sama kuat dan kokohnya dengan batu bata.
Ia ingin mengeluarkan isi perutnya, tapi, pintu kamar terkunci dari luar oleh dua pria bertubuh besar yang membawanya ke tempat itu. Alhasil, ia menahan sekuat tenaga agar tidak muntah di sana.
“Kau harus tetap di dalam, sampai ada orang yang datang ke sini!” teriak seseorang dari luar, sebelum akhirnya orang itu pun pergi.
“Tolonglah! Aku mau muntah!” teriaknya lagi, tapi, tidak ada sahutan apa pun dari balik pintu, membuatnya lemas dan tubuhnya melorot ke lantai.
Lintani, demikian gadis itu biasa dipanggil, ia terpaksa melakukan perintah kalau masih ingin selamat dari ancaman yang akan mengeluarkan matanya secara paksa, oleh orang-orang suruhan Luxor.
Semangat Lintani untuk tetap hidup sangat tinggi karena ia ingin menemukan ibunya, demi mendapatkan jawaban, mengapa wanita yang sudah melahirkannya itu menjualnya.
Kehidupannya sangat susah, selama bersama keluarga Lux--yang telah membelinya dari sang ibu. Ia menjalani penderitaan yang tak berkesudahan sampai saat ini. Sudah berulang kali ia berusaha lari tapi, setiap kali itu pula ia tertangkap. Keluarga Lux selalu mengancam tidak akan memberikan alamat di mana ibunya berada jika ia mengulanginya lagi.
“Kemarilah!” kata sebuah suara berat dan serak yang terdengar secara tiba-tiba membuat Lintani terkejut.
Gadis itu segera berdiri, sambil berkata, “siapa kamu?”
Hatinya dipenuhi rasa takut, tubuhnya gemetar dan bulu kuduknya meramang membayangkan suara itu berasal dari makhluk menyeramkan yang siap menerkamnya hidup-hidup.
“Kamu tidak perlu tahu siapa aku!” kata suara itu lagi.
Lintani meraba-raba dinding di sekitarnya sambil berharap menemukan saklar lampu untuk menemukan cahaya hingga ia bisa melihat ruangan serta orang yang berbicara.
Ia sadar bahwa dirinya harus siap mati saat Luxor, ayah angkatnya itu memberi perintah menggantikan Haifa. Ia tidak tahu apa yang telah dilakukan saudara angkatnya hingga terjebak dalam situasi yang mengerikan seperti ini.
“Kemarilah! Jangan sampai aku menyuruhmu dua kali! Pela cur!” kata suara itu lagi.
Gadis berumur dua puluh tahunan itu membeku tak berkutik, saat tiba-tiba sebuah tangan kuat menarik tubuhnya dalam pelukan seorang laki-laki yang ternyata sudah bertelanjang dada.
Lintani tidak peduli dirinya disebut pelacur atau sebutan lain yang lebih buruk, dia sudah pernah mendapatkannya sejak bersama keluarga Lux. Apalagi percuma saja membantah sebuah perintah, bagi orang yang hampir dijemput kematian seperti dirinya.
Pria itu tertawa keras, sambil melucuti pakaian Lintani satu persatu.
“Jadi, kamu pela cur yang disuruh mereka untuk melayaniku sekarang?” kata pria asing yang suara beratnya menggema dalam gelap.
Lintani yakin dalam hatinya jika dari pria itulah aroma darah menyengat berasal, mungkin ia dalam kondisi mabuk berat atau terluka parah dan hampir tiada.
“Tuan, apa Anda terluka?” tanya Lintani terdengar prihatin, sedangkan orang yang ditanya tidak menjawab dan justru sibuk melucuti pakaiannya sendiri.
Mereka sama-sama tidak bisa melihat dalam kegelapan, tapi, pria itu bisa merasakan ketidakberdayaan wanita dalam kungkungannya yang sama sekali tidak melakukan perlawanan, saat digagahinya.
Dalam kegelapan, pria itu menyeringai, betapa pandainya orang-orang yang sudah menjebaknya, mereka mengumpankan seorang wanita lemah, bahkan masih perawan.
Mungkin hal itu wajar karena ia hampir tiada sehingga mereka memberinya umpan yang manis untuk terakhir kalinya. Bukankah mereka terlalu baik? Dasar bedebah sialan! Umpatnya dalam hati.
Lintani merasakan ketidakberdayaan yang nyata, saat diumpankan untuk menjadi pengganti Haifa. Ia tidak menyangka bila akan diperlakukan seperti binatang.
Ia lebih baik mati dari pada mengalami hal seperti sekarang. jauh lebih buruk dari kematian. Ia hanya mengutuk keluarga lux dalam hati Bagaimana tidak lebih buruk, jika yang harus dia berikan bukanlah nyawa melainkan kehormatan? Kehilangan mahkotanya sama saja memberinya rasa putus asa, malu, serta kehancuran seumur hidup.
Pria itu kini tengah merenggutnya orang asing yang tidak terlihat, bahkan saat sekarat pun bisa melakukan sampai mendapatkan kepuasan. Sebenarnya siapa Dia? Lintani hanya bisa bertanya dalam hati sedangkan raganya seperti boneka, yang diam saat tubuhnya dibalikkan berulang kali dengan berbagai posisi di atas dan di bawah perutnya.
Sekuat tenaga Lintani menahan mual, sementara pria itu mengeluarkan suara aneh dari kerongkongan, yang untuk pertama kali didengarnya.
Malam ini adalah kejadian terburuk setelah dijual ibunya dan menjadi anak angkat keluarga Lux. Selain itu ia adalah pengemis di tempat-tempat keluarga kaya berkumpul, demi meminta derma, dari penghasilan itulah keluarga angkatnya. Oleh karena itu ia sangat membenci Viana Hims yang telah tega menjualnya dan, secara tidak langsung membuatnya diperlakukan seperti gelandangan di jalanan.
Lintani terdiam di sudut kamar saat pria itu selesai lalu, memakai pakaiannya dengan susah payah, setelah berhasil menyingkirkan pria yang tertidur dan tidak bergerak sama sekali di atas tubuhnya.
“Tuan! Apa kau benar-benar sudah mati?” tanya Lintani sambil menyenggol pria itu dengan kaki tapi, pria itu tetap tidak bergerak.
Ketakutan lebih hebat menjalari, seolah merajam tubuhnya dengan duri sedikit demi sedikit, ia bukan hanya bersimbah darah dari area sensitifnya tapi juga darah dari tubuh pria itu melekat di beberapa tempat.
Ia bertanya-tanya, apakah akan dipersalahkan atas kejadian ini, ataukah memang ini tujuan dari Luxor mengutusnya pergi menggantikan Haifa? Biar bagaimanapun juga, Haifa adalah gadis manis yang harus dilindungi oleh ayahnya, walaupun harus mengorbankan seorang gadis lainnya.
Lintani ingin keluar tapi pintunya terkunci sehingga dia hanya meringkuk di sudut kamar, dengan air mata menjadi teman yang sama sekali tidak bisa menolongnya.
Beberapa jam setelah pergumulan mereka, Lintani merasa punya harapan karena mendengar suara-suara di luar pintu. Ia segera beranjak, sambil menghapus sisa air mata yang tidak bisa berhenti mengalir. Namun, karena gelap dan terburu-buru saat berjalan, ia menginjak benda tajam yang menyebabkan kakinya terluka.
Lintani mengambil dan meraba sesuatu di tangannya hingga ia tahu bahwa, benda itulah yang membuat pria asing terluka dan kehilangan nyawa, bahkan melukai kakinya. Kini ia harus berjalan dengan pincang dengan kaki yang berdarah. Penampilannya seperti orang yang baru keluar dari tanah berlumpur.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan masuklah beberapa orang berseragam keamanan lengkap menyergap sambil menodongkan senjata, ke arahnya. Lintani terkejut bukan kepalang, sementara benda tajam itu masih berada di tangannya.
Bersambung
❤️jangan lupakan like dan komentarnya ❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-04-14
1
East Borneo Kid
sini ikut aku deh
2022-10-19
10
East Borneo Kid
berarti udah gk anu lagi ya bang 👉👈
2022-10-19
10