Keesokkan harinya
Riuh suara pintu dan langkah kaki yang cukup bising.
Ara, terganggu.
"Oh Gosh!! please, gue mau tidurrr!!" Teriaknya menggeram.
Menarik selimutnya sampai menutup kepala. Dan tak lupa, dengan bantal juga.
"Tuan Puteri, hari sudah siang. Mari saya bantu anda bersiap-siap." Suara dayang Han mulai mendekati Ara.
"Woyy, please deh Lo, sana, gue masih ngantuk" Ucap Ara frustasi.
Dayang Han tertegun, bicara apa lagi majikannya kali ini.
"Tuan Puteri, anda bicara apa barusan. Saya tidak mengerti." Sahut dayang Han.
Kali ini dayang itu menggerakkan punggung Ara pelan, agar terbangun.
"Ya ampunnnnnn!!!!" Ara berbalik dan....
Omoo!!! Dia masih bertemu gadis berbaju hijau itu!!!
"Oh God, gue masih ngimpi, bangunin gueee!!!" Erangnya frustasi.
Dayang Han segera menarik lengan gadis itu meski ia tak paham bicara apa gadis yang masih mengenakan pakaian tidur itu.
" Ya ampun, jam berapa sekarang.?"Tanya Ara dengan mata masih menutup walau tubuhnya sudah dalam posisi duduk.
"Sudah jam 6 tuan puteri." Jawab dayang Han.
"Whattt!! Ya ampun masih pagi bangettt.. Masih gelap, 2 jam lagi bangunkan." Titah Ara dan hendak berbaring tapi ditahan dayang Han.
"Tidak tuan puteri, anda tidak boleh kembali tidur. Kita sudah terlambat untuk menyapa leluhur." Dayang Han kembali memaksa tubuh Ara bangun.
"Arrghhh." Ara mengacak rambutnya frustasi.
Kesal, masih gelap, tapi ia sudah harus mandi, Hah mandi???
***
Siap sudah gadis itu dengan hanbok-nya dan dandanan puterinya.
Oh tak lupa, ia mengenakan cadar sejenis kain tipis berwarna merah muda.
Wajahnya yang buruk rupa itu ditutupi dari semua pandangan.
Berjalan ke sana-kemari, berputar-putar dan... kenapa lama sekali sih sampainya.
"Masih lama ya, dayang Han.?" Tanya Ara yang lelah berjalan dari tadi.
"Tidak tuan puteri, bukankah sudah jadi rutinitas puteri.?" Balik tanya dayang Han.
Ara mengerenyit. Ayolah, ini kebiasaan puteri Hwa, bukan dirinya. Untuk jarak segini, Ara perlu fasilitas, lelah terlebih dengan bajunya yang.... ribet.
"Kenapa tidak pakai,,, tandu?" Tanya Ara yang membuat langkah dayang Han terhenti, membuat para dayang di belakang juga ikut berhenti karena Ara terlebih dulu berhenti.
"Tuan puteri, untuk apa pakai tandu. Jarak kita dekat." Jawab dayang Han menahan senyumnya.
"Heh, dekat dari mana. Baju ini pula, arrhhh, capek!!" Keluh Ara
"Itu, tinggal melalui gerbang itu saja puteri." Tunjuk dayang Han pada gerbang kecil di hadapan mereka.
Ok, Ara tak sabar, kepalang capek. Ia mengambil langkah setengah berlari menuju bangunan yang lumayan besar dari miliknya.
"Ada siapa di sana.?" Tanya Ara menunjuk bangunan itu.
"Permaisuri atau nenek anda, tuan puteri." Jawab Dayang Han heran. Pun dengan yang mengiringi mereka ikut heran, bagaimana puteri lupa.
Ok, sekarang mereka masuk.
Ara mencoba mengingat ia harus apa jika bertemu dengan tetua kerajaan.
Hmm
Ia ingat,,
Memberi salam dengan gerakan hormat, bukan?? Ahh tidak terlalu sulit kok.
Tik,
ia menjentikkan jarinya pertanda bisa mengatasi situasi di dalam.
Bersiul lagu something just like this punya cold play, Ara siap masuk.
Tiba di dalam.
Hah! Banyak sekali yang ada di sana. Siapa saja? Ayolah, Ara harus menyapa mereka semua kan?
Yang ia ingat hanya pasangan raja dan ratu, pria pujaannya yang memakai baju biru ukiran perak, dan ada wanita tua duduk di paling depan yang sepertinya itu,,, neneknya?
dan disisi lainnya, itu, 3 gadis yang muncul saat Ara melepas ikatan lehernya.
Dan 2 perempuan lain itu.... siapa? Tajam sekali menatap Ara.
"Masuk puteri Hwa." Panggil sang permaisuri.
Ara memberi hormat versi drama yang ia tonton. Masa' bodo jika salah, toh Ia hanya lihat saja selama ini contohnya begitu.
Duduk di sisi kiri, tempat kosong di sebelah pujaannya yang tak lain kakak si puteri alias sang putera mahkota.
Menunduk hormat, ia duduk dengan lembut sekali. Demi Tuhan, Ara gemas sekali mau merobek baju ini menjadi potongan kayak hanboknya para Blackpink.
"Bagaimana kabarmu Puteri Hwa.?" Kalimat sapa pertama yang ditujukan pada dirinya dari sang nenek.
"Baik, nek." Jawabnya pelan, namun tak berapa lama ia mendapatkan teguran berupa desisan suara dari 2 perempuan seusia ibunya dan 3 gadis seusia dirinya.
"puteri, bagaimana bisa kau menyebut permaisuri dengan panggilan nenek." Dengus salah satu dari 2 wanita itu.
"Bukankah nenek juga tidak menolak, begitu kann nenek permaisuri." Sanggah Ara, gemas sekali dengan tante itu.
"Puteri Hwa, itu puteri Ara dan Hui, mereka anak permaisuri, jadi tunjukkan hormatmu." Tegur Ratu menatap Ara lembut namun dengan alis terangkatnya.
'°Apa!!!! Si tante namanya sama dengan gue!!!! No, gue gak suka. Ihh muka galak gitu ogah gue.'Batin Ara menolak.
Tapi, dehaman suara di sebelahnya yang begitu seksi itu menahan Ara agar tak membantah.
"Baiklah, maafkan saya Permaisuri." Ucap Ara menundukkan kepalanya. Walau dalam hati kesal.
Tanpa di duga, sang permaisuri melepas tawanya hingga semua pasang mata tertegun melihatnya.
"Puteri Hwa, panggil saja aku dengan nenek. Aku membebaskan kamu memanggilku seperti itu." Ucap si nenek.
2 tante dan 3 gadis yang sepertinya adalah sepupù puteri membelalak tak percaya.
"Permaisuri, bagaimana bisa? itu sama saja melanggar etika kerajaan." Seru tante puteri yang bernama Hui dengan wajah sinis menatap Ara.
"Maafkan Puteri Hwa , Permasuri, mungkin dia belum sembuh sehingga lupa dengan pelajarannya soal etika." Sahut salah satu sepupu puteri dengan wajah yang tersungging senyum mengejek.
Ayolah, kenapa mempersulit sekali, hah! Perihal panggilan saja sudah seperti tercium aroma kebencian.
"Jangan hanya karena puteri hendak dijodohkan dengan putera mahkota Sin, maka puteri menjadi lupa diri." Cetus tante puteri yang bernama Ara.
"betul, sombong sekali." Tambah yang bernama Hui.
"Atau karena depresi wajah rusaknya itu dan keinginannya untuk mengakhiri hidupnya, membuatnya lupa dengan tata krama." Jelas sepupu puteri yang tak kalah sinis dari keduanya.
Ara menebak, Jangan-jangan 5 orang manusia berwujud kaum hawa itu adalah ibu dan anak?, bukankah mereka mirip sekali?
Heh! Pasti tebakan Ara 100% benar.
"Perjodohan?" Ara berkerenyit bingung mendengar satu kata yang keluar dari bibir salah satu tante puteri tadi.
Ia menatap sang Ratu, Raja, dan juga permaisuri.
"Apakah, saya akan dinikahkan dengan seorang putera mahkota.?" Tanya Ara penasaran.
"Iya puteri, bukankah kalian pernah bertemu waktu itu, saat upacara jamuan di istana Raja." Jawab Sang Ratu.
Oh! Ara tak tahu, mana tahu dia. Kan dia baru saja merasuki tubuh ini barang 24 jam saja.
"Lalu...." Ara menjeda ucapannya, membuat pasang mata menatapnya penasaran.
"Apakah, putera mahkota ini, lebih tampan dari putera mahkota kerajaan ini??" Tanya Ara......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
santiST1084
ara laper tampang🤣🤣🤣🤣
2022-08-07
4
santiST1084
gerobakin ara😝😝😝😝
2022-08-07
0
Sinti Artika Sari
sempet2nya😝
2022-08-07
0