"Tuan puteri, anda baik-baik saja?" Tanya dayang Han
Bagaimana tidak, jika majikannya tengah tidur terlentang, menopang kepala dengan satu tangannya, sementara matanya menatap lurus ke langit-langit ruangan itu.
Sehingga mengkhawatirkan gadis manis berbaju hijau itu.
"Hemm." Jawab Ara
"Sebentar lagi tabib kerajaan akan datang Puteri. Jadi, sebaiknya anda saya bantu bersiap-siap." Lanjut dayang Han mendekat pada Ara.
Ara menoleh pada dayang itu, mengerenyitkan dahinya.
"Tabib? untuk apa? Saya sehat kok."Jawab Ara disertai tanya.
"Mengobati memar di leher anda, puteri. Selain itu, beberapa luka yang ada di bagian tubuh anda." Jelas dayang Han.
"Memar? luka?" Ara bergegas bangkit, mengambil kaca yang ada di sisi kirinya. Melihat bagian lehernya.
'Ini pasti karena tali sialan itu.' Geramnya melihat lehernya tak indah lagi.
"Luka kata kamu tadi, di mana? Tanya Ara heran, ia tak melihat luka di lehernya.
"Tubuh anda Puteri." Jawab Dayang Han.
Dan, segera, Ara membuka ikatan bajunya yang... Demi Tuhan, ribet sekali sih!!!!.
Setelah berhasil, tanpa perlu melihat pantulan melalui kaca, Ara sudah bisa melihat dengan sangat jelas,,, luka itu.
Hah??? Luka!!!
"Busyett, luka apaan ini!!!" Jerit Ara menunjuk tubuhnya pada Dayang Han yang memalingkan wajahnya setelah Ara menampakkan tubuh putih bersihnya itu.
"Kamu, kenapa gitu?" Heran dengan sikap dayang Han yang enggan melihat ke arahnya.
"Tuan puteri sedang membuka pakaian, saya tidak ingin anda malu nanti." Jelas dayang Han.
"Ya ampun, biasa aja kali. Lagian, kita sama-sama perempuan. Melihat tubuh pria saja tidak masalah, apalagi tubuh sesama perempuan." Ujar Ara menggelengkan kepalanya heran.
Hah!!!
Dayang Han mendongak, kaget dan bingung dengan beberapa kata yang meluncur bebas dari bibir Ara.
"Me-melihat tu-tubuh pria?" Tanya Dayang Han gugup, terlihat rona merah di wajahnya ketika mengucapkan itu.
Ara menepuk dahinya tak percaya, bagaimana mungkin gadis di hadapannya ini begitu canggung membahas demikian.
"Dari drama yang gue sering tonton, jadi gini memang kenyataannya. Tak jauh beda memang." Dengus gadis itu pada akhirnya.
Baiklah, ia terpaksa menerima situasi aneh ini. Bagai film yang menampilkan kemampuan berada di dunia lain, Dora pun merasa demikian. Hanya saja, ia merasa aneh dengan keberadaannya yang... kenapa justru di dalam tubuh orang lain?
"Sudah, sudah. Kampungan sekali sih." Dengusnya lagi.
Tak lama, suara seorang perempuan terdengar dari luar pintu ruangannya.
"Puteri, tabib kerajaan sudah datang untuk memeriksa anda." Begitu kalimat yang berisi pengumuman itu.
"Bener kayak di drama yang gue tonton." Gumam Ara pelan.
OK. Dia hanya perlu meniru layaknya adegan film kan.?
"Masuk!!!" Jawab Ara dari dalam.
Dan, muncullah, pria tua dengan pakaian putih dan biru gelap, bersamanya ada seorang gadis seusianya. Membawa benda yang mirip kotak.
Menunduk terlebih dahulu lalu duduk. Setelah itu, sang tabib menghampiri Ara bersama gadis yang seperti asistennya itu dan juga dayang Han.
"Saya perlu buka pakaian kan." Ara hendak meraih tali bajunya kembali, namun segera di tahan dayang Han. Bar-bar sekali Ara ini.
"tuan puteri, Tirai belum di tutup." Ucap dayang Han beralasan.
'Oh, gue lupa, mesti tutup tirai ya.' Batin Ara.
Saat tirai di tutup, tabib pria tadi duduk menunduk dan menyentuh pergelanģan tangan Ara. Merasakan denyut nadi gadis itu.
Sedangkan untuk luka, asisten tabib tadi dengan di dampingi dayang Han membantu mengoleskan ramuan yang di berikan tabib pria tua.
"Gila, sial, pedih banget cuyy." Erang Ara tanpa sadar mengumpat.
Tiga orang yang ada di dekat Ara sontak tertegun mendengar kata ajaib keluar dari bibir seorang perempuan bangsawan itu.
"Kenapa kalian, kaget gitu." Ujar Ara heran.
"Anda tadi bilang kata yang buruk tuan puteri." Jawab dayang Han dengan nada hati-hati, khawatir SENGGOL BACOK.
"Kata apa?" Tanya Ara
Dayang Han ragu, kata tersebut tidaklah baik digunakan di lingkungan kerajaan ini. Terlebih oleh seorang puteri raja.
Ara menaikan satu alisnya, menunggu dengan tidak sabar akan jawaban dayangnya itu. Bolehkan dia mengakui kepemilikannya?.
Dayang Han mendekat, berusaha menggapai telinga sang puteri.
Lalu membisikkan sesuatu.
Dan, tak butuh waktu lama.
Tawa keras keluar begitu saja dari bibir Ara.
"Kalian ini. Kaku banget." Ucapnya di sela tawa.
"Kata sial dan gila biasa aja kali." Lanjut Ara dan membuat 3 pàsang mata itu menatapnya dengan terbelalak tak percaya.
Ya Tuhan!!! Apa yang terjadi dengan tuan puteri mereka!!!! erang mereka.
***
Ara benar merasakan dunia drama kerajaan saat ini. Dilayani dan dipatuhi oleh banyak orang. Bahagia? tentulah, tapi... Ia tak mengerti dengan wajah si pemilik tubuh ini yang buruk rupa padahal tubuhnya begitu indah. Hanya wajah saja, mirip seperti orang dalam masa breakout parah karena skincare abal-abal.
"Heummm, nyamannya." Ucap Ara saat menghirup aroma teh yang ada di hadapannya.
Tingkah konyolnya itu harus terhenti ketika, suara perhatian-perhatian dengarkan itu bergema lagi.
"Puteri, Yang mulia putera mahkota mengunjungi anda." Ucap dayang di luar sana.
What!!!
Putera mahkota!!!
' Pasti cakeup ini.' Batin Ara riang.
Ia dengan semangat menata penampilannya.
"Masuk!" Jawabnya lembut,
Hah!! Lembut?? Tak salah ?
Dan terbukalah pintu geser itu.
Kan
Benar
Demi Tuhan ganteng pakek banget ini namanya.
Mata Ara tak bergeser sedikitpun, menikmati dan mencoba memindai si pria jangkung dan kekar itu.
'ini, buat gue kan.' Batinnya histeris
Berusaha sekuatnya agar tidak membuat dirinya malu.
Melangkah gagah, seorang pria kira-kira 180 cm dengan wajah terukir sempurna, dagu belah, bibir merah dengan volume tepat, hidung mancung, alis tebal dan mata bulat dengan garis menyipit di ujung. Sumpah, ganteng banget. Impian Ara ini.
Dayang Han memberi isyarat pada Ara agar berpindah tempat. Karena tempat yang diduduki gadis itu akan menjadi tempat duduk sang putra mahkota.
Ok tak masalah itu, rela sekali Ara. Asal pria itu menjadi miliknya.
Ara segera bangkit, menunduk malu, menampilkan sisi feminim yang penuh kelembutan. Berjalan pèlan dan penuh langkah diperhitungkan.
Ayolah, Ara juga perempuan, walau ia kadang urakan, ia juga sering melihat cara seorang puteri dalam bertata krama. Tentu saja lewat drama yang di tontonnya. Hehehe.
Baiklah mari lanjutkan.
Sekarang, posisi keduanya sudah berubah. Ara duduk dengan lebih sopan dari sebelumnya. Membuat dayang Han sedikit tenang, dan berpikir jika puteri sudah kembali seperti semula.
Lalu..
"Puteri Hwa." Suara itu, akhirnya keluar juga. Sempurna sudah. Tampang yang tampan dan rupawan pakek ganteng mempesona itu di lengkapi dengan suara seksi, berat, dalam dan sangat jantan.
"Iya, yang mulia." Jawab Ara dengan lembut.
"Bagaimana keadaanmu, aku dengar kau baru diperiksa tabib tadi.?" Tanya putera mahkota menatap Ara intens.
Hentikan tatapan itu!!! please, Ara tak kuat.
"Saya baik-baik saja, tidak ada yang perlu di khawatirkan, putera mahkota." Jawab Ara lagi.
"Puteri Hwa, apa maksudmu, bagaimana mungkin seorang kakak tidak boleh mengkhawatirkan kondisi adiknya?" tanya putera mahkota lagi.
Tunggu! Apa kata dia tadi.
Ara mungkin salah mendengar. Bisa saja itu panggilan kekasih kan??
ok mari konfirmasi.
"Kakak?" Tanya Ara
"Iya, sebagai seorang kakak satu-satunya, terlebih kita terlahir dari rahim wanita yang sama. Putera dan puteri sang Ratu." Jelas Putera mahkota.
Duarrrr!!!!
Kakak-adik!!
Ara tak kuasa mendengarnya, tak rela, tak mau dan tak suka. Pria ini harusnya menjadi pasangannya, bukan saudaranya.
Matanya nyalang melihat ke sekitar, berharap ada kamera dan meminta diubah skenario menjadi kehendaknya, bukan seperti ini.
"Lo, kakak gue???" Tanyanya tak percaya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Lambe Turu
lucu
2022-08-04
0