Kunjungan Ibu Suri

Malam bersambut di ufuk barat tak ada lagi cahaya yang menembus pekatnya malam. Hembusan sang bayu memainkan ranting pepohonan sekitar istana putra mahkota. Laki - laki itu sangat menikmati ritual berendam di dalam bak air. Dimanjakan dengan berbagai ramuan membuatnya betah berlama-lama di sana. 

"Pangeran, waktunya anda makan malam." 

Kasim berdiri di belakang putra mahkota. Menggosok sisa air di tubuhnya, kemudian para dayang sigap mengambil alih tugas membantu putra mahkota mengenakan  pakaian. Laki - laki tampan itu memiliki tatapan datar tanpa ekspresi. Sudah lama tak memiliki warna dalam tatapan hanya kabut menutup mata tajamnya.

Tubuh gagahnya mengayun kaki ke dalam ruangan. Nampan makanan sudah tersaji dengan berbagai menu kesukaan. Iris mata putra mahkota memindai isi mangkuk - mangkuk kecil itu dengan teliti. Ada hidangan yang bertahun lamanya tidak pernah disajikan. Seketika dadanya bergemuruh hebat, akar - akar merah menjalar cepat di putih manik matanya

"Minta Koki dapur menghadap !" 

Gurat emosi terlihat dari garis rahang putra mahkota, lagi - lagi hanya sorot tak bersahabat terpancar dari netra nya. Alunan nafasnya naik turun dengan memburu. 

"Pangeran, menu hari ini khusus di pesan oleh yang mulia Ibu Suri." Kasim menjelaskan sambil menahan takut dengan ledakan amarah.

Hembusan kasar keluar dari mulut putra mahkota. Tangannya terkepal membelah nampan makanan. Sikap kebangsawanan sama sekali tidak ada. Ia mengabaikan darah mengalir dari tangan karena pecahan nampan. Kepalanya tertunduk menatap nanar makanan yang sudah berserakan. 

"Yang Mulia Ibu Suri tiba di istana." 

Kasim dan Dayang menyapih mengambil posisi sambil menunduk hormat. Pintu terbuka, namun netra pangeran tak menyambut kehadiran Ibu Suri. Laki - laki itu membuang pandangan mengabaikan kehadiran sang nenek.

"Pangeran ! Beginikah, sikapmu pada makanan ?! Apa kau tidak tahu bagaimana perjuangan Koki untuk memasaknya ?!" Ibu Suri menegur pangeran dengan intonasi lembut namun tegas. Terkandung kecewa dalam tiap hurufnya. Kaki tuanya melangkah pelan menghampiri putra mahkota yang belum juga mengangkat wajah.

"Saya tidak meminta anda untuk memesannya." 

Hilang, sikap sopan santun sebagai putra mahkota. Entah apa yang membuat pangeran begitu dingin pada Ibu Suri ?

"Tinggalkan kami berdua." 

Ibu Suri mengeluarkan titah tanpa mengalihkan pandangan dari putra mahkota. Miris, pemandangan yang tersaji di depan mata. Teremas, perasaannya melihat sikap buruk sang pangeran. Manik mata ibu Suri memindai isi dalam ruangan itu. Perih rasanya melihat dinasti raja bak kertas putih belum terisi.

"Ada apa, hingga ibu Suri malam - malam berkunjung?!"  Putra mahkota bertanya masih dengan posisi membuang wajah. Nada suaranya terdengar ketus tidak bersahabat.

Kaki ibu Suri melangkah menghampiri putra mahkota. Ia daratkan tubuh di sisi cucunya itu, manik matanya sendu melihat tumbuh kembang putra mahkota yang kurang baik.

"Pangeran, usiaku tidak muda lagi. Tubuhku juga tidak bugar seperti dulu, sebentar lagi akan turun dari tahta. Sebagai putra mahkota kamu harus menyiapkan diri untuk menjadi raja. Belajarlah dengan giat." 

"Kenapa tidak pangeran kedua saja ?" Putra mahkota mencoba menghindar dari tuntutan.

"Dia tidak akan menjadi raja, karena Selir Ve bukan dari bangsawan seperti mendiang Ratu. Selir Ve hanya keponakan jauh dari perdana menteri Ma. Kau harus mengerti itu. Perdana menteri Ma sudah mengusulkan untuk menobatkan mu sebagai Raja. Mereka juga menuntutmu untuk menikah karena usiamu yang sudah matang."

"Apa ?!" 

Putra mahkota terkejut. Rasanya ingin tertawa dan juga marah. Haruskah, kehidupannya diatur sesuai pengaturan di kerajaan itu ? Tangannya terkepal erat berusaha menahan ledakan emosi.

"Mulai detik ini, persiapkan dirimu jangan pernah meninggalkan pembelajaran." Ibu Suri meninggalkan istana.

Putra mahkota meluapkan amarah, meja serta peralatan yang lainnya sudah berserakan. Bukan tak ingin menjadi raja, tapi ia lebih suka menjalani kehidupannya yang saat ini.

Kasim masuk menemui pangeran. Dengan gerakan sopan, ia meraih tangan putra mahkota dan mengobatinya. Tak lama di susul beberapa Dayang untuk membersihkan tempat itu. 

"Pangeran, boleh saya bertanya ?" Pengawal Ta menatap datar pada putra mahkota.

"Silahkan." 

"Kenapa anda begitu membenci Ibu Suri?" Pertanyaan sensitif itu. Mau tidak mau pengawal Ta menanyakannya. Sebab, demi kelangsungan masa depan kerajaan. Ia harus mendamaikan Putra mahkota dan Ibu Suri.

"Apa kalian buta dan tuli ?! Di saat Raja wafat karena pembantaian. Ratu yang disalahkan. Berbulan-bulan Ratu merasa bersalah karena tak mampu menolong Raja. Hingga Ratu jatuh sakit dan meninggalkanku seorang diri di usia yang masih muda."

Pengawal Ta mengangguk paham, rupanya masalah itu yang menjadikan putra mahkota tidak menyukai ibu Suri. Jalan satu - satunya adalah mengungkapkan alasan kenapa Ibu Suri menyalahkan Ratu dan mengambil alih tampuk pemerintahan kala itu. 

Semilir angin malam menerpa tubuh tegap putra mahkota. Manik matanya menatap jauh sang rembulan malam. Ya, kejadian beberapa tahun silam masih meninggalkan duka di relung hatinya. Pembantaian Raja, Kehilangan Ratu di usia muda ditambah lagi kesibukan Ibu Suri. Hingga menyebabkan putra mahkota merasa sendiri.

Selama ini waktunya hanya dihabiskan di luar istana. Mabuk - mabukan, serta melakukan hal lain yang tidak berarti dalam penyamarannya. Kerap kali putra mahkota mengabaikan tugas sebagai putra mahkota, seperti belajar ilmu pemerintahan dan juga yang lainnya.

"Pangeran, saatnya anda belajar." Kasim memberikan dua buah buku di atas pembaringan putra mahkota. 

"Kau saja yang membacanya." Putra mahkota masih enggan memutar tubuh dari pesona rembulan. 

"Pangeran bagaimana bisa ? Saya bukan calon raja." Kasim menolak dengan kaki melangkah mundur. 

"Kau membantahku ?!" Tubuh gagah putra mahkota berputar dan melayangkan tatapan tidak bersahabat. "Baca dan aku akan mendengarkannya." Titahnya sekali lagi.

"Biar saya saja." Pengawal Ta mengambil alih buku itu dan membuka halamannya. Laki-laki yang selalu membawa pedang di pinggang itu terlihat menawan bersandar di dinding tertimpa keanggunan cahaya bulan. 

"Aku saja." Putra mahkota merampas buku itu sedikit kasar. Dalam hatinya tak terima jika pengawalnya terlihat tampan dalam posisi itu. Entah mengerti atau tidak putra mahkota mulai membaca dan duduk di pembaringannya. "Pengawal Ta, apa kau mau tetap disitu ?! Aku sedang membaca dan butuh sinar bulan untuk menjadi lampunya." 

Pengawal Ta menelan tawa agar tidak keluar, mana ada orang belajar dengan penerangan cahaya bulan yang masih separuh. "Baik pangeran, anda silahkan lanjut belajar. Saya akan keluar sebentar untuk meminta koki mengirimkan makanan lagi. Anda belum makan." Laki-laki itu melangkah meninggalkan bilik. 

"Kenapa dia terlihat tampan tadi." Gerutu putra mahkota membawa tubuhnya berdiri dan mengambil posisi seperti pengawal Ta. "Apa aku terlihat tampan dari sana?" Tanyanya pada Kasim yang berdiri di ujung tempat tidur. 

"Tentu Pangeran, anda sangat tampan bahkan mendapatkan julukan pria tertampan di kota ini." Pria paruh baya itu menahan senyum. 

Air muka putra mahkota berubah setelah mendapat pujian dari Kasim nya. Suasana hati laki-laki itu berubah sedikit lebih baik. 

Saya harap siapapun yang menjadi permaisuri anda, memiliki kekebalan hati dan fisik. 

Kasim menatap nanar wajah pria muda yang saat ini berdiri di dekat jendela. 

Terpopuler

Comments

Husna

Husna

jadi inget film dakor ... pangeran narsis ,gantengnya gak mau ditandingi 😂😂🤣

2023-01-03

0

Ayuwidia

Ayuwidia

Diksinya bagus banget Kak, aq langsung suka karya baru Kak Ririn ini

2022-08-03

1

Ayuwidia

Ayuwidia

Meski seorang pangeran yang hidupnya di kerajaan dan bergelimang harta, tetapi putra mahkota berkawan dengan duka 🥺

2022-08-03

2

lihat semua
Episodes
1 Putra Mahkota
2 Kunjungan Ibu Suri
3 Mencari pengantin putra mahkota
4 Sebuah Jawaban
5 Pernikahan Putra Mahkota
6 Permaisuri
7 Penolakan Putra Mahkota
8 Perubahan
9 Gelenyar Aneh
10 Hak Milik
11 Persiapan
12 Penobatan
13 Penyamaran Ratu
14 Pesona Ratu
15 Penyerangan
16 Amarah Raja
17 Pengakuan Akhir dari segalanya.
18 Pemberontakan
19 Kehilangan
20 Bree Tyaga Adrian
21 Mansion
22 Uji Coba
23 Kunjungan Leon & Eros
24 Kehadiran Bree
25 Aroma Plumeria
26 Filia Aruna
27 Berdebar kembali
28 Pertemuan setelah perpisahan
29 Ratuku
30 Kunjungan Bree
31 Tyaga Food
32 Pindah ke Mansion
33 Brainstorming
34 Saksi hidup
35 Keping Kenangan
36 Ungkapan
37 Afeksi
38 Krikil dalam proyek
39 Pembunuh Bayaran
40 Tidak Percaya
41 Perasaan yang meresahkan
42 Di dampingi bukan ditinggalkan
43 Tidak Asing
44 Memulai penyelidikan
45 Bekerja dari Mansion
46 Teratai air memang cantik
47 Keributan
48 Kecemasan tiga sekawan
49 Perlawanan
50 Pertolongan Xavier
51 Tuan Muda Berulah
52 Penangkapan Tersangka
53 Negosiasi
54 Dendam Lama
55 Dendam Bermula
56 Permohonan Bibi Vindy
57 Kejahatan Lain
58 Dosa yang di akui
59 Memperingati hari Devarga
60 Regi Di Temukan
61 Kondisi Regi
62 Menjaga kewarasan
63 Drama Raja
64 Mimpi dan Rasa
65 Mulai bergerak
66 Tangkapan kecil
67 Genting di penghujung acara
68 Tidak Terduga
69 Tertusuk
70 Dingin
71 Akhir sebuah hubungan
72 Bree Berharap
73 Keputusan Filia
74 Bree yang rapuh
75 Beberapa Bulan lalu
76 Acuhnya Filia
77 Pupusnya harapan
78 Hilangnya percaya diri
79 Apa Harus Melepasnya ?
80 Bocornya Informasi
81 Singgasana yang goyah
82 Semakin teka teki
83 Keputusan
84 Cuti
85 Calon pimpinan baru
86 Antagonis sesungguhnya
87 Pengakuan Jesen
88 Pengakuan Yohan
89 Terungkapnya Rahasia
90 Permohonan Reiki
91 Akan beristirahat
92 Hal yang tidak diketahui
93 Akhir cerita sang Raja
94 Kesepian
95 Guys cerita baru...
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Putra Mahkota
2
Kunjungan Ibu Suri
3
Mencari pengantin putra mahkota
4
Sebuah Jawaban
5
Pernikahan Putra Mahkota
6
Permaisuri
7
Penolakan Putra Mahkota
8
Perubahan
9
Gelenyar Aneh
10
Hak Milik
11
Persiapan
12
Penobatan
13
Penyamaran Ratu
14
Pesona Ratu
15
Penyerangan
16
Amarah Raja
17
Pengakuan Akhir dari segalanya.
18
Pemberontakan
19
Kehilangan
20
Bree Tyaga Adrian
21
Mansion
22
Uji Coba
23
Kunjungan Leon & Eros
24
Kehadiran Bree
25
Aroma Plumeria
26
Filia Aruna
27
Berdebar kembali
28
Pertemuan setelah perpisahan
29
Ratuku
30
Kunjungan Bree
31
Tyaga Food
32
Pindah ke Mansion
33
Brainstorming
34
Saksi hidup
35
Keping Kenangan
36
Ungkapan
37
Afeksi
38
Krikil dalam proyek
39
Pembunuh Bayaran
40
Tidak Percaya
41
Perasaan yang meresahkan
42
Di dampingi bukan ditinggalkan
43
Tidak Asing
44
Memulai penyelidikan
45
Bekerja dari Mansion
46
Teratai air memang cantik
47
Keributan
48
Kecemasan tiga sekawan
49
Perlawanan
50
Pertolongan Xavier
51
Tuan Muda Berulah
52
Penangkapan Tersangka
53
Negosiasi
54
Dendam Lama
55
Dendam Bermula
56
Permohonan Bibi Vindy
57
Kejahatan Lain
58
Dosa yang di akui
59
Memperingati hari Devarga
60
Regi Di Temukan
61
Kondisi Regi
62
Menjaga kewarasan
63
Drama Raja
64
Mimpi dan Rasa
65
Mulai bergerak
66
Tangkapan kecil
67
Genting di penghujung acara
68
Tidak Terduga
69
Tertusuk
70
Dingin
71
Akhir sebuah hubungan
72
Bree Berharap
73
Keputusan Filia
74
Bree yang rapuh
75
Beberapa Bulan lalu
76
Acuhnya Filia
77
Pupusnya harapan
78
Hilangnya percaya diri
79
Apa Harus Melepasnya ?
80
Bocornya Informasi
81
Singgasana yang goyah
82
Semakin teka teki
83
Keputusan
84
Cuti
85
Calon pimpinan baru
86
Antagonis sesungguhnya
87
Pengakuan Jesen
88
Pengakuan Yohan
89
Terungkapnya Rahasia
90
Permohonan Reiki
91
Akan beristirahat
92
Hal yang tidak diketahui
93
Akhir cerita sang Raja
94
Kesepian
95
Guys cerita baru...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!