Hari masih terlalu pagi. Matahari juga masih malu bersinar. Namun Adira tampak sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Hari ini ia terpaksa ke kantor lebih cepat dari hari biasanya. Karena kemarin ia izin pulang lebih awal jadi banyak perkejaan yang menumpuk. Ia harus kerja dengan extra waktu jika tidak ingin lembur lagi.
Sudah hampir jam delapan pagi. Karyawan yang lain mulai berdatangan termasuk teman-teman akrab Adira.
"Ra, kamu dari jam berapa disini?" sapa Maya melihat lembaran kertas yang bersusun rapi di meja kerja Adira.
"Jam tujuh kurang"
"Hah rajin banget kamu, Ra" sambung Lisa tak percaya.
"Ini bukan masalah rajin. Cuman waktunya mepet kalau gak dikejar gak akan kelar. Kalian tahu sendirikan gimana sifat pak Chris. Bisa-bisa aku dihukum lagi kalau telat"
"Kasian banget sih kamu Ra dapat mentor killer begitu. Sabar ya. Untung pak Chris ganteng"
Adira sontak melototi Farah. Walaupun pujian itu benar adanya tapi ia tetap tidak suka mendengarnya. Tiga hari ini, pria yang baru saja dipuji temannya itu adalah pria yang sudah membuatnya kecewa.
Tok tok tok
"Masuk" respon suara dari dalam.
"Permisi pak. Ini beberapa berkas laporan yang sudah saya recap. Silakan di cek lagi pak" titah Adira menyodorkan berkas ke hadapan Chris.
Chris meluruskan matanya memandang Adira dalam. Seperti biasa wajah flat Chris terlihat sangat menyebalkan.
"Itu ada kotak di meja sana"
"Terus?" sambung Adira.
"Untuk kamu"
Adira menatap curiga. Ia sebenarnya tidak ingin mengambil kotak kecil itu tapi saat ini pikirannya terlalu ruwet untuk berdebat dengan atasannya itu.
Kita bicara di rooftop, sekarang.
Chris tersenyum tipis setelah membaca pesan singkat dari Adira. Beraninya seorang bawahan memerintah atasannya.
"Maksud pak Chris kasih gelang ini sama saya untuk apa?" tanya Adira heran. Gelang di tangannya adalah gelang yang sama yang ingin ia beli kemarin dan gelang itu telah dibeli Emilly pacar Chris. "Bukankah gelang ini punya pacar bapak?" Adira mengulum bibirnya. "Maaf pak Chris, saya tidak bisa terima"
"Gelang itu saya beli tanpa diskon. Kamu menyukainyakan?"
Adira tersenyum sinis. Ucapan itu mungkin terdengar sepeleh namun itu sangat menganggu gadis yang sedang berdiri berhadapan dengan Chris. Adira tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria di depannya.
"Ini bukan tentang harganya. Tapi untuk apa pak Chris kasih gelang ini sama aku?"
"Itu untuk permintaan maaf saya. Sepertinya kamu menyesal dengan kejadian malam itu"
"Bajingan" umpat Adira dalam hati.
Adira menyingkap rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Hembusan angin terlalu deras dari atas sini.
"Memangnya susah banget ya pak bilang maaf langsung? Ambil gelang ini. Saya tidak butuh"
Adira menggapai tangan Chris lalu mengembalikan gelang kepada pemiliknya.
"Kamu mau kemana?"
"Pak, lepasin saya" Adira memutar pergelangannya berusaha melepaskan cengkraman Chris. "Mau pak Chris apa sih? Lepasin pak" lanjutnya memberontak.
Chris dengan mudah memutar tubuh langsing Adira kemudian menguncinya dari belakang. Hembusan nafas Chris menusuk kulit pundak Adira. Hawa dingin terasa jelas disana.
"Benar kamu tidak merasakan apa-apa malam itu? hmm" Chris menurunkan tangan kirinya lalu melingkarkan tangannya di bagian perut bawah Adira.
"Pak lepasin saya" Adira berhasil menyingkirkan tangan Chris dari tubuhnya. Namun kembali Chris menarik kuat dirinya.
Kini keningnya menyatu dengan kening pria yang disukainya sejak pertama masuk kerja itur.
Tangan lebar Chris tampak pas menangkup kedua sisi wajah Adira. Nafasnya memburu dengan mata terpejam.
"Mau pak Chris apa sih? Pak jawab jangan buat saya bingung"
Chris menarik lagi raga ramping itu hingga menempel erat dengannya. Adira berusaha membuat jarak dengan mencengkam lengan berotot Chris. Satu tangan Chris melenggang bebas ke bagian belakang tengkuk Adira.
"Pak jangan, aku bisa sakit" ucap Adira mengingatkan saat Chris berusaha menciumnya.
"Kamu bisa menciumku balik"
Plakkk
Tamparan keras mendarat di pipi Chris hingga meninggalkan cap tangan disana.
Kali ini aku tidak akan terlena lagi. Aku tidak akan pasrah begitu saja walaupun aku menyukainya. _Adira_
"Dasar mesum. Pak Chris sengaja memanfaatkan kelemahanku?"
"Bukan gitu"
"Iya, maksud pak Chris gitu. Jangan bicara denganku lagi"
Chris menunduk sejenak setelah Adira pergi. Ia tersenyum simpul sambil mengulum bibirnya. Bagaimana bisa ia menuruti kemauan Adira itu sedangkan dirinya mentor Adira di kantor yang sudah pasti akan berhubungan setiap hari.
"Ra, kita berhasil. Proposalnya diterima sama pak David. Kita akan dapat bonus, Ra" ujar Maya excited.
"Iya, ini semua berkat kalian. Berkat kalian semua proposal kita diterima. Kalian hebat" puji Adira merendah. Sebenarnya justru dialah yang berkontribusi banyak dalam pembuatan proposal hingga diterima sampai tahap tertinggi.
"Saya juga hebatkan?" sahut Jhon menyambung ucapan Adira.
Prok prokkk
Bunyi tepuk tangan menyudahi acara peluk-peluk Adira bersama teman-temannya.
"Selamat untuk kita semua" ucap Chris bahagia dengan keberhasilan timnya. "Untuk merayakannya, malam ini kita akan nonton bersama" Chris mengeluarkan 6 tiket bioskop yang sempat ia sembunyikan di balik punggungnya. Tiket itu untuk Adira, Maya, Lisa, Farah, Jhon, juga dirinya yang tergabung dalam tim divisi 1.
Sesuai dengan rencana tadi petang, mereka kini sudah berada di depan pintu bioskop. Begitu terdengar suara operator, mereka semua segera memasuki room 2 dimana film yang mereka pilih akan diputar. Maya, Lisa, Farah, dan Jhon yang masuk duluan langsung duduk berbaris dalam seat yang sama. Chris duduk di belakang mereka. Sedangkan Adira belum masuk karena masih di toilet.
Tak lama sebelum film dimulai, Adira pun masuk. Ia melirik seat dimana teman-temannya duduk namun tidak ada tempat lagi untuknya.
"Ra, kamu duduk di belakang ya sama pak Chris"
Adira mengelas malas. Kenapa harus duduk di sebelah Chris sih? Padahal ia sedang tidak ingin berdekatan dengan atasannya itu. Tapi mau tidak mau walaupun dengan terpaksa, ia secepatnya harus duduk disana karena film akan segera dimulai.
Semuanya menonton seksama dan fokus dengan tontonan di depan mata. Di pertengahan film menampilkan adegan yang cukup intim. Dimana pemeran utama pria dan wanita melakukan adegan bercinta. Adira bergerak gusar menyaksikan adegan itu. Ia teringat kembali dengan tingkah agresifnya malam itu.
"Kenapa, kamu mau melakukan adegan itu dengan saya?" tanya Chris sembarang setelah melihat duduk Adira yang tak nyaman.
Seketika pupil Adira terbuka lebar. Membelalak memandang pada pria yang duduk di sebelah kanannya.
"Pak Chris itu kalau bicara gak pernah di filter ya" balas Adira kesal.
Tiba-tiba ruang bioskop menjadi gelap gulita karena memang film yang sedang berjalan beralih ke waktu malam.
Adira mencengkram tangan Chris. Cengkraman itu cukup kuat membuat Chris merasakan perih di lengan kekarnya. Dalam keadaan masih gelap, Chris menggapai wajah Adira lalu mencium bibir itu lagi. Seketika hawa panas menyergap tubuhnya. Walaupun tidak dapat melihat pemilik wajah yang saat ini sedang mengecup bibirnya namun dari aroma tubuh pria itu, Adira tahu jika Chris yang sedang menyentuh.
Pelan dan sangat lembut, Chris menuntun Adira agar membuka sedikit bibirnya. Ia ingin mengecap setiap inci bibir mamabukkan itu. Tak lama, Adira merasakan tekanan di bibirnya saat Chris bergerak maju hingga bibir keduanya menempel kuat seperti benda yang dipoles lem.
"Jangan takut. Ada saya disini" ucap Chris berbisik dengan nafas menggebu. Adira berbohong. Cengkraman kuat Adira di tangannya membuat Chris sadar, Adira takut dengan gelap.
Bayangan itu muncul lagi. Dalam hitungan detik, Adira merasa seperti ada benda yang menghantam kepalanya. Bunyi denging itu terdengar semakin jelas. Dengan langkah tak seimbang, Adira menuruni tangga keluar dari ruang teater. Chris mengikuti dari belakang.
"Adira"
"Lepasin saya pak" Adira menyingkirkan tangan Chris dengan tenaga yang tersisa.
"Gak usah keras kepala. Sekarang kamu cium saya balik"
"Hah" kepala Adira semakin pusing mendengar ucapan Chris. "Saya gak akan mencium pak Chris balik"
Sampainya di luar gedung, Adira merasa tidak kuat lagi. Keringatnya bercucuran membasahi anak rambutnya. Tubuhnya ambruk namun untungnya Chris sigap menyambut tubuh lemah itu. Chris pun membopong bridal tubuh Adira masuk ke dalam mobilnya.
Di dalam mobil perlahan kesadaran Adira kembali. Namun kepalanya masih pusing. Keringatnya juga masih keluar berlebihan.
"Apa susahnya?" Chris mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak senti saja dengan bibir Adira.
"Hanya kali ini saja" Adira hanya bergerak sedikit untuk menempelkan bibirnya dengan Chris. Ternyata penawarnya masih sama. Adira mengalungkan tangannya di celah tengkuk Chris kemudian bergerak agresif seperti malam itu.
Chris menekan rel sliding jok yang ada di sisi kursi Adira. Kursi itu terhentak ke belakang hingga Chris ikut tertarik dan menindih tubuh Adira. Gerakan tiba-tiba itu membuat Adira tersadar.
"Pak" Adira segera bangun begitu juga dengan Chris.
Chris mengaitkan lagi kancing kemejanya yang beberapa saat yang lalu dilepaskan Adira. Dan dengan wajah tertunduk malu, Adira menuruni rok denim yang sempat disingkap oleh Chris. Hampir saja mereka melakukan adegan yang ditonton di bioskop tadi. Adira tidak bisa berkata.
"Kenapa?"
"Saya malu" balas Adira enggan menurunkan tangan yang menutupi wajahnya. "Pak, saya mau jujur"
"Tentang?"
Adira memejamkan matanya beberapa saat. Kemudian membuang nafas sebelum bicara.
"Terlepas dengan kondisi saya. Saat kita berciuman, saya menikmatinya. Untuk pertama kalinya saya tahu rasanya berciuman yang dilakukan orang dewasa dan itu dengan pak Chris. Tapi..."
"Sejak kapan kamu menyukaiku?" tanya Chris memotong ucapan Adira. Sorot mata itu begitu menggoda membuat Adira tidak tahan memandang lama pria di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Aqiyu
Adira
2022-10-14
0
Senajudifa
salam dar kutukan cinta dn mr playboy thor kumasukan dlm favoritku mampirlah jika berkenan kenovelku
2022-10-03
0
Senajudifa
aku mendukungmu adira
2022-10-03
0