Sesak sekali

Hari ini, Adira tidak bisa fokus dengan apapun yang dikerjakannya. Pikirannya tidak bisa lepas dari kejadian kemarin malam. Sampai saat inipun, ia masih tidak percaya bila mengingat betapa liarnya bibirnya menari. Bisa-bisanya ia bertindak begitu agresif sampai berguling di lantai seperti itu. Dan yang semakin membuat malu, ia tidak beranjak dari atas tubuh Chris setelah adegan panas itu berakhir. Adira malu dan gelisah bagaimana ia harus bersikap jika bertemu Chris nanti.

"Sekarang aku harus gimana? Malu banget. Eh tapikan dia duluan yang menciumku. Harusnya dia yang minta maaf. Kenapa aku mesti uring-uringan gini? Dia yang mulai duluan. Tapi ah tetap saja, aku agresif banget malam itu" Adira mengetuk ujung kepalanya di meja. Kepalanya terasa mau pecah memikirkan itu semua.

Samar Adira mendengar suara berbisik.

"Itu pak Chris"

"Ya ampun kok dia makin keren sih"

"Iya, mana ganteng lagi"

"Beruntung banget pacarnya"

Chris berjalan tegap melewati karyawan wanita yang sedang mengagumi kharisma yang dimilikinya. Tubuhnya yang tinggi dengan body yang pas membuatnya terlihat layaknya model profesional ketika sedang berjalan seperti saat ini. Adira mencuri pandang sesaat lalu kembali menundukkan wajahnya. Ia semakin tidak berani memandang Chris lama-lama setelah ciuman panas itu. Chris melirik Adira sekejab sembari melangkah menuju ruangannya.

"Ra, kamu kenapa sih? Dari tadi pagi tadi gelisah banget kayak orang sakit" ucap Maya sambil menempelkan jarinya di kening Adira. "Normal" sambungnya.

"Apaan sih. Aku masih waras kali"

"Maksud aku suhu tubuh kamu normal. Su'udzon terus deh. Kamu kenapa sih? Belum sarapan?"

"Udahlah gak usah sok peduli. Kemarin saja aku ditinggalin" kata Adira dengan raut masam.

"Sorry, Ra" sambung Lisa dan Farah serentak.

"Males ah. Kalian tahu. Kemarin malam itu aku ke kunci di gudang. Untung ada..." Adira menunda ucapannya. Hampir saja kecoplosan jika malam minggu kemarin ia terkunci bersama Chris di gudang.

"Untung ada apa?" lanjut Lisa penasaran. "Terus siapa yang ngeluarin kamu dari gudang? Siapa yang buka pintunya? Jangan-jangan"

Seperti biasanya, Lisa adalah orang yang paling peka. Sifatnya yang selalu ingin tahu selalu membuatnya terus bertanya menelisik. Biasanya Lisa tidak akan berhenti menyelidik sebelum mendapat jawaban dari pertanyaannya.

"Pak penjaga yang buka pintunya" jawab Adira berbohong. "Jangan mikir yang aneh-aneh ya" sambungnya.

"Oh jadi yang buka pintunya penjaga gudang" sambar Jhon yang tiba-tiba hadir ditengah percakapan Adira dan teman-temannya. Ia mengangguk pelan seraya melototi Adira.

"Eh ada pak Jhon. Pak Jhon ngapain disini?" tanya Adira tersenyum tidak enak.

"Kamu disuruh pak Chris ke ruangannya"

"Memangnya ada apa pak? Saya ada salah lagi?"

"Auh, iya kali. Kamukan sering buat masalah seperti malam kemarin"

Seketika Maya dan kawan-kawan langsung menoleh pada Adira dengan tatapan curiga.

"Buruan kamu kesana. Nanti kamu kena hukum lagi kalau lama"

"Iya pak. Terima kasih" angguk Adira patuh. Adira mengambil langkah seribu sebelum teman-temannya bertanya lagi. Ia tahu setelah ini akan dicerca pertanyaan intimidasi dari teman-temannya itu.

Tok tok tok

Adira memutar gagang pintu. Kepalanya menelusup terlebih dahulu, mengecek apakah ada orang di dalam. Chris tidak duduk di kursi kebesarannya. Perlahan Adira masuk ke dalam. Ia mengedarkan mata namun Chris tidak ada dimanapun.

"Tu kan gak ada orang. Kemana dia? Buat apa nyuruh aku kesini kalau dia tidak ada. Atau jangan-jangan dia ngerjain aku lagi"

Tiba-tiba ponsel Adira berdering menampakkan nomor tanpa nama di layar ponselnya yang sedang menyala.

"Nomor siapa ini? Hallo, ini siapa ya?"

"Ini saya, Chris. Saya tunggu di rooftop"

Chris langsung memutuskan sambungan telpon sebelum sempat Adira mengiyakan ataupun menolak. Kebiasaan Chris banget selalu menutup pembicaraan secara sepihak.

"Hehmm" dehem Adira memberi tanda pada Chris jika ia sudah tiba.

Chris memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Seperti biasa pose seperti itu membuatnya terlihat mempesona. Apalagi ditambah kacamata bening yang melekat di balik telinganya semakin membuat kharisma Chris lumer.

"Ada apa pak Chris minta saya kesini?" Adira bertanya lebih dulu karena tampaknya Chris bingung harus memulai dari mana pembicaraan mereka.

Chris masih diam seribu bahasa. Keduanya berdiri berhadapan.

"Tentang kejadian malam itu. Bisakah kamu melupakannya saja?"

Deg

Adira merasa dadanya seperti ditumpuk benda berat. Terasa teramat sesak di dalam sana. Chris mengatakan itu dengan nada tenang dan mimik datar seakan kejadian malam itu tidak pernah terjadi. Kenapa semudah itu, Chris meminta untuk melupakan semuanya? Padahal Adira sampai tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkannya. Adira tahu, Chris sudah punya pacar tapi haruskah bicara seperti itu?

"Pak Chris yang mencium saya lebih dulu jadi kejadian itu bukan sepenuhnya salah saya. Tapi itu tidak masalah. Saya juga tidak merasakan apa-apa" Adira menghela nafas sebentar.

"Saya perjelas lagi agar pak Chris tidak salah paham. Malam itu saya mencium pak Chris agar suhu tubuh saya kembali normal. Sepertinya dugaan saya benar. Saya harus membalas dengan ciuman bergairah agar cepat pulih. Mungkin ini terdengar tidak masuk akal tapi itulah yang terjadi. Dan pak Chris sudah membuktikannya sendiri. Saya permisi dulu pak" Adira sedikit membungkukkan tubuhnya dan berlalu pergi. Ia berusaha melangkah tegap walaupun sebenarnya saat ini hatinya sedang patah. Dan yang semakin membuat perih, hati itu dipatahkan disaat ia belum memulai apapun.

Adira meminta izin pulang lebih awal dengan alasan kurang enak badan. Ia ingin menenangkan pikiran dan hatinya yang sedang berkobar. Ia ingin marah tapi pada siapa? Ia ingin cerita tapi tidak punya orang yang bisa diajak tukar pendapat. Walaupun ia mempunyai kawan akrab tapi Maya, Lisa, bukanlah wadah yang tepat untuk bicara serius. Bisa-bisa rahasianya kembali bocor. Masih ada Farah, dia cukup bisa menyimpan rahasia namun sekarang Farah terlihat sedang sibuk dengan pekerjaannya. Adira tidak ingin menganggu temannya itu hanya untuk mendengarkannya bicara.

Dari atas rooftop, Chris memperhatikan Adira keluar dari pekarangan kantor. Langkahnya tampak terburu-buru seperti sedang mengejar sesuatu.

"Mau kemana dia? Inikan belum waktunya pulang" Chris mengusap kasar wajahnya. Pikirannya mengulang lagi percakapannya dengan Adira tadi. Apakah permintaannya terlalu kasar?

Benar kata Adira, malam itu dirinya yang memulai lebih dulu. Harusnya ia meminta maaf bukan bersikap seolah dirinya sebagai korban dan dengan lugasnya meminta Adira melupakan cumbuan panas itu. Bukankah itu bisa dikatakan lempar batu sembunyi tangan? Apakah itu sikaf seorang laki-laki sejati?

"Adira dimana ya?" tanya Chris pada Farah.

"Adira tadi izin pulang lebih awal pak. Katanya dia kurang enak badan. Ada apa ya pak?"

"Gak ada apa-apa" Chris pergi begitu saja tanpa permisi ataupun berterima kasih. Itu menjadi salah satu sifat buruk Chris di mata bawahannya.

Adira berjalan santai sembari melirik pernak-pernik yang didagangkan. Seperti inilah cara Adira menghibur dirinya sendiri. Jalan-jalan ke pusat jual beli barang kecil seperti aksesoris yang nantinya bisa menunjang penampilannya. Ia jarang sekali melakukan ini. Hanya sesekali saja jika ia sedang gundah. Adira menyukai benda-benda kecil karena baginya itu terlihat sangat menggemaskan dan gampang dibawah kemana-mana.

Tak terasa waktu sudah sore namun Adira belum ingin pulang. Di rumah juga tidak ada siapa-siapa. Hanya ia sendiri. Sebenarnya, ia ingin sekali berkunjung ke rumah ibunya namun untuk apa. Ibunya tidak akan bisa memberinya solusi. Apalagi ia tidak terlalu akrab dengan wanita yang melahirkannya itu karena bagi sang ibu, Adira hanyalah anak nakal yang selalu merepotkan dan susah diatur.

"Wah gelang ini bagus banget. Tapi kok gak ada tulisan harganya. Mbak harga gelang ini berapa ya?"

"750ribu mbak" jawab pelayan tokoh tersenyum.

Adira refleks menelan salivanya. Harga segitu cukup untuk biaya makannya selama 3 minggu ke depan.

"Ih gelangnya cantik banget. Sayang aku beli ini aja ya"

Adira menoleh pemilik suara di sampingnya yang juga mengincar gelang di hadapannya. Adira tercengang begitu berhadapan dengan si wanita. Ternyata wanita itu bersama Chris, pria yang seharian ini membuatnya gundah gulana.

"Apa ini pacarnya? Cantik sekali. Jauh banget dibandingkan denganku. Mereka sangat serasi" ucap Adira dalam hati seraya memandang Chris dan pacarnya bergantian. "Bodoh banget sih aku mengharapkan pak Chris tertarik padaku" lanjutnya bergumam.

Sama seperti Adira, Chris juga tidak menyangka akan bertemu dengan Adira dalam situasi seperti ini. Sangat canggung dan kaku. Chris dan Adira tidak saling bertegur sapa, bersikap seakan tak saling mengenal. Adira pun menahan lidahnya tidak bergerak untuk menjaga perasaan pacar Chris.

"Ini berapa mbak harganya?" tanya Emilly antusias. Ia sudah terlanjur jatuh cinta dengan keindahan gelang berwarna perak di hadapannya.

"750ribu, mbak"

"Tu murah banget sayang. Mbak aku ambil yang ini ya" ucap Emilly langsung deal membeli gelang itu.

"Maaf mbak tapi mbak ini yang datang duluan" ujar pelayan tokoh menunjuk Adira. "Mbak jadikan beli ini?"

"Hmm memangnya gak ada diskon ya mbak?" tanya Adira malu. Ia juga sangat menyukai gelang itu.

"Gak ada mbak. Ini sudah harga net gak bisa kurang lagi"

"Udah saya saja mbak yang ambil. Bungkus ya mbak" sambar Emilly.

Chris melihat sebentar wajah kecewa Adira. Ia merasa iba. Tangannya gatal ingin membelai rambut hitam panjang yang tergerai itu. Pandangan Adira yang sayu membuat hati Chris bergetar. Ingin rasanya melakukan sesuatu agar Adira tersenyum lagi.

"Ra, kamu pasti marah banget sama aku" gumam Chris memandang intens langkah Adira yang kian menjauh darinya.

Adira menghentikan lajunya kemudian berbalik badan. Di seberang sana ia melihat Chris yang sedang tertawa lepas bersama pacarnya.

"Mereka terlihat sangat bahagia" Adira menggeleng kepalanya cepat. " Duh Ra, kamu kesini buat nyenangi diri bukan malah makin melow gini. Lagian salah kamu sendiri suka sama pacar orang. Hahh Tuhan please beri aku penawarnya. Rasanya nyesek banget" mohon Adira sambil menepuk pelan dadanya.

...-----------------------...

Terpopuler

Comments

Windy Artika

Windy Artika

sabar adira klo cinta g akan kemana

2022-10-23

1

Aqiyu

Aqiyu

kesihan juga Dira

2022-10-14

1

Senajudifa

Senajudifa

aku jg nyesek thor

2022-10-03

1

lihat semua
Episodes
1 Adira & Chris
2 Boleh Saya Menciummu?
3 Hot Kiss
4 Sesak sekali
5 Berkata Jujur
6 Debaran rasa
7 Penasaran
8 Tidur Bersama
9 Handuk Putih
10 Keraguan
11 Seharusnya atau tidak?
12 Saya tahu semuanya
13 Tidurlah dengan saya
14 Kembali seperti dulu
15 Senja kemerahan
16 Kecupan balasan
17 Ciuman Pertama
18 Fantasi
19 Jangan Pergi, Adira
20 Saya Mencintai Kamu
21 Manis Tapi Memabukkan
22 Terlalu Kejam
23 Selama Ini Bukan Pacaran?
24 Dasi Yang Tak Asing
25 Lipstik Merah
26 Berbunga lalu jatuh
27 Aku Minta Maaf
28 Pemilik Waktu
29 Salah Paham
30 Menemukan Bukti
31 Aku Tidak Ingin Membencimu
32 Aku Sakit
33 Kata Maaf Tertahan
34 Selamat Ulang Tahun
35 Kata Hati
36 Gejolak Rasa
37 Rahasi Kedua
38 Waktu Yang Salah
39 Memendam Rindu
40 Antara Cinta dan Sakit
41 Keinginan Kejam
42 Aku Terlalu Mencintainya
43 Keras Kepala
44 Fakta Terungkap
45 Kamu Tidak Boleh Mati
46 Musuh Bayangan
47 Miliki Anak Dari Aku
48 Bertahanlah
49 Ayo Menikah
50 Di Antara Dua pilihan
51 New Journey
52 Kenangan Yang Hilang
53 Pelan-pelan Saja
54 Satu Ingatan
55 Tetap Tersesat Atau Pulang!
56 Miskomunikasi
57 Ini Waktunya?
58 Semoga Ini Selamanya
59 Lagi Dan Lagi
60 Pembalasan
61 Rahasia, Desain, dan Meeting.
62 Mana Yang Lebih Penting?
63 Nasehat Wanita Rentah
64 Kebahagiaan Sesaat?
65 Banyak Cara!
66 Aku Memang Mencintainya
67 Mimpi
68 Ego
69 Sensitif
70 Rasa Peduli Dan Kecewa
71 Sudah Boleh
72 Hai Diary
73 Aku Harap Waktu Berhenti
74 Pilihan Yang Sulit
75 Pamit
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Adira & Chris
2
Boleh Saya Menciummu?
3
Hot Kiss
4
Sesak sekali
5
Berkata Jujur
6
Debaran rasa
7
Penasaran
8
Tidur Bersama
9
Handuk Putih
10
Keraguan
11
Seharusnya atau tidak?
12
Saya tahu semuanya
13
Tidurlah dengan saya
14
Kembali seperti dulu
15
Senja kemerahan
16
Kecupan balasan
17
Ciuman Pertama
18
Fantasi
19
Jangan Pergi, Adira
20
Saya Mencintai Kamu
21
Manis Tapi Memabukkan
22
Terlalu Kejam
23
Selama Ini Bukan Pacaran?
24
Dasi Yang Tak Asing
25
Lipstik Merah
26
Berbunga lalu jatuh
27
Aku Minta Maaf
28
Pemilik Waktu
29
Salah Paham
30
Menemukan Bukti
31
Aku Tidak Ingin Membencimu
32
Aku Sakit
33
Kata Maaf Tertahan
34
Selamat Ulang Tahun
35
Kata Hati
36
Gejolak Rasa
37
Rahasi Kedua
38
Waktu Yang Salah
39
Memendam Rindu
40
Antara Cinta dan Sakit
41
Keinginan Kejam
42
Aku Terlalu Mencintainya
43
Keras Kepala
44
Fakta Terungkap
45
Kamu Tidak Boleh Mati
46
Musuh Bayangan
47
Miliki Anak Dari Aku
48
Bertahanlah
49
Ayo Menikah
50
Di Antara Dua pilihan
51
New Journey
52
Kenangan Yang Hilang
53
Pelan-pelan Saja
54
Satu Ingatan
55
Tetap Tersesat Atau Pulang!
56
Miskomunikasi
57
Ini Waktunya?
58
Semoga Ini Selamanya
59
Lagi Dan Lagi
60
Pembalasan
61
Rahasia, Desain, dan Meeting.
62
Mana Yang Lebih Penting?
63
Nasehat Wanita Rentah
64
Kebahagiaan Sesaat?
65
Banyak Cara!
66
Aku Memang Mencintainya
67
Mimpi
68
Ego
69
Sensitif
70
Rasa Peduli Dan Kecewa
71
Sudah Boleh
72
Hai Diary
73
Aku Harap Waktu Berhenti
74
Pilihan Yang Sulit
75
Pamit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!