5. Ingin membuatmu cemburu

Seperginya Elrich dari bangsal perawatan Abrine, Yemima masuk dan menjenguknya.

"Brine, bagaimana keadaanmu?"

"Sudah baik-baik saja," jawab Abrine sembari menyunggingkan senyum tipis.

"Ah, maaf, aku tidak menemukan kontak keluargamu. Ponselmu di temukan dalam keadaan mati."

"Tidak apa-apa, lagipula sudah ada yang menjaminku, bukan?"

"Ya, Elrich...."

"Kau mengenal Dokter El?" tanya Abrine kemudian.

"Ya, dia sahabat Xander, tentu aku mengenalnya."

Abrine mengangguk singkat.

"Semua ini terjadi karena pestaku, maafkan aku, Brine...." Yemima menggenggam tangan Abrine dengan raut wajah yang tampak sendu.

"Tidak, ini murni karena keteledoran ku. Aku seharusnya lebih teliti dengan minuman yang akan ku konsumsi."

"Aku benar-benar tidak enak padamu."

"Tidak apa, Mima. It's okey..."

Yemima melirik ke atas nakas. "Kau belum memakan sarapanmu? Bagaimana bisa kau mengonsumsi obat kalau begini, ayo makan! Aku akan membantumu."

Yemima mulai mengatur ketinggian sandaran ranjang, agar Abrine nyaman dalam posisi setengah duduk, kemudian dia mulai meraih makanan di nakas dan membuka plastik yang menutupi sajian itu.

"Aaaaa...." ucap Yemima mencoba menyuapi Abrine.

"Apa setelah ini aku harus mengabari keluargamu?" tanya Yemima ditengah-tengah kegiatan suap-menyuapi itu.

"Tidak usah, lagipula aku akan kembali ke Indonesia dua bulan lagi. Anggap saja kejadian ini tidak terjadi." Abrine berujar santai, tapi kemudian dia mengingat ucapan Elrich beberapa saat lalu. Bagaimana jika pria itu benar-benar mau memperkarakan masalah ini sampai ke pihak kepolisian?

"Ehm... tapi," Abrine ragu melanjutkan kalimatnya.

"Kenapa?"

"Bagaimana jika Dokter El memperkarakan masalah ini? Jika dia menuntutku bagaimana, Mima?"

Yemima mengernyit heran. Menuntut? Bagaimana bisa Elrich menuntut sedangkan kecelakaan ini terjadi juga karenanya. Jelas-jelas Elrich yang mengemudikan mobil milik Abrine? Kenapa pula Elrich yang menuntut Abrine?

"Maksudmu?"

"Itu, aku kan telah menabrak dokter El sampai tangannya di gips. Jadi--"

"Wait, wait... kau menabrak Elrich? Apa El yang mengatakan ini padamu?"

"Tidak, tapi tangannya begitu pasti karena aku, bukan?"

Yemima hendak menjawab tapi kehadiran seseorang membuat pembicaraan mereka terhenti.

"Brine...." Raymond muncul dihadapan keduanya. Membuat Yemima menatap Abrine sendu sementara Abrine membalas tatapan Yemima seolah bertanya siapa yang memberitahu Raymond jika dia berada disini.

"Ehm, tadi malam selepas kecelakaan itu aku mencoba mencari kontak keluargamu tapi tidak ketemu karena ponselmu mati. Jadi, aku berniat bertanya pada Ray siapa tahu dia mengetahuinya, sayangnya Ray juga tidak tahu. Aku jadi menjelaskan padanya mengenai kondisimu." Yemima buru-buru menjelaskan, membuat Abrine sadar darimana Raymond tahu keberadaannya, tentu saja dari Yemima.

"Maaf," kata Yemima tanpa suara, hanya mulutnya yang terbuka sambil menatap Abrine dengan tatapan sungkan. Abrine tahu Yemima tidak berniat mengadukan hal ini pada Raymond, Yemima pasti kalut saat dia mengalami kecelakaan dan tanpa pikir panjang malah menghubungi Raymond untuk mencari informasi keluarganya.

Sebenarnya Abrine ingin menahan Yemima untuk tetap menemaninya dan Raymond dalam ruangan itu, namun Raymond terlanjur berbicara pada Yemima.

"Mima, bisakah aku saja yang membantu Abrine sarapan? Dan lagi, aku ingin bicara berdua dengannya. Apa bisa?"

Yemima menghela nafas panjang. "Oke," ujarnya lalu benar-benar pergi dari ruangan itu setelah meletakkan piring kembali ke nakas.

"Ini, untukmu...." Raymond mengulurkan sebuket bunga yang sangat cantik ke hadapan Abrine.

"Thanks..." Abrine sebenarnya tidak ingin lagi menerima segala bentuk perhatian Raymond kepadanya, tapi entah kenapa tindakannya bertolak belakang dengan keinginan hatinya yang menentang keras.

Raymond mulai ingin menggantikan Yemima, seperti ucapannya tadi, dia ingin menyuapi Abrine sarapan.

"Aku sudah kenyang," tolak Abrine.

"Kalau begitu, minumlah obatmu."

Abrine menerima dan tidak menolak saat Raymond memberinya obat dan air.

"Bagaimana keadaanmu, Brine?"

"Semuanya sudah baik-baik saja."

"Kenapa ini bisa terjadi?"

"Entahlah, aku mabuk."

"Kau mabuk?" Raymond menatap Abrine dengan mata membola. "Apa kau melakukan itu karena ku?"

Abrine tertawa pelan. "Kenapa kau berpikiran begitu?" tanyanya.

"Karena kemarin, kau sempat mengatakan bahwa kau cemburu melihatku dengan Freya."

Abrine terdiam, dia membuang pandangan ke arah lain. Ya, kemarin dia sempat mengutarakan hal itu, namun belum sempat membahas lebih lanjut bersama Raymond rupanya Freya hadir ditengah-tengah mereka.

"Ray, lupakan masalah itu."

"Kenapa? Kau cemburu, kan? Aku--aku ingin membahasnya."

"Untuk apa? Semuanya tidak begitu penting."

"Penting bagiku," pungkas Raymond.

"Apanya yang penting."

"Kau cemburu itu tandanya kau memiliki perasaan padaku, Brine." Raymond mencoba meraih jari jemari Abrine namun Abrine menghindarinya.

"Kau senang dengan hal itu?" tanya Abrine, seolah mengakui jika ucapan Raymond benar adanya dan dia tidak menyanggah hal itu.

"Ya, aku senang mengetahui hal ini...."

"Kenapa?" lirih Abrine.

"Karena aku---aku juga memiliki rasa itu, Brine. Aku menyukaimu."

Abrine menggeleng tak percaya. Seharusnya ini adalah momen yang dia tunggu. Seharusnya dia senang mendengar Raymond mengucap kata bahwa pemuda itu juga menyukainya, tapi entah kenapa sekarang rasanya hanya ada sakit. Jika memang Raymond menyukainya, lalu Freya dan hubungan mereka, apa artinya?

"Aku memacari Freya dengan niat membuatmu cemburu, ternyata itu berhasil." Raymond berusaha menjelaskan saat melihat Abrine hanya diam tanpa ekspresi berarti.

"Kau bohong, Ray!" Abrine menekankan kata-katanya.

Raymond tampak terhenyak, dia menatap Abrine dengan tatapan nanar. "I'm seriously. Trust me!"

Abrine menggeleng keras secara berulang. Dia memang mencintai Raymond dan perasaan itu sudah terpendam cukup lama, tapi dia masih pintar untuk berpikir. Cinta tidak bisa membutakannya. Setidaknya, cintanya pada Raymond memang belum membawanya pada fase membutakan seperti itu. Dia masih bisa berpikir jernih.

"Aku tidak bisa mempercayaimu untuk kali ini." Benar, baru kali ini Abrine meragukan ucapan Raymond selama masa mereka saling mengenal satu sama lain.

"Why?" Raymond melirih. Sorot matanya nampak penuh kekecewaan atas ujaran Abrine.

"Jika kau memang memacari Freya untuk membuatku cemburu, harusnya kau mengatakan hal mengenai dia didepanku lalu melihat bagaimana reaksiku. Tapi kenyataannya? Kau berpacaran dengannya tanpa sepengetahuanku. Kau tidak akan pernah jujur jika saja aku tidak memergoki kalian berdua tempo hari."

Ctas! Ucapan Abrine seperti sentilan keras untuk Raymond. Benar, seharusnya dia mempertontonkan kemesraannya dengan Freya didepan Abrine jika memang berniat untuk membuat Abrine cemburu. Nyatanya, tidak. Dia menyembunyikan Freya dari Abrine.

"Dan setelah semua itu, kau mengatakan bahwa kau menyukaiku?" Abrine tersenyum miris.

"Brine, aku sungguh-sungguh. Selama ini aku menjunjung tinggi persahabatan kita. Maka dari itu, aku tidak berani mengakuinya padamu. Tapi mendengarmu cemburu, aku merasa perasaanku selama ini ternyata tidak bertepuk sebelah tangan."

"Pulanglah, Ray. Aku membutuhkan waktu untuk beristirahat." Abrine menjawab acuh tak acuh. Dia malas membahas hal ini untuk saat ini.a

Raymond mengangguk, dia beranjak namun mendekat ke arah wajah Abrine. Diusapnya pelan pipi mulus gadis itu lalu menatapnya lekat.

"Apapun yang ku lakukan bersama Freya, itu tidak pernah melibatkan perasaan. Berbeda saat denganmu, Brine. Aku selalu menganggapmu spesial," akui Raymond tampak sungguh-sungguh. Abrine membalas tatapan mata pemuda itu dan seakan larut didalamnya. Tapi, buru-buru dia memalingkan wajah.

"Cepat sembuh, aku akan mengunjungimu lagi nanti."

Sementara itu, disisi lain,

Elrich berdiri diambang pintu bangsal dimana Abrine masih dirawat. Dia tidak sengaja melihat Raymond ada disana dan tentunya dia mendengar semua percakapan keduanya.

Saat menyadari jika Raymond hendak keluar dari ruangan, buru-buru El berjalan ke arah lainnya. Dari situ El tahu bahwa pria itulah yang membuat Abrine sakit hati dan menaruh kecewa.

El hampir lupa jika dia ada niat tersendiri mengunjungi bangsal Abrine. Tapi, mengingat kedatangan Raymond tadi, El mengurungkan untuk kembali mendatangi ruangan Abrine. Dia merasa pasti sekarang Abrine butuh waktu untuk beristirahat, terutama mengistirahatkan hati dan pikiran.

El memutuskan untuk kembali ke bangsal tempatnya dirawat, saat ini diapun berstatus sebagai seorang pasien. Dengan pelan dia memapah diri sendiri sambil membawa tiang infus beroda, dengan satu tangan lain yang masih di perban dalam sangga-an.

"Kau akan tidur?" Tiba-tiba sudah ada Xander yang berdiri diambang pintu bangsal El yang terbuka.

"Ya, aku lelah."

"Aku pikir kau tidak bisa lelah, El."

Elrich hanya tersenyum tipis dan mulai beranjak ke pembaringan.

"Aku diberi izin beristirahat selama 4 hari." El berujar sambil memposisikan diri.

"Ya, Dokter Finn mengatakannya padaku."

"Tapi jangan larang aku untuk keluar dari ruangan ini," kata El tenang.

"Ya, keluar untuk melihat Abrine, bukan? Apa kau mengkhawatirkannya?" Xander tersenyum menggoda El.

El diam saja tanpa menyahut. Baginya ujaran Xander tak penting dan tak perlu ditanggapi. Xander pasti bisa menyimpulkan sendiri jika kedatangannya ke bangsal Abrine nanti bukan karena mengkhawatirkan gadis itu, melainkan karena dia layak tahu keadaan Abrine sebab mereka kecelakaan bersama. Dan lagi, namanya juga berstatus sebagai wali bagi Abrine.

Entah kenapa El tidak keberatan dengan hal itu, walau semestinya Xander atau Yemima mungkin lebih berhak menjadi penjamin daripada dia yang tidak mengenal Abrine sama sekali. Entahlah, tapi mungkin karena kecelakaan itu terjadi bersama dengannya dan dia merasa ikut bertanggung jawab juga meski itu bukan sepenuhnya kesalahannya.

*****

Terpopuler

Comments

Ngopi Atuh

Ngopi Atuh

heuhhh jngn smpe trmkn rayuan si remon remon itu😂😆

2022-09-03

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

betul kt abrine klu mau bikin cemburu tampakn di depat mata bkn bermain di belakang dan menutupiy..kamu hrs tegas brine jangn lemah mau menerima barang bekas yg sdh di jamah orang lain..kamu lbh pantas mendapatkn yg lbh baik dr raymond..

2022-08-02

3

𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

Apaan sih Raymond...trus maksudmu Abrine mau kamu kasih bekas Freya gitu..enak aja ngomong.. jangan mau Abrine masih ada dokter El yang lebih segala2nya

2022-08-02

1

lihat semua
Episodes
1 1. Patah Hati
2 2. Pesta
3 3. Kecelakaan
4 4. Perasaan Bersalah
5 5. Ingin membuatmu cemburu
6 6. Permintaan maaf
7 7. Mengajukan syarat
8 8. Merawat
9 9. Rasa sakit yang kembali
10 10. Perjalanan
11 11. Perkenalan
12 12. Sebuah Keputusan
13 13. Kebohongan yang diketahui
14 14. Bukan lagi sakit tapi kecewa
15 15. Simbiosis Mutualisme
16 16. Siapa dia?
17 17. Pria yang ku cintai
18 18. Pulang ke tanah air
19 19. Tentang sang ibu
20 20. Dia adalah masa lalu
21 21. Meminta restu
22 22. Pertimbangkan lagi
23 23. Melepasmu pergi
24 24. Tidak memaksa
25 25. Sebuah Panggilan video
26 26. Memikirkan status
27 27. Aku masa depanmu!
28 28. Aku memang calon suamimu
29 29. Pertemuan kembali
30 30. Mengunjungi
31 31. Sebuah Kenyataan
32 32. Pertaruhan
33 33. Perasaan khawatir
34 34. The day
35 35. Sebuah Hadiah
36 36. Demi diriku
37 37. Semua tentangmu
38 38. Karena masa lalu
39 39. Kembali
40 40. Jangan salahkan aku
41 41. Sangat perhatian
42 42. Video amatir
43 43. Berterus-terang
44 44. Makan malam bersama
45 45. Bukan Vitamin
46 46. Tersulut emosi
47 47. Terkuak
48 48. Sekilas masa lalu
49 49. Menanyakan
50 50. Sangat membutuhkan
51 51. Mempublikasikan
52 52. Yang tertunda
53 53. Mengikuti
54 54. Harus kembali
55 55. Pertengkaran
56 56. Perasaan yang tidak enak
57 57. Panti Sosial
58 58. Maksud yang lain
59 59. Penjelasan Galvin
60 60. Dilaporkan
61 61. Kantor polisi
62 62. Membayangkanmu
63 63. Gusar
64 64. Aku sudah memilikimu
65 65. Sebuah Rencana
66 66. Kemurkaan
67 67. Penangkapan
68 68. Sakit Jiwa
69 69. Mau menebus dosa?
70 70. Tes kehamilan
71 71. Siapa kau, Nyonya?
72 72. Alasan meninggalkan
73 73. Obat penenang
74 74. Membujuk
75 75. Tak diizinkan bertemu
76 76. Tentang buku harian
77 77. Mengenai hak waris
78 78. Ide Cemerlang
79 79. Tidak cemburu
80 80. Rencana kecil
81 81. Membantu
82 82. Di pindahkan
83 83. Ingin bersamamu
84 84. Pesta pernikahan
85 85. Diluar prediksi
86 86. Hot News
87 87. Kakak
88 88. Seorang Buronan
89 89. Penemuan
90 90. Kabar kematian
91 91. Datang menjenguk
92 92. Kembali ke rumah
93 93. Sudah Menyerah
94 94. Sebuah transaksi
95 95. Jamuan makan malam
96 96. Perkara benda segitiga
97 97. Ingin bicara
98 98. Hadiah dari Nenek
99 99. Terjadi sesuatu?
100 100. Mengungkit masa lalu
101 101. Pingsan
102 102. Masa lalu yang tak dapat terulang
103 103. Melunasi hutang
104 104. Gara-gara Foto
105 105. Alasan mendendam
106 106. Ancaman
107 107. Harusnya menerima
108 108. Melihat air terjun
109 109. End
110 110. Pengumuman + Promo
111 PROMO
Episodes

Updated 111 Episodes

1
1. Patah Hati
2
2. Pesta
3
3. Kecelakaan
4
4. Perasaan Bersalah
5
5. Ingin membuatmu cemburu
6
6. Permintaan maaf
7
7. Mengajukan syarat
8
8. Merawat
9
9. Rasa sakit yang kembali
10
10. Perjalanan
11
11. Perkenalan
12
12. Sebuah Keputusan
13
13. Kebohongan yang diketahui
14
14. Bukan lagi sakit tapi kecewa
15
15. Simbiosis Mutualisme
16
16. Siapa dia?
17
17. Pria yang ku cintai
18
18. Pulang ke tanah air
19
19. Tentang sang ibu
20
20. Dia adalah masa lalu
21
21. Meminta restu
22
22. Pertimbangkan lagi
23
23. Melepasmu pergi
24
24. Tidak memaksa
25
25. Sebuah Panggilan video
26
26. Memikirkan status
27
27. Aku masa depanmu!
28
28. Aku memang calon suamimu
29
29. Pertemuan kembali
30
30. Mengunjungi
31
31. Sebuah Kenyataan
32
32. Pertaruhan
33
33. Perasaan khawatir
34
34. The day
35
35. Sebuah Hadiah
36
36. Demi diriku
37
37. Semua tentangmu
38
38. Karena masa lalu
39
39. Kembali
40
40. Jangan salahkan aku
41
41. Sangat perhatian
42
42. Video amatir
43
43. Berterus-terang
44
44. Makan malam bersama
45
45. Bukan Vitamin
46
46. Tersulut emosi
47
47. Terkuak
48
48. Sekilas masa lalu
49
49. Menanyakan
50
50. Sangat membutuhkan
51
51. Mempublikasikan
52
52. Yang tertunda
53
53. Mengikuti
54
54. Harus kembali
55
55. Pertengkaran
56
56. Perasaan yang tidak enak
57
57. Panti Sosial
58
58. Maksud yang lain
59
59. Penjelasan Galvin
60
60. Dilaporkan
61
61. Kantor polisi
62
62. Membayangkanmu
63
63. Gusar
64
64. Aku sudah memilikimu
65
65. Sebuah Rencana
66
66. Kemurkaan
67
67. Penangkapan
68
68. Sakit Jiwa
69
69. Mau menebus dosa?
70
70. Tes kehamilan
71
71. Siapa kau, Nyonya?
72
72. Alasan meninggalkan
73
73. Obat penenang
74
74. Membujuk
75
75. Tak diizinkan bertemu
76
76. Tentang buku harian
77
77. Mengenai hak waris
78
78. Ide Cemerlang
79
79. Tidak cemburu
80
80. Rencana kecil
81
81. Membantu
82
82. Di pindahkan
83
83. Ingin bersamamu
84
84. Pesta pernikahan
85
85. Diluar prediksi
86
86. Hot News
87
87. Kakak
88
88. Seorang Buronan
89
89. Penemuan
90
90. Kabar kematian
91
91. Datang menjenguk
92
92. Kembali ke rumah
93
93. Sudah Menyerah
94
94. Sebuah transaksi
95
95. Jamuan makan malam
96
96. Perkara benda segitiga
97
97. Ingin bicara
98
98. Hadiah dari Nenek
99
99. Terjadi sesuatu?
100
100. Mengungkit masa lalu
101
101. Pingsan
102
102. Masa lalu yang tak dapat terulang
103
103. Melunasi hutang
104
104. Gara-gara Foto
105
105. Alasan mendendam
106
106. Ancaman
107
107. Harusnya menerima
108
108. Melihat air terjun
109
109. End
110
110. Pengumuman + Promo
111
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!