4. Perasaan Bersalah

Abrine mengerjapkan matanya sesaat. Bersamaan dengan itu, dia merasakan sakit disekujur tubuhnya. Sambil meringis, perlahan-lahan dia mulai menyadari keberadaannya sekarang-- dikarenakan aroma desinfektan yang menyeruak ke indera penciumannya. Rumah Sakit. Ya, pasti sekarang dia berada di ranjang pesakitan.

Saat matanya sudah sepenuhnya terbuka, Abrine segera menelisik ke seluruh penjuru ruangan dan benar saja dugaannya-- jika sekarang dia menjadi seorang pasien dalam ruang perawatan.

"Ah, apa yang terjadi?" Abrine mencoba mengingat momen terakhir yang menyebabkannya bisa berakhir ditempat ini.

"Ah, sepertinya, aku mengalami kecelakaan." Abrine menebak saat melihat begitu banyak luka baru di sekujur tangan dan kakinya sekarang, juga pelipisnya yang diberi perban. Sejatinya, dia tidak mengingat apapun kejadian kemarin.

"Selamat pagi, Nona." Abrine mengadah pada pintu. Seorang perawat wanita masuk membawa sebuah nampan yang berisi makanan dan obat-obatan.

Abrine tak menjawab, dia hanya berdehem pelan.

"Ini adalah sarapan anda. Silahkan dimakan. Apabila sudah siap, segera minum obatnya, Nona." Perawat itu bertutur lembut disertai senyumnya yang hangat.

"Hemm... thanks," Abrine membalas dengan senyuman pula. "Tapi, apa sudah ada yang menghubungi keluargaku?" tanya Abrine.

"Saya tidak tahu, Nona. Dokter El yang menjamin anda disini. Apakah anda kerabatnya?" Perawat itu justru balik bertanya pada Abrine, membuat Abrine mengernyit tak paham. Siapa katanya tadi? Dokter El? Siapa dia?

"Siapa Dokter El?"

"Ya, ada apa Nona?" tanya perawat tampak heran.

"Siapa katamu tadi, yang menjaminku disini?"

"Oh, Dokter Elrich. Anda kerabatnya, bukan?" ulang Perawat itu dengan pertanyaan serupa.

"Atau.... justru kekasihnya?" Perawat itu tersenyum menggoda.

Abrine menggeleng pelan dan sepersekian detik berikutnya dia merasakan nyeri dikepalanya. Sang perawat langsung tampak panik.

"Anda tidak apa-apa, Nona?"

Abrine tak menyahut, hanya memegang kepalanya yang terasa semakin nyeri.

"Baiklah, saya akan panggilkan Dokter Xander untuk memeriksa anda, sekalian Dokter El juga yang selaku wali anda disini, sepertinya dia juga sudah baik-baik saja," ucap perawat itu yang terdengar ambigu dalam pemikiran Abrine. Perawat itu lalu segera beringsut dan menekan tombol panggilan cepat kepada Dokter yang menangani Abrine di Rumah Sakit tersebut.

_______

"Apa kau yang bernama Dokter El?" Abrine bertanya pada seorang pria tinggi yang masih berada diruang rawatnya. Sedangkan Xander, sudah lebih dulu keluar setelah memeriksa kondisinya beberapa saat lalu. Tak ada percakapan berarti antara Xander dan Abrine meski pria itu adalah kekasih Yemima, mereka hanya berbincang tentang keadaan Abrine saja tadi.

"Hmmm," sahut pria berambut kecoklatan itu.

Abrine mengernyit heran, pasalnya tangan Dokter El terbalut perban dan disangga dengan sebuah alat gendongan tangan. Seketika itu juga Abrine mulai menyimpulkan sesuatu.

"Apa--apa itu karenaku?" Abrine bertanya dengan takut-takut, dia menunjuk sekilas pada tangan sang Dokter.

"Ya, lain kali jangan bertindak bodoh."

"Astaga." Abrine menghela nafas panjang.

"Kau belum memakan sarapanmu?" Elrich menatap pada nampan diatas nakas yang makanannya masih tertutup dengan plastik wrap-- tanda belum tersentuh sama sekali.

"Dokter, apa kau sudah menghubungi keluargaku?"

Dokter dengan iris mata berwarna hazel itu menggeleng. "Kau sangat tidak sopan, Nona!" sungutnya.

Abrine menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kenapa sekarang jadi runyam begini. Keadaan dan kondisinya sedang tidak baik-baik saja.

"Bukankah seharusnya dia meminta maaf dulu kepadaku? Atau mengucapkan terima kasih?" batin Elrich mengumpat pasien dihadapannya. Namun, ucapan itu hanya bisa dia lontarkan dalam hati saja.

Bukan hanya suhu ruangan yang terasa sangat dingin sekarang, tetapi suasananya juga mendadak sangat kaku, beku, canggung dan apalah itu namanya. Abrine hanya bisa menghela nafas lirih sambil sesekali melirik pada seorang pria yang dia ketahui sebagai Dokter yang bernama Elrich. Pria itu tampak terdiam sejak tadi, tanpa menjawab satupun pertanyaan yang dia lontarkan.

"Aku tidak mengingat apapun, ku pikir tadi, aku hanya kecelakaan seorang diri. Kecelakaan tunggal yang tidak menyebabkan orang lain terluka." Abrine menatap Elrich dengan tatapan berkaca-kaca dari ranjang tempatnya berbaring.

Tanpa diduga, sang Dokter malah beranjak dari duduknya. Berjalan pelan menuju pintu keluar ruangan.

"Dokter El...." lirih Abrine memanggil. Dia merasa bersalah, apalagi melihat kondisi tangan pria itu. Ini semua murni kesalahannya yang memang dalam kondisi sedikit mabuk tadi malam. Tapi sejauh apa yang terjadi, Abrine tidak ingat. Dalam pemikirannya adalah mungkin dia sedang mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk lalu menabrak Elrich.

Elrich menghentikan langkah tanpa niat berbalik untuk menatap Abrine.

"Aku minta maaf," ujar Abrine sungguh-sungguh.

Cukup lama Elrich terdiam tak langsung menyahut. Tapi, ucapannya kemudian cukup membuat Abrine tertohok.

"Aku tidak menerima maaf tanpa kesungguhan," ujarnya dingin.

"Aku sungguh-sungguh minta maaf. Maaf juga karena aku tidak langsung mengatakannya tadi. Dan .... terima kasih sudah menjadi penjaminku disini," kata Abrine tulus.

"Jika memang begitu, kau harus membuktikan rasa bersalahmu itu. Maaf saja tidak akan cukup." Sebenarnya Elrich tidak mau berlama-lama berurusan dengan gadis yang sudah mencelakainya ini, tapi entah kenapa secara bersamaan, dia mengingat pesan yang sempat diucapkan Ayahnya belakangan hari, sehingga terbersit sebuah ide gila yang membuat dia ingin memanfaatkan keadaan didalam kesempitan.

Abrine keheranan setengah mati. El terlihat dingin dan irit bicara, tapi sekalinya mengeluarkan suara, ucapannya sangat membuat Abrine terkejut bahkan sampai tak habis pikir. Kenapa Dokter ini terkesan ketus dan dingin padanya? Dia tahu dia salah, tapi selain itu apa lagi kesalahannya?

"Jadi kau tidak mau menerima maafku dan ingin memperkarakan insiden ini?" tanya Abrine yang masih pada pemikirannya jika dia telah menabrak Elrich.

Elrich mengendikkan bahu tak acuh, tak lebih dari dua detik dia benar-benar berlalu dari bangsal tempat dimana Abrine di rawat saat ini.

Abrine menghela nafas sepenuh dada setelah kepergian Elrich. Dia bingung harus bagaimana jika orangtuanya tahu masalah ini. Terlebih, seluruh keluarganya ada di Indonesia sekarang dan dia pernah berjanji tidak akan membuat masalah yang merepotkan. Tapi ternyata dia malah menabrak orang lain dan menyebabkan dirinya sendiri terluka. Ini akan membuat keriuhan tersendiri. Belum lagi kalau orangtuanya tahu jika dia sempat mengonsumsi minuman beralkohol. Walau tidak sengaja meminumnya, tapi tetap saja pada kenyataannya dia mabuk.

Disisi lain, Elrich merasa buntu dan tidak punya pilihan lain.

'Tolong pikirkan keinginan Ayah, El. Ayah ingin sekali melihatmu menikah. Anggaplah ini sebagai permintaan terakhir Ayah kepadamu.'

Itulah pesan yang rutin Ayahnya ucapkan beberapa bulan belakangan ini. Ayah El memang sedang sakit dan El tidak kuasa menolak permintaan pria yang menyayanginya itu. Kendati demikian, El tidak mempunyai calon untuk dia nikahi. Bukan karena tak laku, tapi dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak pernah memiliki waktu untuk berpacaran. Belum lagi sifat bawaannya yang kaku, dia tidak pandai mendekati seorang gadis maupun wanita.

Elrich bukan tidak pernah berpacaran. Garis bawahi itu. Tapi, dia merasa itu hanyalah kegiatan sia-sia yang membuang waktunya. Wanita selalu menyusahkan. Belum ada yang membuat El benar-benar tertarik dan penasaran. Elrich tidak suka wanita manja yang merepotkannya. Sejauh ini dia selalu dikejar para wanita yang bersifat sama--manja dan bertingkah--itu membuat dia malas untuk meladeni sikap mereka.

******

Terpopuler

Comments

Ngopi Atuh

Ngopi Atuh

suatu kebetulan yg indh bukn

2022-09-03

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

wah idey trlalu elrich kasian abrine ini mah..tp klu jodoh ga mungkin lari kmn ya brine...semangat up thoor

2022-08-02

0

Rosyza

Rosyza

ditunggu up ny kk

2022-08-02

2

lihat semua
Episodes
1 1. Patah Hati
2 2. Pesta
3 3. Kecelakaan
4 4. Perasaan Bersalah
5 5. Ingin membuatmu cemburu
6 6. Permintaan maaf
7 7. Mengajukan syarat
8 8. Merawat
9 9. Rasa sakit yang kembali
10 10. Perjalanan
11 11. Perkenalan
12 12. Sebuah Keputusan
13 13. Kebohongan yang diketahui
14 14. Bukan lagi sakit tapi kecewa
15 15. Simbiosis Mutualisme
16 16. Siapa dia?
17 17. Pria yang ku cintai
18 18. Pulang ke tanah air
19 19. Tentang sang ibu
20 20. Dia adalah masa lalu
21 21. Meminta restu
22 22. Pertimbangkan lagi
23 23. Melepasmu pergi
24 24. Tidak memaksa
25 25. Sebuah Panggilan video
26 26. Memikirkan status
27 27. Aku masa depanmu!
28 28. Aku memang calon suamimu
29 29. Pertemuan kembali
30 30. Mengunjungi
31 31. Sebuah Kenyataan
32 32. Pertaruhan
33 33. Perasaan khawatir
34 34. The day
35 35. Sebuah Hadiah
36 36. Demi diriku
37 37. Semua tentangmu
38 38. Karena masa lalu
39 39. Kembali
40 40. Jangan salahkan aku
41 41. Sangat perhatian
42 42. Video amatir
43 43. Berterus-terang
44 44. Makan malam bersama
45 45. Bukan Vitamin
46 46. Tersulut emosi
47 47. Terkuak
48 48. Sekilas masa lalu
49 49. Menanyakan
50 50. Sangat membutuhkan
51 51. Mempublikasikan
52 52. Yang tertunda
53 53. Mengikuti
54 54. Harus kembali
55 55. Pertengkaran
56 56. Perasaan yang tidak enak
57 57. Panti Sosial
58 58. Maksud yang lain
59 59. Penjelasan Galvin
60 60. Dilaporkan
61 61. Kantor polisi
62 62. Membayangkanmu
63 63. Gusar
64 64. Aku sudah memilikimu
65 65. Sebuah Rencana
66 66. Kemurkaan
67 67. Penangkapan
68 68. Sakit Jiwa
69 69. Mau menebus dosa?
70 70. Tes kehamilan
71 71. Siapa kau, Nyonya?
72 72. Alasan meninggalkan
73 73. Obat penenang
74 74. Membujuk
75 75. Tak diizinkan bertemu
76 76. Tentang buku harian
77 77. Mengenai hak waris
78 78. Ide Cemerlang
79 79. Tidak cemburu
80 80. Rencana kecil
81 81. Membantu
82 82. Di pindahkan
83 83. Ingin bersamamu
84 84. Pesta pernikahan
85 85. Diluar prediksi
86 86. Hot News
87 87. Kakak
88 88. Seorang Buronan
89 89. Penemuan
90 90. Kabar kematian
91 91. Datang menjenguk
92 92. Kembali ke rumah
93 93. Sudah Menyerah
94 94. Sebuah transaksi
95 95. Jamuan makan malam
96 96. Perkara benda segitiga
97 97. Ingin bicara
98 98. Hadiah dari Nenek
99 99. Terjadi sesuatu?
100 100. Mengungkit masa lalu
101 101. Pingsan
102 102. Masa lalu yang tak dapat terulang
103 103. Melunasi hutang
104 104. Gara-gara Foto
105 105. Alasan mendendam
106 106. Ancaman
107 107. Harusnya menerima
108 108. Melihat air terjun
109 109. End
110 110. Pengumuman + Promo
111 PROMO
Episodes

Updated 111 Episodes

1
1. Patah Hati
2
2. Pesta
3
3. Kecelakaan
4
4. Perasaan Bersalah
5
5. Ingin membuatmu cemburu
6
6. Permintaan maaf
7
7. Mengajukan syarat
8
8. Merawat
9
9. Rasa sakit yang kembali
10
10. Perjalanan
11
11. Perkenalan
12
12. Sebuah Keputusan
13
13. Kebohongan yang diketahui
14
14. Bukan lagi sakit tapi kecewa
15
15. Simbiosis Mutualisme
16
16. Siapa dia?
17
17. Pria yang ku cintai
18
18. Pulang ke tanah air
19
19. Tentang sang ibu
20
20. Dia adalah masa lalu
21
21. Meminta restu
22
22. Pertimbangkan lagi
23
23. Melepasmu pergi
24
24. Tidak memaksa
25
25. Sebuah Panggilan video
26
26. Memikirkan status
27
27. Aku masa depanmu!
28
28. Aku memang calon suamimu
29
29. Pertemuan kembali
30
30. Mengunjungi
31
31. Sebuah Kenyataan
32
32. Pertaruhan
33
33. Perasaan khawatir
34
34. The day
35
35. Sebuah Hadiah
36
36. Demi diriku
37
37. Semua tentangmu
38
38. Karena masa lalu
39
39. Kembali
40
40. Jangan salahkan aku
41
41. Sangat perhatian
42
42. Video amatir
43
43. Berterus-terang
44
44. Makan malam bersama
45
45. Bukan Vitamin
46
46. Tersulut emosi
47
47. Terkuak
48
48. Sekilas masa lalu
49
49. Menanyakan
50
50. Sangat membutuhkan
51
51. Mempublikasikan
52
52. Yang tertunda
53
53. Mengikuti
54
54. Harus kembali
55
55. Pertengkaran
56
56. Perasaan yang tidak enak
57
57. Panti Sosial
58
58. Maksud yang lain
59
59. Penjelasan Galvin
60
60. Dilaporkan
61
61. Kantor polisi
62
62. Membayangkanmu
63
63. Gusar
64
64. Aku sudah memilikimu
65
65. Sebuah Rencana
66
66. Kemurkaan
67
67. Penangkapan
68
68. Sakit Jiwa
69
69. Mau menebus dosa?
70
70. Tes kehamilan
71
71. Siapa kau, Nyonya?
72
72. Alasan meninggalkan
73
73. Obat penenang
74
74. Membujuk
75
75. Tak diizinkan bertemu
76
76. Tentang buku harian
77
77. Mengenai hak waris
78
78. Ide Cemerlang
79
79. Tidak cemburu
80
80. Rencana kecil
81
81. Membantu
82
82. Di pindahkan
83
83. Ingin bersamamu
84
84. Pesta pernikahan
85
85. Diluar prediksi
86
86. Hot News
87
87. Kakak
88
88. Seorang Buronan
89
89. Penemuan
90
90. Kabar kematian
91
91. Datang menjenguk
92
92. Kembali ke rumah
93
93. Sudah Menyerah
94
94. Sebuah transaksi
95
95. Jamuan makan malam
96
96. Perkara benda segitiga
97
97. Ingin bicara
98
98. Hadiah dari Nenek
99
99. Terjadi sesuatu?
100
100. Mengungkit masa lalu
101
101. Pingsan
102
102. Masa lalu yang tak dapat terulang
103
103. Melunasi hutang
104
104. Gara-gara Foto
105
105. Alasan mendendam
106
106. Ancaman
107
107. Harusnya menerima
108
108. Melihat air terjun
109
109. End
110
110. Pengumuman + Promo
111
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!