Abrine menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, dia menghela nafas panjang sembari menatap langit-langit kamar.
Fhhh ....
Masalahnya sekarang terasa begitu berat. Apakah karena ini adalah pengalaman pertamanya dalam hal patah hati? Entahlah, namun semua ini harus segera dia enyahkan. Dia tak mau sakit hati berlarut-larut, kendati lukanya sudah terbuka dan menganga lebar.
Tampaknya dia harus benar-benar menghilang sejenak. Pergi. Sebelum nantinya akan kembali menghadapi hal yang sama didepan mata.
Drrt.... drttt....
Ponsel Abrine terasa bergetar, dia meraih benda pipih yang terletak didalam saku celana jeansnya. Melihat sejenak pada layar.
Nama Yemima yang muncul dan kini tengah meneleponnya.
Abrine menerima panggilan itu, lantas meletakkan ponsel ditelinga.
"Ya, Mima?"
"Brine, datanglah ke Apartmenku malam ini."
"Untuk apa?"
"Aku mengundangmu datang. Come on! Halloween party, Baby."
Abrine berdecak, dia tak menyukai pesta apalagi pesta hantu-hantuan tidak jelas yang diadakan di Apartmen Yemima. Tapi, mungkin pesta ini akan membuatnya melupakan masalahnya sejenak.
"Baiklah," jawab Abrine datar.
Sebenarnya masalah Abrine tak begitu rumit. Hanya sakit hati melihat Raymond--sahabatnya--kini memiliki kekasih. Namun, karena ini menyangkut patah hati pertama dalam hidup Abrine, membuat semuanya jadi sulit untuk dia lalui.
Sekarang, Abrine hanya ingin menghindari Raymond beberapa saat dan mengalihkan pikirannya dari pemuda itu barang sejenak. Menyiapkan hati dan mental, apabila esok hari, lusa atau kapanpun--saat dia harus kembali melihat Raymond bersikap intens pada gadis lain--selain dirinya--dia sudah jadi biasa, lebih ikhlas dan tentunya menerima.
Pesta Halloween di Apartmen Yemima tak mungkin dihadiri Raymond karena pemuda itu juga tak menyukai hal-hal semacam ini. Tentu Abrine sangat mengetahuinya.
Untuk itu, Abrine merasa tak ada salahnya datang ke pesta itu. Mungkin akan membuatnya rileks dan akan bisa menghibur hatinya.
______
Di lain tempat, disebuah Rumah Sakit Swasta. Seorang Dokter muda tengah melepaskan almamater putihnya dan menggantungkan itu di standing hook sudut ruangannya.
Tok tok tok
Suara pintu terdengar diketuk dari luar, selang berapa detik pintu itu dibuka tanpa diperintah.
"Dokter El...." sapa seseorang.
Dokter muda bernama Elrich itupun menatap sang lawan bicara yang sudah menyembulkan wajah diambang pintu.
"Kenapa, Xander? Masuklah," ucapnya pada lelaki bernama Xander itu.
Xander melangkah masuk. Menatap Elrich sejenak, kemudian menyengir kuda.
"Apa?" tanya El yang malas berbasa-basi dengan rekan seprofesinya itu.
"Nanti malam ikutlah denganku," ujar Xander.
"Kemana? Party?" Elrich bisa menebak tujuan Xander.
"Yups, tepat! Selain pintar membedah, Dokter El juga pintar membaca pikiranku." Xander terkekeh pelan, sementara Elrich menggeleng samar sembari merapikan meja kerjanya.
"Kau tahu aku tidak punya banyak waktu untuk hal itu, Xander."
"Ayolah, El!"
"Pekerjaanku menuntut waktuku sepenuhnya," kata Elrich sambil mengendikkan bahu cuek.
"Tenanglah, kau bukan satu-satunya dokter bedah yang ada di Rumah Sakit ini. Sekali-kali bolehlah kau ikut aku berpesta."
"Kau sudah kaya. Sudah punya Rumah Sakit sebesar ini, jadi tak masalah untukmu bersenang-senang." Elrich bersikap merendah diri secara jujur.
"Memangnya kenapa denganmu? Kau mau mengatakan bahwa kau tidak kaya, begitu?"
"Entahlah, aku hanya punya tanggung jawab lebih dalam pekerjaanku."
"Apa kau tidak lelah? Ayolah, sebentar saja. Ini juga pesta yang menghibur, bukan sekedar minum-minum seperti biasanya."
"Lalu?"
"Halloween party, El ...."
Elrich berdecak. "Ah, come on! Aku tidak tertarik. Pekerjaanku sangat banyak!"
"Dengar, aku akan memecatmu dari Rumah Sakit ini, jika kau menolak ajakan ku sekarang. Ini juga undangan dari Yemima untukmu!" Xander tetap keukeuh mengajak El.
Elrich menyorot sang teman dengan tatapan mata elangnya. "Baiklah, aku ikut denganmu! Tapi jika ada panggilan darurat dari Rumah Sakit, aku akan segera pergi," jawabnya datar.
Elrich bukan takut dipecat, tentu masih banyak Rumah Sakit lain yang membutuhkan jasanya. Tapi, dia sudah terlalu nyaman bekerja di Rumah Sakit milik keluarga Xander, sahabatnya sendiri. Dia enggan untuk meninggalkan Rumah Sakit ini.
"Ya, ya, terserah kau saja. Sepertinya Rumah Sakit ini sangat beruntung memiliki dokter sepertimu yang profesional dalam bekerja dan tidak makan gaji buta."
"Kau tahu itu! Kau beruntung memilikiku," jawab Elrich dengan pedenya.
"Bukan aku, tapi Rumah Sakit ini!" tekan Xander sambil terkekeh disusul suara tawa Elrich kemudian.
"Hmm, ada saatnya nanti kau akan sibuk dengan hal lain dan tidak menaruh fokus seratus persen dengan Rumah Sakit ini, El...."
"Maksudnya?"
"Mungkin saja, saat kau sudah berumah tangga nanti."
Elrich hanya tertawa hambar mendengar ujaran sang sahabat.
______
Abrine tiba di Apartmen milik Yemima. Dia datang menggunakan kaos oblong dan celana jeans sobek kegemarannya. Dia berpenampilan biasa, tak seperti kebanyakan tamu lain yang justru datang dengan kostum hantu andalan mereka karena ini memanglah momen Halloween party.
Sepertinya memang Abrine yang salah kostum.
"Abrine!"
Suara Yemima mengagetkan Abrine, gadis itu menoleh sepintas dan mendapati Yemima dengan kostum putih yang tampak dilumuri cairan lengket sebagai efek darah palsu. Wajah Yemima juga di make-up pucat layaknya hantu wanita yang menyeramkan.
"Kau membuatku terkejut!" ujar Abrine terus-terang.
Yemima tertawa pelan. "Kau datang kesini kenapa tidak cosplay hantu, pakai kostum atau bermake-up seram, oke!?"
"Astaga, aku tidak punya. Anggap saja aku hantu yang baru mati jadi masih polos belum pandai berdandan seram untuk menakuti manusia," kekeh Abrine membuat Yemima melongo.
Yemima pun menarik Abrine menuju kamarnya, dia memberi make-up pada wajah Abrine dan TADA.... dalam sekejap Abrine bertransformasi menjadi gadis menyeramkan seolah bertampang zombie.
"Nah, ini baru cocok!" kata Yemima memperlihatkan wajah Abrine ke cermin.
Abrine menghela nafas ringan. "It's oke, tidak buruk. Karakter Zombie adalah hantu yang tidak pernah mundur dan pantang menyerah. Aku suka itu," katanya sambil tertawa berbarengan dengan Yemima.
"Bagaimana, kau cukup terhibur sekarang?" tanya Yemima lagi.
"Hmm, thanks...." jawab Abrine. "By the way, kau seolah tahu jika aku sedang ada masalah."
Yemima tersenyum lembut. "Aku tahu, circle pertemanan kita membuatmu sulit lepas dari Raymond. Jadi, aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang."
"Mima...."
"Sudahlah, lupakan dia. Have fun..... aku mengundang banyak teman yang tampan, siapa tahu ada salah satu dari mereka yang bisa menarik perhatianmu." Yemima terkikik lagi, kali ini dia bahkan menirukan suara cekikikan hantu yang menggelegar.
"Kau cocok sekali menjadi hantu!" cibir Abrine yang kemudian keluar dari kamar Yemima menuju ruang utama tempat berlangsungnya pesta bertema hantu itu.
Abrine melihat-lihat suasana pesta dan berusaha menikmatinya. Dia mengambil jus yang disajikan oleh para pelayan yang wara-wiri dengan membawa nampan. Abrine meminumnya untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.
"Brine, kenalkan, it's my boyfriend.... Xander."
Abrine menoleh pada pria yang Yemima kenalkan sebagai pacar gadis itu. Pria itu tampak mematut diri menjadi karakter Joker dalam salah satu film kenamaan.
"Abrine...." kata Abrine sembari menjabat tangan Xander yang sudah terulur kepadanya.
"Nice to meet you, Abrine!" sapa Xander ramah.
"Nice to meet you too, Xander."
"Apa kabarmu?"
"I'm great...." jawab Abrine.
"Good, sekali lagi senang mengenalmu, Abrine." Xander tersenyum tipis.
Abrine mengangguki ujaran Xander. Sepertinya kekasih Yemima itu adalah pria yang sangat humble dan easy going.
"Baiklah, Brine.... aku tinggal dulu, ya. Kau nikmatilah pesta ini. Aku akan menyapa teman yang lain, bye!" Yemima melambaikan tangan pada Abrine dan gadis itu membalasnya dengan anggukan pelan.
Disisi lain, El tiba di pesta itu. Dia mengenakan setelan biasa. Kemeja dengan lengan tergulung sampai ke siku, serta celana bahan yang terkesan rapi. Penampilannya sama sekali tidak cocok untuk menghadiri sebuah pesta Halloween.
Untuk menjaga privasinya, El hanya memakai sebuah masker yang menutupi separuh wajahnya. Dia melihat Xander dan Yemima, lalu melambaikan tangan singkat.
"Sudah ku katakan lebih baik tadi datang bersamaku, kau bisa tampil dengan cosplay yang keren, sobat!"
Elrich hanya mengendikkan bahu tak acuh, dia melirik sekilas pada Yemima yang terkikik disisi Xander. Mereka sudah saling mengenal meski tak begitu akrab.
"Apa kabar, Mima?"
"I'm Great, El. Bagaimana denganmu? Kau terlihat semakin tampan saja," akui Yemima tak berbohong.
El tertawa pelan dibalik maskernya. Sementara Xander yang mendengar kekasihnya memuji sang sahabat justru kembali menyahut.
"Tampan saja percuma, kalau ternyata tidak punya kekasih."
"Serius?" tanya Yemima agak terkejut.
"Iya, aku jadi meragukan seleranya. Jangan-jangan dia sudah melenceng dan menyukai pria," cibir Xander berlagak bergidik.
El tak menanggapi kelakaran sepasang kekasih itu. Dia punya alasan tersendiri mengenai status singlenya sampai saat ini.
"Terima kasih atas undanganmu ini, Mima," kata El pada Yemima, mengalihkan pembicaraan mengenai dirinya.
Yemima tersenyum tipis. "Ya, kenapa tidak? Dokter seperti kalian memang wajib mengikuti pesta sesekali, agar hidup tidak monoton!" ujarnya sambil tertawa kecil diujung kalimatnya.
"Hidup El yang terlalu monoton, Baby. Aku tidak begitu!" protes Xander.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Ngopi Atuh
elrich dri awal juga udh euuuhhh bngt sih😍
2022-09-03
0
Blue Sky
Belum apa-apa udah kepincut sama karakter dokter Elrich🥰🥰🥰🥰
2022-08-03
1
🌷💚SITI.R💚🌷
apakah abrine akan trjerat sm dktr bedah elrich wah bisa seru ini mah sy pikir wildan yg jd dkteey...tp kira² siapa y jodohy abrine cus panjut biar teobati kepoy...semangaat briine
2022-08-02
1