"Lidya, apakah kak Tedy menyulitkan kamu?" tanya Rere di seberang sana.
" Tidak sama sekali kok, Re!" jawab Lidya yang masih berada di kamar 777 bersama Tedy. Sedangkan Tedy masih tertidur dengan pulas nya. Kini Tedy tidur sudah berselimut tebal. Lidya lah yang telah menyelimuti nya setelah Tedy dipijat olehnya dan tertidur dengan pulas nya.
" Baguslah! Aku takut jika Kak Tedy akan menyakiti kamu." sahut Rere.
" Lidya!" panggil Rere di seberang sana melalui sambungan telepon.
" Iya, Re!" sahut Lidya.
" Kak Tedy tidak pulang ke rumah. Apakah kamu bersama dengan Kak Tedy?" tanya Rere menyelidiki.
" Iya, tapi Kak Tedy masih tertidur pulas." jawab Lidya dengan polosnya.
"What? Kalian tidur bersama dan satu kamar? Lidya, kalian dimana sekarang?" tanya Rere penasaran.
" Kami di hotel!" jawab Lidya singkat.
" Apa? Apa yang kalian lakukan? Apakah kamu... " ucap Rere yang tidak melanjutkan kalimatnya.
" Melakukan apa sih?" sahut Lidya.
" Kalian laki-laki dan perempuan dalam satu kamar dan tidur bersama. Lalu apa yang kalian lakukan jika tidak melakukan... " ucap Rere curiga.
" Rere! Kak Tedy memberikan aku tugas dan kerjaan yang harus aku lakukan setiap malam." kata Lidya.
" Apa? Dan kamu mau? Kamu menerimanya?" sahut Rere.
" Iya! Karena Kak Tedy akan memberikan bayaran yang besar untuk itu." kata Lidya senang.
" Lidya! Apakah kamu sudah dibutakan oleh uang? Sehingga kamu mau ditiduri oleh Kak Tedy?" ucap Rere.
" Hahaha!" Lidya malah tertawa terbahak-bahak.
" Kenapa kamu malah tertawa sih? Tidaklah kamu menyesal, sesuatu yang kamu banggakan sebagai wanita hilang begitu saja dan kamu berikan kepada Kak Tedy? Lidya, kamu harus menuntut kak Tedy supaya menikahi kamu. Kalau tidak, aku sendiri yang akan memaksa Kak Tedy supaya menikahi kamu." kata Rere panjang lebar tanpa jeda.
" Hahaha!" kembali Lidya tertawa terpingkal-pingkal.
" Kamu malah tertawa sih, Lidya!" sahut Rere kesal.
" Aku tidak melakukan apa yang kamu maksudkan, Re!" kata Lidya akhirnya.
" Lalu apa yang kalian lakukan?" tanya Rere penasaran.
" Aku hanya mendapat tugas dari Kak Tedy untuk memijat dia sampai tertidur pulas. Itu saja kok." jawab Lidya akhirnya.
" Hah?" sahut Rere.
" Hahahaha ya ampun!" tambah Rere akhirnya tertawa terbahak-bahak.
" Giliran kamu yang tertawa dan menertawai aku, Re!" ucap Lidya sebal.
" Hai berisik!" teriak Tedy yang masih berada di atas kasurnya.
" Kak Tedy bangun!" teriak Rere do seberang sana.
" Mana dia dengar, Re!" sahut Lidya.
" Ya sudah! Kamu tidak masuk kuliah pagi, Lidya?" tanya Rere.
" Masuk! Tapi ini kak Tedy masih malas bangun. Aku belum dapat bayarannya." kata Lidya.
" Nanti aku ingat kan kaka Tedy kalau soal itu. Kamu pulanglah dan bergegas berangkat ke kampus." suruh Rere.
" Tapi, aku lagi gak punya uang Re." sahut Lidya.
" Oh! Nanti aku transfer deh." kata Rere.
" Beneran?" tanya Lidya.
" Iya, benar!" jawab Rere.
" Baiklah, aku akan mandi di hotel ini saja. Biar nanti langsung berangkat ke kampus." kata Lidya.
" Itu juga lebih baik. Cepat mandilah Lidya!" ucap Rere.
" Oke! Aku mandi dulu yah!" kata Lidya.
" Iya!" sahut Rere.
" Eh Lidya!" kata Rere.
" Ada apa lagi?" tanya Lidya.
" Jangan lupa kunci kamar mandinya, Lidya! Aku takut Kak Tedy nyelonong masuk ke kamar mandi dan kamu sedang tidak berpakaian. " kata Rere.
" Ah kamu, Re! Nanti kalau Kak Tedy melecehkan aku, aku bisa menjadi kakak ipar kamu karena aku akan segera menikah dengan Kaka tedy." kata Lidya.
" Hahaha!" Tere malah tertawa lagi.
@@@@@@@
"Kamu sudah mandi?" tanya Pak Sarif sambil memberikan selembar kertas yang bisa diuangkan itu.
" Sudah, Pak! Saya hari ini ada jadwal kuliah di kampus." jawab Rere sambil menerima kertas berharga yang diberikan oleh Pak Sarif tentu saja atas perintah dari tuan mudanya yaitu Tedy.
Lidya melihat nominal. yang tertera di kertas itu. Cek bertuliskan nominal 500 juta. Nilai yang sungguh fantastik bagi Lidya.
" A a apa apakah ini tidak salah, Pak Sarif? Biasanya tarif untuk memijat biasanya seratus ribu sampai dua ratus ribuan." kata Lidya masih membaca nominal cek itu.
" Tidak! Pesan dari tuan Tedy, saya memberikan uang sebesar itu." sahut Pak Sarif.
Rere masih ragu- ragu menerima uang sebesar itu. Namun akhirnya menerimanya.
" Kata tuan Tedy, nona bisa mendapatkan nominal yang lebih untuk berikutnya." kata Pak Sarif.
" Terimakasih banyak Pak. Dengan uang ini saya bisa pakai untuk biaya berobat ibu saya yang sakit. Untuk kuliah saya tidak akan terganggu. Sampai kan Terima kasih saya kepada tuan Tedy. Saya harus segera berangkat ke kampus, tidak bisa menunggu tuan Tedy sampai bangun." kata Lidya sambil mengalungkan tasnya.
" Baiklah!" sahut Pak Sarif sambil mengantar Lidya sampai taksi yang dipesannya datang.
*******
Pak Sarif kembali ke kamar dan mengantarkan secangkir kopi hitam disertai roti bakar kesukaan tuannya. Tedy sudah duduk di kursinya dengan berbalutkan handuk putih. Dadanya masih bertelanjang belum mengenakan baju.Batang Rokok ditangan nya sudah menyala dan dihisap nya bagai kereta api tak terputus asapnya.
" Apakah perempuan itu sudah pergi, Pak Sarif?" tanya Tedy sambil menyerupai kopi hitam yang tadi dibawa oleh Pak Sarif.
" Sudah, tuan muda!" jawab Pak Sarif sambil duduk didepan Tedy.
" Hari ini apakah ada janji dengan klien?" tanya Tedy yang sudah mulai memahami rutinitas dan aktivitas nya selayaknya pemilik tubuh aslinya dulu.
Setiap bangun tidur, Tedy merasakan dirinya semakin memiliki kepribadian si pemilik tubuh yang asli. Tedy yang dingin, memiliki kekuasaan dan banyak wanita-wanita yang ingin mendekati nya. Walaupun kata Rere, adiknya dirinya mudah sakit. Sehingga ketergantungan obat tidur. Namun ketika Lidya memijatnya semalam, Tedy tidak perlu meminum obat nya lagi. Dengan sentuhan tangan Lidya, Tedy bisa tertidur dengan lelapnya sehingga pagi bangun, tubuhnya terasa ringan dan segar.
" Tuan muda ada janji dengan investor pertama di perusahaan kita. Setelah pertemuan itu mereka akan mengajak anda untuk makan siang." jawab Pak Sarif.
" Baiklah! Aku segera bersiap. Oh iya Pak Sarif! Nanti malam pastikan Lidya datang lagi dengan kerjaan nya. Aku tunggu di apartemen aku." kata Tedy sambil masuk ke kamar mandi nya.
Tedy mulai berendam dengan air yang hangat. Matanya masih terpejam berusaha merilekskan pikirannya.
" Kehidupan orang kaya yang tidak pernah kekurangan uang. Berbeda ketika aku yang bukan asli pemilik tubuh ini. Namun sesuai dengan apa yang diperoleh. Rutinitas hidup yang selalu memburu dan mengejar target, seolah ketenangan tidak akan pernah didapatkan. Sekeliling nya banyak musuh yang hendak menjatuhkannya. Namun tidak jarang ya g mendekati seolah penjilat- penjilat itu mencari keselamatan dan perlindungan atas kekuasaan dari si pemilik tubuh ini." pikir Tedy.
" Kenapa baru sekarang si pemilik tubuh ini mulai duduk di kursi kepemimpinan perusahaan? Apakah dulunya dia sangat lemah dan tidak mampu memimpin perusahaan?" pikir Tedy.
" Mungkin saja, dengan alasan sakit Si pemilik tubuh ini bersenang-senang dengan banyak wanita-wanita. Tidak memikirkan prosesnya mendapatkan harta yang melimpah ini. Anak yang kurang ajar." pikir Tedy betapa si pemilik tubuh aslinya dulu memang sangat pemalas hanya egois mencari kesenangan diri. Menikmati hasil namun bukan hasil keringatnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments