MEMORY HILANG

Di kantor itu, Tedy sudah secara resmi memimpin perusahaan besar milik keluarga nya. Papa Mayong setelah mengumumkan alih kepimpinan kepada putranya bernama Tedy syah Mayong, kembali pulang ke rumahnya. Kini Tedy mulai menyesuaikan dirinya memimpin perusahaan besar itu.

Rere masih duduk di ruangan CEO itu. Bersama kakaknya, satu ruangan yang ber AC itu. Tedy masih memainkan kursinya berputar kebelakang, ke depan seolah- olahraga memikirkan sesuatu.

"Kamu tidak pulang, Re?" tanya Tedy kepada adiknya.

Rere yang duduk di sofa itu jadi menengok ke arah kakaknya itu.

"Nanti saja, bareng sama kakak. Aku masih mengkhawatirkan kakak." kata Rere sambil tersenyum.

"Mengkhawatirkan aku? Mengkhawatirkan kenapa?" tanya Tedy sambil mengkerut dahinya.

"Tentunya kesehatan, kakak. Kak Tedy tidak minum obat hari ini. Jika terjadi sesuatu, gimana. Apalagi kak Tedy untuk perdana memulai memimpin perusahaan ini." alasan Rere.

"Kamu jangan khawatir, Rere. Aku akan baik- baik saja." sahut Tedy sambil tersenyum.

"Tentu aku tidak bisa untuk tidak mengkhawatirkan, kakakku dong!" ujar Rere sambil tersenyum.

"Oh iya, kak. Kakak masih ingat dengan Sicilia?" tanya Rere sambil melihat kakaknya yang masih berusaha mengingat nama Sicilia itu.

"Mungkin ingatan kakak mu ini sudah banyak hilang. Memori di dalam otak ini banyak terhapus." kilah Tedy yang akhirnya menemukan alasan yang tepat jika dirinya dalam situasi yang baru di kehidupan nya.

"Benar juga! Mungkin karena penyakit kakak selama ini yang menjadikan Kak Tedy menjadi sosok yang baru." sahut Rere sambil berusaha menelaah dari perubahan yang dialami oleh kakaknya.

"Mungkin saja!" kata Tedy sambil tersenyum.

"Tapi jangan khawatir, kak! Aku akan membantu supaya kakak bisa mengingat kembali kenangan-kenangan yang sudah kakak lalui." ujar Rere.

"Tidak perlu, Rere. Mungkin saja kenangan itu terselip kesedihan dan kekecewaan sehingga terhapus begitu saja supaya aku bisa menjadi jiwa yang baru." sahut Tedy sambil meminum air mineral di depannya.

"Benar juga sih!" kata Rere akhirnya.

"Tapi aku ingin tahu siapa Sicilia itu, sehingga memori di kepala kakakmu ini bisa hilang begitu saja mengenai nama itu." tanya Tedy penasaran.

"Sicilia? Dia adalah wanita yang sangat kakak cintai dan puja- puja. Namun dia meninggalkan kak Tedy demi karir nya sebagai artis di ibu kota." cerita Rere.

"Benarkah? Berarti Sicilia yang tadi pagi nongol di layar kaca dan ada pemberitaan mengenai dirinya bahwasanya dia mau menikah dengan kekasihnya itu?" sahut Tedy sambil berpikir.

"Iya, makanya tadi aku buru- buru mematikan Chanel televisi itu. Aku takut kakak akan semakin sedih dan kecewa dengan pemberitaan itu." kata Rere menjelaskan.

"Hem mungkin karena rasa kecewa, sedih, marah itulah yang pada akhirnya terhapus memori itu di sini. Tapi aku sangat bersyukur bukan, dengan situasi ini. Kakak mu ini, akan melangkah dengan ringan tanpa terbebani dengan kekecewaan dimasa lalu." kata Tedy.

"Iya, syukur lah kakak! Kakak akan bangkit dengan jiwa baru yang lebih smart dan energik. Dan aku akan membantu kakak supaya bangkit kembali. Kak Tedy menjadi kakakku yang sehat, kuat, tahan banting dan bisa di andalkan." kata Rere sok bijak.

"Serius sekali. Ayo kita makan?" ajak Tedy kepada Rere.

"Aku ingin Parfait strawberry." sahut Rere.

"Aku ingin seblak atau cilok!" ujar Tedy dengan mata berbinar.

"Apa? Makanan apa itu?" tanya Rere sambil melongo.

"Ayolah! Sekali kamu makan, makanan itu, pasti ingin tambah lagi." kata Tedy sambil menarik adiknya keluar ruangan yang ber AC itu.

"Hah? Aku gak suka makanan yang aneh- aneh." protes Rere akhirnya.

@@@@@@@

Di tempat jajanan pinggir jalan tepatnya di trotoar, Tedy dan Rere memesan makanan yang di inginkan Tedy. Setelah dua porsi makanan itu berada di atas meja mereka, Tedy menyantapnya dengan lahap seolah sudah sekian abad tidak memakan makanan jenis itu. Rere yang melihat kakaknya memakan makanan itu dengan nikmat nya, menjadi penasaran akan rasanya. Akhirnya Rere mulai mengambil sedikit kuah dari makanan itu. Mata Rere pun membulat merasakan cita rasa dari makanan itu.

"Tidak buruk!" ucap Rere pelan lalu kembali mengambil makanan itu dengan sendok nya.

"Kamu pasti akan ketagihan, Re! Enak bukan?" ucap Tedy masih berusaha menghabiskan makanan itu yang bagi lidahnya sangat cocok dan tidak bisa digantikan.

"Setelah ini kita mau kemana kak?" tanya Rere kepada Tedy.

"Kamu ingin kemana? Biar aku temani." ucap Tedy dengan senyumnya yang cool.

"Aku mau ke tempat Lidya." sahut Rere masih berusaha menghabiskan Seblak itu.

"Siapa Lidya?" tanya Tedy.

"Lidya, kawan kampus aku kak. Aku ingin ke rumahnya karena dia kawanku yang ekonomi nya terbilang kurang mampu. Ditambah ibunya sakit keras. Dia hidup berdua dengan ibunya setelah kematian ayahnya." cerita Rere.

"Ayahnya meninggal karena apa?" tanya Tedy.

"Ayahnya Lidya meninggal karena lupa bagaimana caranya bernafas itu. Sehingga kematian datang menjemput nya, kak." jawab Rere serius lalu Tedy yang mendengar semua itu men jewer kuping Rere. Rere meringis sambil terkekeh.

"Jadi saran aku, yah Kak! Kakak jangan pernah lupa bagaimana caranya bernafas. Kalau kakak masih ingin hidup berlama-lama di dunia ini." ucap Rere sambil terkekeh.

Tedy tersenyum melihat tingkah adiknya yang sungguh menghibur dirinya. Rere bisa diajak menjadi kawan dan sahabat untuk berbicara. Rere tipe wanita yang menarik dan gaul.

"Ayo cepatlah! Katanya mau ke kawan kamu Lidya itu. " ajak Tedy sambil berdiri dan hendak membayar makanan yang dimakan oleh dirinya dan adik nya.

Rere mulai mengikuti Tedy yang sudah masuk di dalam mobilnya. Rere masih senyum- senyum tidak jelas.

"Kamu kenapa, Re? Tersenyum saja. Tidak takut kering bibir kamu." kata Tedy sambil menjalankan mobilnya.

"Tidak! Kalau kering tinggal siram aja kan?" sahut Rere masih dengan senyuman nya.

"Kak Tedy! Kita mampir ke supermarket yah! Aku mau membelikan beberapa makanan dan minuman ringan untuk Lidya juga ibunya." kata Rere dengan mata berbinar.

"Bagus! Berbagi itu indah. Baiklah,di depan lagi ada supermarket.Biar ku parkir kan dulu ke tepi." kata Tedy yang masih menjalankan mobilnya sampai ke supermarket yang di maksud.

"Asal jangan sekali- kali berbagi suami atau istri, yah kak." sahut Rere sambil memandang Tedy.

"Kamu ini, masih kecil ngomong soal istri dan suami. Punya pacar atau kekasih saja belum kok." ucap Tedy sambil masuk ke parkiran supermarket yang dimaksud.

"Turunlah! Dan jangan lama- lama!" perintah Tedy.

"Enggak! Paling lama satu minggu doang sekalian menjadi penjaga toko itu." sahut Rere sewot.

"Kakak, mau dibelikan apa?" tanya Rere.

"Terserah, minuman yang dingin saja." jawab Tedy sambil menghidupkan musik di mobil itu.

"Baiklah! Akan aku belikan es batu saja yah." sahut Rere.

"Suka- suka kamu yang penting kamu bahagia, dek!" kata Tedy sambil tersenyum.

"Ha-ha-ha nah begitu dong! Kalau kesal kan, aku enak gangguin kakak terus." ucap Rere sambil melangkah masuk ke supermarket itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!