KERJA

Sampai lah mereka di rumah Lidya. Rere dan Tedy sudah duduk di kursi kayu yang sudah usang. Rumah yang bagaikan gudang di rumah mereka. Mungkin kalau dibandingkan dengan gudang di istana Rere, Tedy lebih bagus gudang milik mereka yang masih luas dan bersih. Rumah ini begitu kecil dan perabotan nya sudah tidak layak pakai.

Tedy menarik nafasnya pelan menyaksikan kehidupan Lidya bersama ibunya yang terbaring sakit di tikar yang koyak. Terlihat Rere duduk mendekati ibu Lidya yang terbaring itu. Di samping nya Lidya sedang menyuapi puding yang tadi dibawa oleh Rere hasil belanja di supermarket.

Senyum ibu Lidya terlihat mengembang dengan kedatangan Rere dan juga Tedy. Baginya Lidya yang dari keluarga miskin itu masih memiliki teman yang tulus dan mau singgah di rumah sempit nya.

Setelah memberikan puding itu, kini Lidya memberikan obat kepada ibunya. Rere masih memperhatikan nya dengan penuh iba dan kasih. Tidak ada rasa jijik atau merendahkan dari tatapan Rere kepada ibu Lidya. Tedy pun cukup dibuat terpana atas ketulusan adiknya terhadap perhatian ibu Lidya.

Tidak berapa lama, ibu Lidya kembali dengan tidurnya. Mungkin saja pengaruh obat yang diberikan Lidya menyebabkan rasa kantuk itu. Kini Lidya duduk dekat Tedy diikuti oleh Rere.

" Kini giliran kamu yang harus makan, Lidya! Kamu harus selalu sehat demi ibu kamu." kata Rere penuh perhatian sambil memberikan makanan yang tadi dia bawakan juga.

Kembali Tedy tersenyum dan pandangan nya meneliti wajah Lidya. Wajah Lidya yang polos tanpa polesan. Jika dia berdandan dan bahkan memakai pakaian yang lebih nge trend, pasti Lidya akan berubah menjadi gadis yang cukup cantik dan menggoda.

" Terimakasih atas waktunya. Dan kamu selalu membantu aku, Rere." ucap Lidya dan tanpa malu mulai membuka makanan yang dibawakan oleh Rere itu lalu memakannya dengan lahapnya tanpa memperdulikan Tedy yang menatap nya tanpa berkedip.

Rere memperhatikan kakaknya yang selalu melihat Lidya penuh rasa penasaran. Rere akhirnya hanya bisa tersenyum dengan Tedy.

" Setelah ini apakah kamu akan masuk kerja, Lidya?" tanya Rere kepada Lidya.

" Tentu saja, Re! Dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk makan kami dan biaya kuliah aku jika aku tidak bekerja?" sahut Lidya sambil menghabiskan makanannya.

Tedy mulai tersentuh dengan kehidupan Lidya yang keras itu. Baginya ini kesempatan nya untuk membantu wanita itu.

" Kak, adakah kerjaan yang bagus untuk Lidya? Supaya Lidya tidak terganggu kuliahnya." kata Rere kepada Tedy.

" Ada!" jawab Tedy singkat.

Lidya sejenak berhenti menguyah makanannya, menatap Tedy dengan tanya.

" Kak? Bantu Lidya, kak! Lidya kalau tidak mendapatkan bea siswa karena prestasinya pasti tidak bisa meneruskan kuliahnya. Hutang- hutang dari ayahnya yang membuat harta benda dan aset yang dimiliki oleh keluarga Lidya menjadi disita pihak bank. Lidya dulu adalah anak pengusaha sukses juga, kak." cerita Rere sambil melihat ke arah Lidya yang cuek masih menghabiskan makanan nya.

" Baik! Datang saja nanti malam kepadaku." kata Tedy sambil melihat ke arah Lidya. Dan kembali Lidya berhenti menguyah makanan nya dan akhirnya menyudahi makanan nya.

" Tapi, kakak akan memberikan pekerjaan yang mudah dan tidak memberatkan Lidya bukan?" tanya Rere sedikit mengkhawatirkan Lidya.

" Tentu saja! Ini pekerjaan yang saling menguntungkan." sahut Tedy dengan senyum nakalnya.

" Kak Tedy?" panggil Rere yang melihat Tedy keluar dari rumah kecil itu.

Kini Rere hanya menatap ke arah Lidya. Apakah Lidya mau menerima pekerjaan yang akan diberikan oleh Tedy yang belum jelas apa itu.

" Jangan khawatir Rere! Aku akan menerimanya. Ini pasti juga akan menguntungkan bagi aku. Kamu adalah sahabat aku yang baik. Dan aku tidak akan mengecewakan kamu." kata Lidya.

" Tapi, apa yang akan kak Tedy lakukan terhadap kamu? Aku takut, kakakku nanti menyakiti kamu.. dan... " ucap Rere tanpa bisa melanjutkan nya.

" Kamu jangan khawatir, Rere!" sahut Lidya sambil tersenyum.

@@@@@@@

Malam itu tiba, Lidya sudah bersiap dengan janji nya mendatangi Tedy, kakak dari Rere. Mobil mewah sudah berhenti di depan rumahnya. Lidya sudah dijemput sopir pribadi Tedy.Lidya dengan mengenakan long drees kekinian itupun terlihat seperti gadis belia yang anggun. Rambut lurusnya dibiarkan terurai sebahu. Lidya dengan langkah yang pasti dan mantap mulai memasuki mobil mewah itu setelah sopir pribadi suruhan Tedy membukakan pintu mobilnya. Lidya hanya terdiam sambil memikirkan apa yang akan dialaminya nanti. Segalanya sudah ia persiapkan baik segala kemungkinan terburuk pun Lidya sudah ikhlas menerimanya asal dirinya bisa memberikan pengobatan yang terbaik untuk ibunya.

" Kenapa berhenti disini, pak?" tanya Lidya tatkala mobil yang dinaikinya masuk ke sebuah gedung tinggi dan bertingkat yang banyak kamar- kamarnya.

" Tuan muda Tedy menunggu nona di tempat ini. Lebih tepatnya di kamar 777,nona." kata sopir pribadi suruhan Tedy yang juga merangkap menjadi asisten pribadi Tedy itu.

Setelah memarkirkan mobilnya asisten pribadi Tedy itu menggiring Lidya menuju kamar yang dimaksud. Kamar dimana Tedy sudah menunggu kedatangan Lidya.

" Masuklah!" suruh asisten pribadi Tedy itu setelah membukakan kamar yang ditempati oleh Tedy.

Lidya mengikuti asisten pribadi Tedy dibelakang punggung nya. Lidya mulai demam seketika. Pikirannya sudah buruk, pekerjaan apa yang akan dia lakukan jika harus berada di tempat ini. Namun Lidya sudah terlanjur menerimanya. Mau mundur pun sudah kepalang tanggung.

" Tuan muda!" panggil asisten pribadi Tedy kepada Tedy yang sedang berendam di kamar mandi hotel itu.

" Apa kamu berhasil membawa gadis itu?" tanya Tedy kepada asisten pribadi nya.

" Benar tuan muda! Apa lagi yang harus saya lakukan sekarang, tuan muda?" tanya asisten pribadi itu.

" Tidak ada! Keluarlah dari kamar ini. Selanjutnya ini adalah urusanku." jawab Tedy akhirnya.

" Kalau begitu saya permisi, tuan!" kata asisten pribadi itu.

" Tunggu sebentar Pak Sarif!" kata Tedy akhirnya.

" Iya tuan muda!" sahut asisten pribadi Tedy itu yang bernama Pak Sarif.

"Tolong pesankan makanan dan minuman untuk gadis itu. Mungkin saja dia belum makan." kata Tedy sambil tersenyum.

" Baik tuan muda!" sahut Pak Sarif lalu pergi meninggalkan bathroom itu.

*******

" Apakah kamu tahu, pekerjaan apa yang akan kamu lakukan sekarang ini?" tanya Tedy yang duduk di sandaran tempat tidurnya sedangkan Lidya duduk di sofa kamar itu.

" Tidak kak! Saya benar-benar tidak mengetahuinya." jawab Lidya.

" Benarkah?" tanya Tedy sambil menatap tajam mata Lidya.

" Benar kakak! Apa yang harus aku lakukan?" tanya Lidya.

" Baiklah, akan aku beritahu tugas dan kerjaan kamu setiap malam. Kamu harus memijit aku sampai aku tertidur." terang Tedy sambil tersenyum.

Lidya akhirnya menarik nafas lega. Dalam pikiran nya padahal sudah membayangkan sesuatu yang mengerikan akan dialaminya.

" Kamu sudah siap belum? Aku menyukai minyak jasmine. Itu sudah aku persiapkan di meja. Dan satu lagi, aku tidak suka dipijit terlalu keras. Pelan- pelan saja supaya aku bisa bobok dengan nyenyak. Oke lakukan sekarang!" ucap Tedy sambil membuka handuknya lalu dia mulai berbaring tanpa selimutnya.

Lidya sangat terkejut dengan Tedy yang seenaknya memperlihatkan dada bidangnya yang seperti roti sobek dan mengenakan celana pendeknya. Pelan- pelan Lidya mulai mengambil minyak yang sudah dipersiapkan oleh Tedy. Tedy sendiri sudah siap dengan pelayanan jasa dari Lidya itu.

Tedy mulai memejamkan matanya.Sejenak mengistirahatkan pikiran dan badannya menikmati pijatan lembut dari Lidya. Sampai akhirnya Tedy tertidur pulas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!