Acara pengajian isra' Miraj sudah di mulai. Siswa - siswi mulai berkumpul di aula sekolah yang cukup luas. Satu persatu susunan acara telah di bacakan. Sampai akhirnya, di acara pengumuman pemenang dalam perlombaan menyambut isra'Miraj. Pengumuman perlombaan sudah dibacakan. Sampai akhirnya nama Fika di panggil didaulat sebagai pemenang juara pertama MTQ putri. Dengan tenang,Fika melangkah maju ke depan dan di atas panggung. Semua mata tertuju kepada Fika. Betapa tidak? Fika adalah siswa baru kelas satu SMP yang bisa mengalahkan kakak - kakak kelasnya dalam juara MTQ putri di sekolahnya.
Beberapa orang sudah maju di depan untuk menerima hadiah dan piagam dari sekolah. Ucapan selamat dan foto bersama dengan kepala sekolah dan guru akhirnya menjadi moment indah bagi Fika saat itu.
Bersyukur Fika bisa menjadi juara pertama dalam perlombaan kali ini. Ini menjadi awal Fika menjadi siswa yang di kenal di sekolah itu.
Fika kembali ke tempat duduknya. Ucapan selamat di ucapkan dari beberapa teman yang sudah mengenalnya. Akhirnya, nam Fika di panggil lagi untuk membawakan ayat-ayat suci Al-Qur'an itu di depan podium. Ada keterkejutan karena itu sangat mendadak dan tiba - tiba tanpa pemberitahuan. Akhirnya dengan berani dan tekadnya, Fika kembali maju ke depan dan ke atas panggung membacakan ayat suci Al-Quran yang pernah dibacanya ketika perlombaan.
Suara Fika nyaring dan sangat merdu. Seketika seisi aula itu terdiam mendengar alunan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang di baca Fika. Suaranya yang melengking bikin merinding dan bergetar jika mendengar suara Qoriah itu.
Fiko menatap jauh ke depan tanpa berkedip. Melihat penampilan Fika di atas panggung. Hatinya bergetar. Kekaguman nya semakin bertambah dari sosok Fika. Fika kini menjadi pusat perhatian di sekolah itu.
Setelah selesai dengan tugasnya. Fika kembali ke tempat duduknya. Menarik nafas dalam-dalam karena jantungnya berkali - kali berdetak kencang. Tapi semua sudah di jalankan. Kini Fika bisa rileks kembali. Mengikuti pengajian menyambut isra'Miraj di sekolahnya.
" Fika! Setelah ini aku main ke rumah kamu yah?" kata Anis yang duduk di samping Fika.
" Memangnya pulang cepat yah?" tanya Fika.
" Iyalah! Setelah acara pengajian ini selesai, pasti pulang!" ucap Anis.
" Boleh saja main ke rumah aku. Tapi rumah aku tidak sebagus rumah kamu Nis!" kata Fika mulai membanding-bandingkan kondisi nya dengan Anis.
" Aku tidak melihat itu semua Ka! Aku suka bermain di rumah kamu. Rumah kamu bikin tenang!" ucap Anis.
" Oh begitu yah!" sahut Fika.
" Nanti kita buat rujakan buah yah!" ajak Anis.
" Boleh! Tapi uangku hanya dua ribu rupiah Nis!" kata Fika sambil menunduk malu.
" Jangan kwatir! Aku nanti yang beli semua bahan - bahan nya!" kata Anis akhirnya.
" Oh Terimakasih Anis!" sahut Fika tersenyum.
" Aku akan ajak yang lain bermain di rumah kamu, biar ramai!" kata Anis sambil tersenyum.
" Boleh saja! Tapi rumah ku tidak sebagus rumah kalian Nis!" ucap Fika mulai minder.
" Ah kamu! Tidak apa-apa. Jangan malu. Eh aku akan mengajak Mas Fiko!" ucap Anis yang membuat terkejut Fika.
" Kenapa harus mengajak nya?" tanya Fika.
" Karena diam - diam Mas Fiko menyukai kamu ka! Dia titip salam padaku." kata Anis sambil tersenyum menggoda.
" Eh???" Fika mulai tersipu malu.
@@@
Pulang dari pengajian isra'Miraj, Fika, Anis dan juga yang lainnya mulai berkumpul di rumah Fika. Di perjalanan, Anis sudah memborong beberapa jenis buah-buahan untuk acara rujakan. Anis,Mita,Nisa sangat bersemangat ke rumah Fika. Pasalnya rombongan kakak kelas seperti Fiko dan rombongan nya ikut bergabung ke rumah Fika.
Fiko, Didik, Rudi dan Rahmat dengan mengendarai motor menuju ke rumah Fika.
Mereka akhirnya berkumpul di rumah yang sangat - sangat sederhana. Fika mulai menggelar tikar di bawah pohon jambu yang cukup rindang. Buah-buahan sudah mulai di kupas oleh Anis. Mita membuat sambel rujak yang super pedes. Fika menyiapkan minuman dingin.
" Silahkan! Rujak nya bisa langsung di makan!" kata Anis.
" Apakah kalian semua sudah makan siang?" tanya Fiko sambil melirik Fika yang sibuk menuangkan minuman dingin.
" Eh?? Belum sih?" jawab Mitta.
" Aku akan membelikan sesuatu buat kalian semua!" kata Fiko.
" Eh? Kalian semua belum makan yah? Aku akan lihat di dalam dulu. Kira - kira kalian semua bisa makan di rumah aku saja." kata Fika yang menatap ke arah Fiko.
Fika masuk ke dalam rumah nya. Fiko mengikuti Fika yang mulai kwatir kalau bunda nya tidak menyiapkan makanan untuk siang ini.
Fika membuka tudung saji di atas meja. Benar saja, hanya ada sambal dan tempe goreng.
" Fika!" Panggil Fiko.
" Eh iya!" sahut Fika.
" Jangan terlalu dipaksakan dengan kedatangan kami. Ayo kita keluar mencari makan siang untuk mereka." ajak Fiko.
" Tapi..tapi aku tidak ada uang Mas!" sahut Fika.
" Aku yang akan bayar Fika!" Ucap Fiko.
" Ayolah!" ajak Fiko lagi sambil menarik tangan Fika.
" Eh???" Fika terkejut bukan main.
" Mas! Jangan menarik tangan aku! Aku malu!" ucap Fika yang mulai memerah wajahnya.
" Eh iya! Maaf!" sahut Fiko.
" Ayolah naik!" ajak Fiko.
" Kalian mau kemana?" teriak Nisa.
" Kami cari beberapa nasi bungkus dulu buat kalian semua!" jawab Fiko ikut berteriak.
" Pegangan yah!" kata Fiko pelan kepada Fika.
Sepanjang perjalanan, Fika tidak banyak bicara. Baru kali ini, Fika di boncengin seorang cowok yaitu Fiko. Rasa canggung dan kaku Fika rasakan ketika di atas jok motor itu.
" Kamu jangan takut! Aku tidak akan membawa kamu lari jauh!" kata Fiko yang mulai bisa menebak Fika yang grogi di belakang punggung nya.
Tangan Fika memegang sedikit baju Fiko di pinggangnya. Fiko mulai jahil. Dia dengan sengaja menge rem mendadak agar Fika lebih berpegangan kuat.
" Ehhh???" teriak Fika yang tertahan.
Spontan tangannya jadi memegang kuat ke perut Fiko. Diam - diam Fiko tersenyum geli.
" Kamu tidak apa-apa Fika?" tanya Fiko.
" Tidak apa-apa! Maaf ya!" sahut Fiko.
" Sudah ku katakan bukan? Pegangan yang kuat!" ucap Fiko.
" Iya! Ini sudah pegangan!" ucap Fika yang mulai berpegangan di besi belakang.
" Kamu pegangan apa?" tanya Fiko.
" Di besi jok belakang!" jawab Fika.
" Mana tangan kamu?" ucap Fiko.
Fika mulai memberikan tangan nya. Dan tangan itu akhirnya di raih oleh Fiko dan dilingkarkan nya di pinggangnya.
" Pegangan di sini saja yah!" ucap Fiko senang.
" Tapi! Nanti di lihat orang! Aku malu Fiko!" ucap Fika.
" Kenapa malu? Nanti kalau jatuh, aku juga yang repot." ucap Fiko.
" Iya!" sahut Fika.
" Nah kita beli nasi Padang saja yah!" ucap Fiko lalu menghentikan motornya.
@@@
Peringatan isra mi'raj masih di gelar di berbagai sekolah dan juga di desa - desa. Kali ini, Fika sedang berlatih membaca puisi. Pasalnya, di tingkat kecamatan akan mengadakan perlombaan puisi tingkat remaja dan juga dewasa. Fika tidak ingin ketinggalan dalam mengikuti perlombaan kali ini. Fika harus melatih mental nya agar terbiasa di depan panggung dan dilihat banyak orang.
Sore jam tiga nanti, Fika akan mengikuti perlombaan itu. Tempat pelaksanaan lomba di adakan di kecamatan. Jarak antara rumah dan kantor kecamatan lumayan jauh.
Fika sudah berpakaian rapi. Di depan rumahnya sudah menunggu Fiko yang sudah rapi dengan kaos oblong dan celana jeans nya. Fiko duduk di depan teras rumah Fika. Di tangan nya ada bungkusan, seperti nya makanan.
Fika mulai berjalan menghampiri Fiko yang masih duduk diam di kursi kayu di teras rumah Fika.
" Maaf yah, sudah menunggu lama. Aku tidak tahu kalau kamu akan datang ke rumah. Lagi pula aku akan mengikuti perlombaan. Jadi aku harus pergi." cerita Fika panjang kali lebar kali tinggi sama dengan rumus luas persegi panjang.
" Aku tahu kok! Aku akan mengantar kamu di perlombaan itu." sahut Fiko sambil tersenyum.
" Kamu juga ikut lomba?" tanya Fika heran.
" Tidak! Aku lihat di pengumuman saja. Aku tidak pandai baca puisi." ungkap Fiko.
" Oh!" sahut Fika dengan mulut maju setengah Senti.
" Ini untuk kamu! Itu tadi bibi bikin itu di rumah." kata Fiko sambil memberikan tas plastik yang dibawanya.
" Oh apa ini?" tanya Fika mulai mengintip tas plastik itu.
" Buka saja! Dan jangan lupa dihabiskan!" ucap Fiko tersendiri.
" Oh gado - gado! Terimakasih banyak yah!" kata Fika ceria.
" Oh iya mas, aku harus berangkat sekarang. Takutnya acara akan segera di mulai." kata Fika sambil meletakkan bungkusan makanan yang dibawa oleh Fiko.
" Baiklah! Bawa saja makanan nya. Pasti kamu belum makan bukan? Kalau tidak cepat dimakan, tidak enak gado - gado nya." ujar Fiko.
" Baiklah!" sahut Fika menurut saja apa yang dikatakan Fiko.
Fiko berjalan mendekati sepeda nya. Sepeda itu diparkirkan nya di bawah pohon mangga. Fiko tersenyum ke arah Fika.
" Kita naik ini, tidak apa-apa bukan?" tanya Fiko sambil tersenyum.
" Hem! Bagaimana kalau aku juga bawa sepeda sendiri mas?" tanya Fika menawarkan diri.
" Kamu tidak suka jika berboncengan sepeda dengan aku?" tanya Fiko lagi.
" Bukan! Bukan begitu! Aku masih malu jika berboncengan dengan kamu mas. Kita masih kecil. Tidak baik kalau di lihat orang - orang berboncengan sepeda." ucap jujur Fika.
" Hehe. Begitu yah. Baiklah!" kata Fiko akhirnya.
Sudah tiba di kantor Kecamatan. Fika dan Fiko memarkirkan sepedanya di bawah pohon akasia. Di tempat itu, sudah banyak orang-orang berkerumun melihat perlombaan baca puisi. Peserta yang mengikuti nya duduk di kursi lipat yang sudah disiapkan oleh panitia.
Jantung Fika mulai tidak beraturan. Ia mulai merasakan grogi. Fika menunggu namanya di panggil untuk maju ke depan membacakan puisinya. Fiko yang melihat ekspresi wajah Fika memberikan nasihat.
" Tenang saja Fika! Anggap saja tidak ada orang yang melihat kamu baca puisi." kata Fiko sambil tersenyum.
" Mana bisa begitu!" sahut Fika tersenyum simpul.
" Hehe. Ya sudah! Kamu baca saja puisi yang di perlombaan tanpa beban harus juara. Bagaimana?" kata Fika.
" Itu yang lebih benar!" sahut Fika sambil menarik nafas panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments