ISTRI YANG KE DUA
Cerita percintaan Fika dan Fiko berawal dari sekolah menengah pertama. Fika menjadi yang kedua atau menjadi istri kedua dari Fiko.
Mariana istri pertama Fiko melakukan beberapa cara licik untuk merusak hubungan Fiko dengan Fika, istri keduanya. Perceraian lah yang diinginkan Mariana, antara Fiko dengan Fika. Supaya Fiko akan sepenuh nya menjadi suaminya.
Ikuti cerita selengkapnya di novel ISTRI YANG KE DUA.
🍀🍀🍀🍀🍀
Ketika Fika sudah menjadi istri kedua Fika.
Pernikahan Fika dengan Fiko akhirnya terlaksana juga. Mereka melakukan nya hanya ijab kabul saja untuk memenuhi syarat halalnya mereka untuk menjadi suami dan istri. Tidak ada pesta dan kabar pernikahan mereka tertutup untuk pihak luar. Ini hanya dari keluarga Fika saja. Bahkan keluarga Fiko sendiri tidak hadir di sana. Bukan tidak mengetahui, soal Fiko menikah kembali dengan wanita lain sudah sampai di telinga keluarga Fiko. Keluarga Fiko sudah tidak memperdulikan itu karena Fiko sudah berhasil membangun kerajaan bisnisnya, hingga kehidupan nya sudah bergelimang harta benda.
Di malam ini Fika dan Fiko sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Keduanya saat ini mulai menikmati masa-masa indah yang sudah tertunda lama. Cinta pertama mereka kini kembali bersemi. Keduanya sangat bahagia dengan situasi ini.
"Apakah kamu bahagia, akhirnya bisa menikah dengan aku?" tanya Fiko. Fika tersenyum malu.
"Bahagia! Namun aku tidak sepenuhnya bahagia. Karena kebahagiaan aku saat ini, ada cerita dari seorang istri atau wanita yang lain. Itu adalah istri kamu yang pertama," ucap Fika.
"Tapi Mariana sudah mengijinkan kita untuk menikah. Ini jangan membuat risau pada diri kamu, sayang! Aku sudah setia dengan Mariana selama ini. Dan aku juga butuh bahagia dengan wanita impian aku selama ini. Wanita yang aku cintai dari masa remaja aku. Akhirnya aku bertemu dengan kamu dan akhirnya kita bersatu. Aku sangat bersyukur sekali, Fika," ucap Fiko sambil merangkum kedua pipi Fika.
Fika tersenyum cerah. Kedua mata mereka beradu. Kini ada tersirat rasa yang ingin bersatu. Fiko mulai mengecup lembut bibir basah Fika. Fika mulai membalas kecupan lembut Fiko dengan ciuman. Fiko mulai terpancing dengan reaksi Fika yang mulai memanas.
" Kamu yakin ingin melakukan ini dengan ku Fika?" tanya Fiko berbisik pelan di telinga Fika.
Kembali anggukan pelan di kepala Fika sebagai jawaban atas pertanyaan Fiko.
Tubuh Fika mulai di rebahkan pelan oleh Fiko. Fiko mulai membuka pakaian nya sendiri satu persatu di hadapan Fika. Fika menyaksikan tubuh Fiko yang kini sudah tak berbalut kain. Fika hanya tersenyum melihat badan seksi Fiko yang pernah ia lihat nya dulu. Tapi belum pernah melakukan hubungan sejauh ini.
Fiko mulai membuka pakaian Fika satu persatu. Fika semakin tajam menatap Fiko yang melakukan aksi itu. Sampai akhirnya tubuh seksi Fika terlihat bulat - bulat seperti anak bayi yang baru lahir tanpa sehelai kain.
Fiko perlahan memulai aksinya. Sedangkan Fika berusaha pasrah dan pasif dengan pergerakan Fiko. Mungkin saja kali ini, Fika menyerahkan dirinya untuk Fiko yang dulu belum sempat menyentuh nya.
" Aku akan pelan - pelan melakukan nya!" bisik Fiko sambil meraih kembali bibir seksi Fika.
" Aku akan membuat kamu,tidak akan melupakan aku seumur hidup!" ucap Fiko.
" Lakukanlah! Sesungguhnya aku sangat merindukan ini bersama kamu. Aku sudah menjadi istri kamu, Fiko. Dan kamu sudah berhak atas semua yang aku miliki saat ini. Aku mencintai mu dari dulu dan sampai sekarang, Fiko,"sahut Fika.
" Benarkah?!" tanya Fiko.
" Apakah kamu selalu membayangkan aku, ketika Berhubungan dengan Mariana?" tanya Fika akhirnya.
" Iya! Kadang - kadang jika aku teringat kamu!" jawab Fiko mulai menggeliat.
" Kamu sekarang jadi sangat nakal Fiko!" sahut Fika sambil tersenyum.
" Lakukan apa yang kamu mau! Malam ini semua akan ku serahkan ke kamu!" ujar Fika.
" Kamu tidak ingin menguasai aku?" tanya Fiko.
" Tidak!! Lain kali aku yang akan membuat kamu menderita karena tidak bisa melupakan aku." ucap Fika.
" Oh ya? Aku tunggu hari itu Fika!" sahut Fiko.
Pasangan suami istri itu mulai menciptakan malam yang penuh warna bintang-bintang. Kebahagiaan keduanya sangat nyata. Dahulu mereka yang terpisah, akhirnya bisa di satukan dalam ikatan kasih suci sebuah pernikahan. Walaupun saat ini Fika harus menjadi istri yang kedua dari Fiko. Namun ini sudah membuat dirinya bahagia.
"Semoga kita selalu bersama, Fiko!" ucap lirih Fika.
🍀🍀🍀🍀🍀
MASA SEKOLAH
Seorang gadis belia yang masih duduk di bangku SMP. Dia adalah Fika. Fika dari keluarga yang sederhana. Setiap pagi dia harus mengantar ke warung - warung kue - kue buatan bunda nya.
Fiko adalah laki - laki yang masih remaja, kakak kelas dua tingkat dari Fika. Fiko lahir dari keluarga yang berada. Bapak ibu nya terbilang terpandang di daerah nya. Kehidupan yang kontras antara Fika dan Fiko.
Thamrin adalah kawan dekat Fiko dalam bermain dan belajar. Satu sekolah dan satu kelas dengan Fiko.
Adel adalah kawan dekat Fika satu angkatan tetapi beda sekolah dengan Fika. Adel anak orang kaya. Keluarga Adel dan Fiko saling mengenal akrab.
Ibu Fiko yang bernama Maria sangat selektif dalam melihat kawan - kawan Fiko. Fiko terkesan di batasi dalam berteman.
Ibu Fika bernama Salamah. Dia pandai membuat kue - kue tradisional maupun kekinian.
Cerita novel ini mengangkat kehidupan antara si kaya dan si miskin. Lika - liku percintaan antara ke dua nya...
Pagi itu, Fika sudah bersiap - siap pergi ke sekolah. Sepeda mini nya, sudah di siapkan di depan rumah. Bunda Salamah masih sibuk menghitung kue - kue yang akan di titipkan ke warung - warung. Ayah Fika ikut membantu Bunda Fika dalam menghitung dagangannya.
Fika adalah anak tunggal di keluarga sederhana itu. Sudah sekian lama, Bunda Salamah belum ada tanda - tanda kehamilan. Padahal Fika sudah duduk di bangku SMP, tetapi belum punya adik.
" Fika, kue - kue nya sekalian di antar!" kata Bunda Salamah sambil memberikan dua wadah kue yang akan di bawa Fika sekali jalan. Sisa nya Bunda Salamah dan suaminya yang mengantar ke warung - warung.
" Iya bunda! Fika berangkat dulu!" kata Fika setelah bersalaman dengan Bunda dan ayahnya.
" Iya, hati - hati di jalan." kata Bunda Salamah.
' Baik Bunda!" jawab Fika.
Fika menjalankan sepedanya dengan cepat karena hari ini adalah hari Senin. Dia tidak ingin terlambat masuk sekolah. Setelah mengantar dua kotak kue itu ke dua tempat, Fika mengayuh kan sepedanya lebih ceoat dari sebelumnya. Sampai tiba - tiba dari belakang ada mobil putih menyerempet nya. Bukan ke tabrak, melainkan hanya ke senggol body mobil itu. Keseimbangan Fika tidak bisa di kontrol. Fika terjatuh dan mulai meringis menahan sakit.
" Ah lutut ku terluka." kata Fika.
Seseorang di dalam mobil keluar. Seorang ibu muda dan anak laki - laki nya.
" Kamu tidak apa - apa Nak?"
" Tidak apa - apa Bu, hanya luka di bagian lutut yang sedikit lebar." kata Fika yang berusaha mengelap darah di lutut nya dengan sapu tangan yang di bawa nya.
" Ini uang untuk berobat." kata ibu itu sambil menyerahkan dua lembar uang kertas ratusan ribu.
Uang itu tidak di terimanya oleh Fika. Fika hanya bengong dan memperhatikan ibu dan anak laki - laki nya.
" Fiko! Masukkan uangnya di tas gadis kecil itu." perintah ibunya.
" Ini buat kamu, semoga bermanfaat nanti. Nama ku Fiko kelas 9 F." kata anak laki - laki itu yang memperkenalkan namanya dengan sebutan Fiko.
" Ayo Fiko! Buruan! Mama nanti terlambat." teriak ibu itu yang sudah masuk ke dalam mobil nya.
" Aku duluan ya!" kata laki - laki kecil itu.
Fika masih saja diam di posisi nya awal. Dia jadi teringat, hari ini harus berangkat lebih cepat karena hari Senin. Buru - buru Fika bangkit dan memaksakan diri untuk mengayunkan sepedanya dengan cepat.
" Harus cepat sampai di Sekolah." gumam Fika.
@@@@
Fika sudah sampai di sekolah. Pintu gerbang nya sudah di tutup rapat. Itu artinya Fika terlambat dan harus menunggu sampai upacara hari Senin itu selesai.
Fika duduk termenung,menunggu upacara selesai. Dari pagar besi itu Fika mengintip upaca yang sedang berlangsung. Sampai akhirnya pintu gerbang di buka dan Fika masuk dengan sepeda nya.
" Parkir kan dulu sepeda mu! Setelah itu kamu menghadap bapak di lapangan basket." kata Pak Setyo guru Bimbingan konseling.
" Baik pak! Terimakasih kasih pak!" kata Fika sambil menuntun sepeda nya ke tempat parkiran.
Setelah memarkirkan sepada nya, Fika menuju lapangan basket sesuai instruksi Pak Setyo.
" Pak!" panggil Fika.
" Kamu berdiri di lapangan sampai jam pelajaran ke dua habis, dengan posisi hormat ke bendara merah putih." kata Pak Setyo.
" Baik Pak!" kata Fika lalu mulai berdiri tegak sambil hormat di depan bendera merah putih.
Siswa - siswa sudah mulai masuk ke kelas masing - masing. Melanjutkan pelajaran di jam ke dua setelah upacara. Beberapa pasang mata memperhatikan Fika yang sedang di hukum di lapangan basket itu. Sepasang mata itu ada yang mencibir ada pula yang merasa kasihan dengan Fika. Pasalnya cuaca pagi itu sangat panas. Terik matahari menyengat ke pori - pori kulit.
Mata Fika sudah mulai berair karena kepalanya yang menengadah menatap bendera sang saka merah putih. Pandangannya mulai ber kunang - kunang tetapi Fika tetap bertahan dan tidak menyerah. Sampai akhirnya bel ke dua berbunyi. Fika dengan tersenyum kembali ke kelasnya.
Fika melewati beberapa kelas untuk menuju ke kelasnya yaitu kelas 7A. Pada saat itulah Fika bertemu seorang laki - laki yang tadi pagi menabrak dirinya dengan mobil tumpangannya.
" Eh? kamu kena hukuman ya?" tanya laki - laki remaja itu.
" Iya! Aku terlambat datang." jawab Fika.
" Oh Iyah namamu tadi siapa?" tanya laki - laki itu.
" Fika!" jawab Fika.
" Oh Iyah Fika. Maaf ya! Gara - gara mama ku kamu jadi terlambat masuk sekolah." kata laki - laki itu.
" Tidak apa - apa..." kata Fika akhirnya.
" Panggil saja aku Fiko!" kata Fiko akhirnya.
" Iya bang Fiko!"
" Baiklah aku pergi dulu! Menjumpai guru piket hari ini. Lain waktu kita ngobrol lagi." kata Fiko dan berlalu meninggalkan Fika.
Fika kembali berjalan menuju kelas 7A. Di sana teman - teman nya sudah mulai ramai karena jam pelajaran ke tiga guru yang mengajar belum masuk ke kelas.
" Hai Fika! Terlambat ya?" sapa Rima sambil mendekati Fika.
"Iya! Tadi ke srempet mobil di jalan." jawab Fika sambil menunjukkan luka nya di bagian lutut.
" Ya ampun! Kenapa belum kamu obati." kata Rima.
" Habis pelajaran ke tiga ini nanti ke UKS minta obat merah." kata Fika.
" Kenapa kamu tidak hati - hati sih?" tanya Rima.
" Namanya juga lagi sial." kata Fika asal.
" Kamu sudah mengerjakan PR matematika belum?" tanya Rima.
" Sudah!" jawab Fika singkat.
" Aku boleh nyontek gak?" tanya Rima.
" Ini! Besok jangan nyontek lagi yah!" kata Fika sambil menyerahkan buku tugas matematika.
" Wah! Terimakasih banyak Fika. Kamu memang temanku yang baik." kata Rima sambil kembali ke tempat duduknya dan mulai menyontek PR matematika dari Fika.
" Fika!" panggil Dodi. Fika yang duduk di depan Dodi menoleh ke belakang.
" Hah?"
" Nanti pulang sekolah aku ke rumah mu ya. Minta di ajari matematika." kata Dodi.
" Oh jam berapa? Aku sore belajar ngaji."
" Pulang sekolah langsung ke rumahmu saja. Boleh kan?"
" Boleh! Tapi aku naik sepeda."
" Iya! Aku juga naik sepeda kok."
" Baiklah. Kita sama - sama pulangnya." kata Fika akhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments