Fiko diam - diam mengikuti Fika yang keluar dari hotel itu dengan mobil jazz putihnya. Fiko ingin memastikan bahwa Fika baik - baik saja walaupun tanpa dirinya.
Dari jarak yang cukup jauh. Fiko menatap terus mobil jazz putih milik Fika. Fiko tidak ingin kehilangan jejak keberadaan Fika sekarang. Sampai akhirnya, mobil jazz putih itu berhenti di toko buah dan Fika kembali dengan tas plastik yang berisi belanja buahnya.
" Dari dulu Fika memang suka buah kiwi bukan?" gumam Fiko sambil tersenyum menatap gadis nya dulu masih sama kegemaran nya.
Mobil jazz putih itu kembali berjalan pelan dan akhirnya berubah menjadi lebih cepat. Sampai Fiko hampir kehilangan pandangan nya melihat mobil putih milik Fika. Mobil itu masuk di gang yang kecil yang muat dua mobil. Fiko mulai menjaga jaraknya agar tidak kelihatan mengikuti Fika. Sampai akhirnya,mobil putih itu mulai memperlambat jalannya dan masuk ke pekarangan rumah yang sebelumnya, Fika turun dari mobilnya untuk membuka gerbang rumah itu.
" Fika! Jadi ini tempat tinggal kamu!" kata Fiko pelan sambil tersenyum puas.
" Suami kamu cukup membuat kamu bahagia dengan ini semua, Fika! Aku ikut senang!" kata Fiko pelan?
Fiko masih menatap dari jauh rumah kayu yang tampak asri dan rindang. Tapi terlihat sangat sunyi dan sepi dari luar. Akhirnya Fiko keluar dari dalam mobilnya dan berjalan ke warung makan tidak jauh dari rumah Fika.
" Bu! Maaf bisa pesan kopi hitamnya Bu!" ucap Fiko sambil duduk di warung makan itu sambil mengeluarkan bungkus rokok yang ada di saku jaketnya.
" Bisa mas!" sahut Ibu muda kira - kira sudah setengah baya umurnya.
Ibu pemilik warung itu mulai meneliti Fiko yang terus-menerus mengamati rumah milik Fika. Mungkin saja ibu muda itu mulai curiga atau menyimpan pertanyaan yang akan ditanyakan oleh Fiko.
" Ini kopi nya mas!" kata Ibu pemilik warung itu sambil memberikan segelas kopi hitam.
" Terimakasih banyak Bu!" ucap Fiko sambil menyalakan rokok nya.
" Kalau boleh tahu, lagi mencari siapa ya mas?" tanya Ibu muda itu.
" Oh !!!" Fiko mulai gelagepan dengan pertanyaan ibu muda itu.
" Rumah yang di depan itu adalah milik ibu dosen Fika." kata ibu muda itu seolah ia ingin menjelaskan apa yang selalu di lihat terus oleh Fiko.
" Oh ibu dosen Fika yah?" sahut Fiko sambil manggut- manggut.
" Memang nya ingin mencari rumah siapa mas?" tanya ibu muda itu.
" Saya ingin menjumpai suami Bu Fika!" ucap Fiko berbohong.
"Hah? Mungkin anda salah alamat. Kalau ibu dosen ini belum pernah menikah. Dia masih single dan seorang gadis." cerita Ibu warung itu.
" Oh benarkah? Mungkin yang saya maksud ibu Fika yang sudah bersuami Bu." sahut Fiko beralasan.
" Jadi, kamu sudah membohongi aku Fika!" pikir Fiko.
" Kamu belum menikah?" pikir Fiko lagi.
" Hem??? Kalau Bu Fika ini, dia tinggal dengan siapa Bu?" tanya Fiko penasaran.
" Mbk Fika yah? Dia tinggal sendiri. Tapi dia jarang di rumah. Setiap hari ada saja kegiatan yang dilakukan oleh nya. Namanya juga seorang dosen muda dan masih single lagi." cerita ibu warung itu yang membuat Fiko ingin segera mengungkap kebohongan Fika terhadap dirinya.
" Oh?? Apa saya salah kabar yah? Apa orang yang saya cari adalah mbk Fika ini yah?" kata Fiko mulai berdalih.
" Kalau mas nyari suaminya, pasti bukan mbk Fika yang ini lah mas." sahut Ibu warung itu.
" Eh iya yah!" kata Fiko sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
" Mbk Fika jadi dosen di perguruan tinggi C di kota ini mas! Tapi tidak ada salah nya mas bisa memastikan nya." ucap ibu warung itu.
" Iyalah Bu." sahut Fiko mulai tersenyum sambil menghisap batang rokok yang sudah menyala itu.
" Fika aku akan membuat kamu terkejut." pikir Fiko sambil tersenyum.
" Berapa Bu?" tanya Fiko sambil mengeluarkan dompetnya.
" Tiga ribu mas!" jawab ibu muda itu.
Fiko mengeluarkan dan memberikan uang kertas merah kepada ibu warung itu. Ibu warung seketika jadi panik.
" Mas? Tidak ada uang kecil?" tanya Ibu warung itu.
" Ambil saja semuanya Bu!" ucap Fiko sambil meninggalkan warung kecil milik ibu muda itu.
Fiko mulai masuk ke dalam mobilnya dan bergegas meninggalkan tempat itu.
" Aku akan membuat jantung kamu berdetak kencang lagi, Fika!" kata Fiko pelan.
Fiko kembali menjalankan mobilnya mencari toko buah yang lengkap dengan beraneka buah - buahan. Tentu saja Fiko tahu, buah yang menjadi kegemaran Fika saat itu. Dari Sekolah Menengah pertama, Fiko sudah mengenal Fika. Fika yang kehidupan nya sangat sangat sederhana, kini sudah menjadi Fika yang berbeda. Mungkin saja, kehidupan nya yang keras menjadikan ia harus merubah kehidupan keluarga nya dan dirinya. Akhirnya Fika terlihat seperti sekarang ini, sukses sebagai seorang pengajar.
Setelah berbelanja buah-buahan, Fiko kembali ke rumah kayu milik Fika. Fiko tidak sabar dengan reaksi yang akan di berikan Fika ketika dia datang di depan pintu rumah nya. Fiko tersenyum puas dengan informasi mengenai status yang sebenarnya oleh gadisnya dulu.
" Benar bukan? Kamu masih mencintai aku Fika! Nyatanya kamu belum menikah sampai saat ini." gumam Fiko yang mulai berhenti di depan gerbang rumah Fika.
Gerbang besi itu belum di gembok. Fiko mulai membuka nya pelan - pelan. Tapi mobil nya masih terparkir di depan gerbang. Fiko mulai berjala mendekati pintu depan rumah kayu milik Fika. Perlahan, Fiko memencet bel masuk rumah itu.
Tidak lama suara langkah kaki pelan- pelan mendekati pintu depan rumah itu. Pintu itu dibukanya perlahan. Fiko menatap seseorang yang membukakan pintu kayu itu untuk nya.
" Fiko!!!" ucap Fika lirih. Matanya membulat. Fika tampak terkejut dengan kedatangan Fiko di rumahnya.
" Halo Fika! Bolehkah aku masuk?" ucap Fiko sambil tersenyum.
" Eh??? Kamu jangan masuk!?? " ucap Fika mulai panik.
" Kenapa? Ini aku bawakan buah- buahan kesukaan kamu." ucap Fiko.
" Fiko!" panggil Fika.
" Kamu harus segera pergi!" kata Fika dengan suara lantang.
" Kenapa? Beri alasan kepadaku?" tanya Fiko.
" Karena...karena suamiku sebentar lagi akan pulang!" jawab Fika mulai panik.
" Oh ya? Aku akan menunggu suami kamu pulang. Aku ingin berkenalan dengan beliau. Boleh kan Fika?" ucap Fiko sambil tersenyum.
Fika hanya mematung menatap Fiko yang sudah duduk di kursi kayu ruang tamu.
" Kamu kelihatan tidak senang, aku datang ke rumah kamu Fika!" ucap Fiko sambil tersenyum dan mendekati Fika yang masih berdiri dan diam.
" Kamu harus pulang Fiko! Istri dan anak - anak kamu menanti kedatangan kamu pulang ke rumah." ucap Fika lirih.
" Tapi aku ingin disini dulu bersama kamu, Fika!" kata Fiko sambil menyingkirkan rambut panjang Fika ke belakang.
Fiko mulai nakal mengusap leher jenjang Fika yang putih. Fiko mulai mengecup leher itu perlahan-lahan dan lama membuat Fika memejamkan matanya. Fiko masih mengecup leher jenjang Fika, mengisap ditempat itu sampai membuat bekas merah di sana.
" Aghhh!!! Fiko!!" ucap lirih Fika.
" Aku ingin melanjutkan yang tadi masih tertunda. Kamu menginginkan ini bukan??" bisik Fiko.
Fiko mencoba mengecup kembali leher jenjang Fika yang belum ada bekas merahnya. Fika mulai mendesah. Kecupan Fiko membuat dirinya semakin terbang. Matanya terpejam perlahan.
" Fiko!!? Cukup! Hentikan!!" ucap Fika lirih.
Tapi Fiko masih terus membuat Fika tidak berkutik. Jari - jari lentiknya mulai menyusup masuk kedalam gunung kembar nya. Lalu turun mencari lembah bukit yang ber gua.
" Jangan! Fiko!!? Aku...aku masih perawan!!!" ucap Fika dengan suara yang bergetar dan matanya mulai sayu dengan jari - jari lentik Fiko yang mulai keluar masuk kedalam gua yang berpintu sempit itu.
" Bukankah kamu sudah sering melakukan nya dengan suami kamu? Kenapa kamu bilang kamu masih perawan??" kata Fiko sambil tersenyum.
" Ahhh??? Ehhh??" sahut Fika lalu dengan cepat mendorong tubuh Fiko yang berusaha menguasai dirinya.
"Kata kan! Kamu tidak bisa hidup dengan laki-laki lain, selain hanya aku saja Fika!!!" ucap Fiko.
" Tidak!!! Itu bohong!!" kata Fika dengan lantang dan duduk di kursi kayu itu.
Fiko kembali mendekati Fika dan duduk di depannya.
" Apa yang kamu inginkan?" tanya Fika.
" Tidak ada!!" jawab Fiko akhirnya.
Akhirnya Fiko menatap tajam seorang Fika yang sedang menikmati sebatang rokok miliknya. Fiko melihat Fika menghisap batang rokok itu sambil mengeluarkan air mata yang mengalir sangat deras.
" Aku minta maaf sayang!!? Aku menyakitimu Fika!!" ucap Fiko sambil mengusap lembut air mata yang jatuh di pipi Fika.
Fika hanya diam dan berusaha menikmati batang rokok yang sudah menyala ditangannya. Air mata itu masih menetes tanpa bisa di hentikan nya.
Hanya pelukan Fiko yang mampu membuat tenang Fika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments