Di rumah sakit

"Perempuan yang tadi kamu gendong itu, siapa?" tanya sang ayah.

Jupiter langsung menoleh kearah ibunya.

"Siapa, Nak? katakan saja pada Mama. Jawablah dengan jujur, jangan sekali-kali kamu bohongi Mama."

Jupiter masih diam, tak berani untuk berkata yang sebenarnya.

"Kenapa kamu diam? jawab."

'Tidak mungkin aku mengatakannya dengan jujur, jika aku ingin membalaskan dendam ku pada Gala, atas meninggalnya Felly, itu tidak mungkin. Jikalau aku mengatakannya dengan jujur, yang ada itu anak hanya akan dipenjara. Aku tidak akan membiarkan Gala di penjara, aku harus menggantikannya untuk menyiksa adiknya.' Batin Jupiter dengan tekad bulatnya.

"Piter, ayo jawab pertanyaan Mama."

"Dia calon istrinya Jupiter, Ma." Jawab Jupiter yang akhirnya mengatakan yang sebenarnya, meski hanya untuk melampiaskan dendamnya atas meninggalnya adik perempuan satu-satunya. Bahkan, keberadaan jasadnya pun tak ditemukan.

"Apa! calon istrimu?"

Cukup keras bicaranya saat kedua orang tuanya terkejut. Rupanya, apa yang dikatakan oleh Mbak Riti itu memang benar.

"Ya, Ma, Pa. Namanya Rahelia, yang rencananya malam ini kita akan menikah."

"Apa kamu sudah gi_la, pernikahan malam hari. Kamu ini gimana sih, ha! Hanny, Hanny, apa kamu tidak memikirkan dia?"

Sang ibu yang sudah emosi, rasanya ingin menghajar putranya.

"Ma, pernikahan ini hanya sementara. Nanti kalau sudah tiga bulan, Jupiter akan ceraikan dia." Kata Jupiter dengan rencananya.

"Kamu ceraikan? maksudnya kamu itu apa? menikahi dan menceraikannya. Apa kewarasan kamu sudah hilang? sampai-sampai melakukan hal konyol yang tidak ada guna."

Sang ayah pun ikut emosi saat mendengar pengakuan dari putranya, benar-benar dari pikiran yang sehat. Mana ada menikah terus bercerai, pikirnya yang tidak masuk akal.

"Katakan sama Papa, apa alasan kamu menikahi perempuan itu? apakah dia anaknya orang kaya? apakah dia keturunan konglomerat? berapa perusahaannya? sampai-sampai kamu menikahinya dan menceraikannya."

"Dia tidak mempunyai apa-apa, aku hanya menaruh dendam pada kakaknya. Tentu saja, aku akan menyiksanya sampai aku puas." Kata Jupiter yang tetap tidak menyebutkan alasan apa dirinya akan menikahi adiknya Gala.

"Membalaskan dendam, kamu bilang? apakah kamu kurang kerjaan, sampai-sampai kamu melakukan hal bo_doh yang tidak ada untungnya."

"Ah! sudah lah, Mama sama Papa tidak perlu bertanya secara detail. Nanti kalau sudah diceraikan, bakal aku ceritakan yang sebenarnya." Kata Jupiter yang terasa bising saat mendapati banyak pertanyaan dan juga bentakan dari kedua orang tuanya.

"Tetap saja, Mama tidak setuju jika kamu menikahi perempuan itu. Mau di taruh dimana muka Mama di depan kedua orang tuanya Hanny, yang ada nama keluarga kita akan jadi buruk. Kamu tahu kan, siapa kedua orang tuanya Hanny." Kata sang ibu yang sudah terlanjur menentukan hari pernikahan putranya.

"Mama tenang saja, pernikahanku akan di rahasiakan." Jawab Jupiter berusaha meyakinkan kedua orang tuanya.

"Terserah kamu saja, Mama pusing menuruti kemauan kamu. Dulu, kamu meminta untuk cepat-cepat melamar Hannya. Sekarang, kamu memberi keputusan untuk menikahi perempuan yang entah seperti apa asal-usulnya." Ucap sang ibu yang sudah frustrasi dengan kemauan putranya yang sering berubah-ubah.

"Papa juga pusing dengan pola pikir putramu, mendingan kita pulang saja, Ma. Terserah apa yang mau dilakukan oleh Jupiter, dia pikir menjalin pernikahan itu enak dan mudah." Kata sang ayah yang memilih untuk lepas tangan atas apa yang diinginkan oleh putranya.

Jupiter tidak menanggapinya, memilih duduk sambil menunggu salah satu ada yang keluar dari ruangan tersebut.

Sedangkan kedua orang tuanya memilih untuk pulang, dari pada tambah pusing memikirkan apa yang menjadi keinginan putranya.

"Pa, bagaimana ini? apa yang harus kita katakan pada kedua orang tuanya Hanny? apa ya, kita meminta untuk menunda selama tiga bulan kedepan?"

"Papa tidak tahu, Ma. Papa pusing, lain waktu kita bicarakan lagi." Jawab ayahnya Jupiter sambil mengacak rambutnya yang tidak gatal.

"Sama aja, Pa. Mama juga ikutan pusing, gara-gara Jupiter." Kata sang istri.

Sedangkan di rumah sakit, Jupiter masih menunggu dan menunggu. Tidak lama kemudian, pintu terbuka dari dalam.

Jupiter yang melihatnya, ia segera bangkit dari posisi duduknya. Kemudian, menghampiri seorang dokter yang baru saja keluar.

"Bagaimana keadaan pasien, Dok?" tanya Jupiter khawatir.

Mau bagaimanapun, Jupiter yang bertanggung jawab atas Rahelia.

"Pasien mengalami depresi. Untungnya, nyawanya masih bisa untuk diselamatkan. Satu menit lewat saja, tidak lagi bisa untuk diselamatkan karena darah yang keluar begitu banyak. Sekali lagi, jangan diganggu dulu pikirannya. Ajaklah bicara yang kiranya membuat pasien tersenyum, jangan membahas sesuatu yang tidak penting. Karena akibatnya bisa fatal, kasihan pasien." Jawab Dokter yang tak lupa memberi nasehat baik untuk Jupiter.

"Baik, Dok."

"Silakan ke ruangan rawat nomor tiga pula lima, pasien akan segera dipindahkan ke ruangan nomor tersebut." Kata Dokter, Jupiter mengangguk.

"Terimakasih, Dok." Ucapnya berterimakasih.

Setelah itu, Jupiter duduk sejenak untuk memikirkan sesuatu.

"Seharusnya aku senang, dia tersiksa karena depresi. Jadi, untuk sementara aku buatnya nyaman, setelah itu aku siksa lagi sampai di kembali depresi." Gumamnya dengan seringainya atas rencana yang kembali muncul di kepalanya.

Karena penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Dokter, Jupiter segera melihat kondisi Rahelia.

Sedangkan di lain tempat, Gala tengah mendapati penyiksaan oleh beberapa anggota anak buah dari Jupiter.

Gala terus menahan sakit pada bagian tubuhnya yang selalu mendapatkan serangan hingga babak belur.

"Bi_adap! kau Jupiter." Ucapnya dengan keras saat tubuhnya mendapati pukulan dari anak buahnya Jupiter.

Sakit, tetapi lebih sakit tidak mendengar kabar adik perempuannya yang entah bagaimana nasibnya saat ini.

"Cukup! hentikan. Kalian boleh melanjutkannya lagi besok, sekarang kembali ke rumah kalian masing-masing. Biarkan dia merasakan sakit dulu, besok kalian boleh menghajarnya lagi. Ingat, besok datang tepat waktu." Ucap seseorang yang menjadi ketuanya.

"Baik, Bos." Jawabnya dengan serempak, dan bergegas pergi sesuai perintah dari Bosnya setelah menerima uangnya.

"Enak ya, cuma menghajar aja dapat uang. Sering-sering saja banyak musuh, kita bisa makan enak nanti malam." Ucapnya saat keluar dari tempat persembunyian orang-orang yang selalu mendapatkan hukuman kepada siapa yang berani menyenggol Jupiter.

Gala yang dipenuhi keringat yang bercucuran karana berkelahi demi menyelamatkan nyawanya sendiri, kini tak mampu berbuat apa-apa karena fisiknya yang semakin melemah.

Tidak hanya badan yang terasa sakit, kedua sudut bibirnya ikut memar kebiruan dan kemerahan yang begitu lekat.

'Lihat saja, aku akan membalaskan dendam ku padamu, Jupiter. Kau manusia terku_tuk, aku tidak akan membiarkan kamu lolos dari genggamanku.' Batin Gala yang kini mulai membencinya, yakni atas tuduhan padanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!