Bimo yang melihat Jupiter menyapa dirinya, langsung menjabat tangannya dan memeluk layaknya sahabat dekat.
"Kirain kamu gak di rumah, tumben." Kata Bimo yang tidak seperti biasanya mendapati Jupiter di rumah.
"Gimana dengan Gala, aku dengar dia sudah kamu asingkan."
"Ya, aku sudah mengasingkan dia di hutan yang tidak jauh dari markas."
"Apa kamu tidak sedikit kasihan dengannya? bukankah Gala mempunyai adik perempuan, gimana nasibnya jika tau kalau kakaknya telah kamu buang ke hutan."
"Adiknya sudah tahu, karena aku yang menunjukkan di depan matanya. Bahkan, sekarang dia sudah menjadi tawananku." Kata Jupiter.
"Menjadi tawanan kamu, maksudnya apaan. Apakah adiknya Gala kamu sandra? demi balas dendam atas meninggalnya adikmu, si Felly."
"Benar, adiknya Gala sudah aku sandra di rumah ini. Bahkan, nanti malam aku akan menikah dengannya." Jawab Jupiter mengatakannya dengan sangat jujur, jika dirinya akan menikahi adik dari teman yang kini dijadikan musuhnya.
"Kamu sedang tidak bercanda, 'kan? tujuan kamu menikahi adiknya Gala itu, apa?"
"Menyiksanya sampai aku merasa puas dan menjadikannya bak mainan. Kalau aku tidak menikahinya, aku kesulitan untuk menjadikan dia tawanan di rumahku. Makanya aku menikahinya, agar aku bebas membawanya kemana saja." Jawab Jupiter terang-terangan.
"Gil_a, kamu. Apa tidak ada cara lain selain menyiksa adiknya Gala. Hati-hati, nanti kamu benar-benar jatuh cinta dengannya." Kata Bimo.
"Cuih! jatuh cinta dengannya, tidak akan. Apa kamu mendadak lupa, aku punya Hanny yang jauh lebih baik darinya." Ucap Jupiter.
"Apa kamu juga lupa, kamu menikahinya. Ingat, selain sering bertemu, kamu sering berdialog dengannya, bisa saja kamu akan masuk dalam perangkapmu sendiri." Kata Bimo mengingatkan.
"Tidak akan terjadi, penyiksaan akan terus menjadi penyiksaan sampai aku puas." Ucap Jupiter yang tetap pada pendiriannya, tak peduli jika Bimo sudah memberi peringatan pada dirinya.
"Terserah kamu, aku cuma mengingatkan. Aku datang kesini hanya mau menyampaikan pesan, besok akan ada proyek baru yang mau dikerjakan, apakah kamu mau mendatangi tempatnya?"
"Aku libur dalam tiga hari ini, aku akan datang setelah urusanku selesai." Jawab Jupiter.
"Baik, aku tidak akan memaksakan kamu. Kalau begitu, aku langsung pulang saja. Selamat ya, nanti kamu menikah. Aku doakan, semoga kamu jatuh cinta dengan istrimu."
"Si_al! aku tidak butuh doa seperti itu. Sudah sana kalau mau pulang, jangan bikin keributan di rumahku." Kata Jupiter sambil mendorong tubuh Bimo keluar.
"Jangan lupa malam pertamanya, ok Brother." Ucap Bimo sambil meledek saat sudah keluar dari ruang privasi.
Kini tinggallah Jupiter sendirian di ruang privasinya. Dengan kasar, ia membuang napasnya. Kemudian, segera menemui perempuan yang dijadikan tawanannya.
"Mama, Papa, kalian sudah pulang? kok, gak beri kabar Piter."
"Namanya juga kejutan, memangnya kenapa? oh ya, satu bulan lagi, Hanny pulang loh. Jadi, kalian akan langsung menikah. Mama dan Papa sudah tidak sabar untuk menimang cucu, ingin secepatnya kamu menikah dengannya." Jawab sang ibu, Jupiter mendadak kaget dengan perkataan ibunya.
"Mama sedang tidak bercanda, 'kan?" tanya Jupiter seperti mimpi.
"Kamu bilang Mama ini bercanda, ya gak lah. Mama tuh berkata yang sebenarnya, tidak mengada-ngada. Seharusnya kamu tuh senang, bukan jadi lesu gitu. Bukankah kamu dan Hanny baik-baik saja? tidak ada masalah, 'kan?"
"Gak sih Ma," kata Jupiter sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
"Mama dan Papa sudah membicarakan pernikahan kamu dengan kedua orang tua Hanny. Jadi, kamu tak perlu pusing memikirkannya. Yang harus kamu persiapkan itu, hanya kemantapan dan jaga kesehatan kamu." Ucap sang ayah ikut menimpali.
"Tapi, Ma. Bukankah Mama bilang ada tiga bulan di Paris? kok jadi mendadak begini." Kata Jupiter yang penasaran dengan apa yang pernah dikatakan kedua orang tuanya sebelum berangkat.
"Papa kamu membatalkan perjanjian kerja sama Tuan Hertanto. Jadi, Papa kamu putuskan untuk bekerja sama dengan ayahnya Hanny untuk mengembangkan bisnis yang akan kamu kelola nantinya."
'Apa aku tidak salah dengar, Papa membatalkan kerja sama dengan Tuan Hertanto.' Batin Jupiter merasa ada yang janggal dengan ucapan ibunya.
"Tuan! Tuan! Nona Rahel, Tuan." Teriak Mbak Riti sekencang mungkin sambil menuruni anak tangga.
Semua kaget mendengar teriakan dari asisten rumah yang terlihat terburu-buru, termasuk Jupiter yang mendadak kaget dan panik. Lebihnya lagi, kedua orang tuanya tidak mengetahui akan keberadaan perempuan yang menjadi tawanan Jupiter.
Tanpa pikir panjang, Jupiter segera berlari untuk melihat kondisi kamarnya.
"Tuan, Nona Rahel bunuh diri."
"Apa!" teriak Jupiter yang langsung menuju kamarnya.
Kedua orang tua Jupiter sendiri segera melihatnya, apa yang terjadi sebenarnya.
"Dasar bodoh!" Kata Jupiter yang langsung mengikat pergelangan tangannya dan membawanya ke rumah sakit.
"Siapa gadis itu, Piter."
"Piter, tunggu."
Tidak peduli dengan panggilan orang tuanya, Jupiter cepat-cepat membawa Rahelia ke rumah sakit.
"Mbak Riti, siapa perempuan yang dibawa Piter? pacar barunya, atau ... siapa dia?" tanya ibunya Piter dengan penasaran.
"Ya, Mbak Riti, siapa perempuan tadi?" tanya ayahnya Jupiter ikut penasaran dengan perempuan yang berada di kamar putranya.
"Em ... namanya Nona Rahel, Nyonya, Tuan." Jawab Mbak Riti dengan gugup.
"Apakah dia pacar barunya Jupiter? jawab, Mbak."
Karena masih belum mendapatkan jawaban, akhirnya ibunya Jupiter kembali menanyakan siapa sosok perempuan yang bersama putranya.
"Nanti malam, Tuan Jupiter akan menikah dengan Nona Rahel."
Jawabnya sambil menunduk, dan juga dengan perasaan takut. Jika akan terjadi sesuatu pada keluarga majikannya, lebih lagi dengan Rahel, Mbak Riti benar-benar merasa kasihan padanya yang tidak tahu apa-apa.
Kedua orang tuanya Jupiter membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna, karena terkejut dengan jawaban dari Mbak Riti mengenai putranya.
"Apa! Jupiter akan menikah malam ini? tidak! pasti dia sedang mengerjai kita kan, Pa?"
"Ayo, kita datangi mereka berdua di rumah sakit. Mama ingin mendengarnya langsung, apa yang diucapkannya itu adalah benar, atau hanya mengerjai kita." Kata ayahnya Jupiter yang masih menyimpan rasa penasaran terhadap putranya.
Karena sudah tidak sabar ingin mendengar pengakuan dari putranya, kedua orang tua Jupiter segera berangkat ke rumah sakit untuk mengetahui kebenarannya.
Sedangkan di rumah sakit, Jupiter tengah mondar-mandir menunggu Rahel yang sedang ditangani oleh dokter.
"Perempuan bo_doh! setakut itukah aku akan menyiksanya?" gumamnya sambil mondar-mandir karena gelisah memikirkan keadaan Rahel yang entah dapat diselamatkan atau tidaknya.
Tidak lama kemudian, kedua orang tuanya sudah datang dan segera menghampiri putranya yang tengah mondar-mandir karena gelisah.
"Jupiter," panggil sang ayah yang sudah berada di hadapannya.
Jupiter sendiri langsung mendongak dan menatap wajah ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments