PERGI

"Ini rumah nya Adit?" tanya Reyhan.

Kini ia dan Nayla berada dihadapan sebuah rumah yang tak kalah mewah dari rumah nya.

"Nay, apa ini rumah nya Adit?" tanya Reyhan sekali lagi, karena Nayla tak menjawab pertanyaannya.

"Aku yakin ini rumah nya Adit." jawab Nayla, namun nada suaranya terdengar ragu.

"Yakin? Nay, apa maksudmu?"

"Kak, sebenarnya aku belum pernah kerumah Adit, tapi aku yakin ini rumahnya. Adit pernah memberitahuku alamat rumah nya."

"Kalau begitu, ayo." ucap Reyhan, kemudian menarik pergelangan tangan Nayla melangkah hingga ke depan pintu rumah itu.

Setelah sampai di depan pintu, Reyhan melepaskan pergelangan tangan Nayla lalu menekan bel. Namun, entah sudah berapa kali Reyhan menekan bel tetapi tak ada juga yang membukakan mereka pintu.

Merasa geram, Reyhan menggedor-gedor pintu rumah itu bahkan Reyhan meneriaki nama Adit berkali-kali, tetapi hasilnya masih sama. Pintu rumah itu masih tertutup rapat seolah tak berpenghuni.

Sementara Nayla kedua matanya kini sudah berkaca-kaca, kekhawatiran Reyhan akan Adit yang akan lari dari tanggung jawab kini mengganggu hatinya. Namun, Nayla segera menepis kekhawatiran itu, ia tak ingin berprasangka buruk terhadap kekasihnya itu. Nayla masih dengan keyakinannya jika Adit akan bertanggung jawab atas kehamilannya.

Dan Reyhan masih dengan usahanya, menekan bel berkali-kali, menggedor-gedor pintu rumah itu dan terus meneriaki nama Adit. Hingga Reyhan baru menghentikan aksinya itu setelah menyadari jika pintu rumah itu ternyata terkunci.

"Nay, tunggu disini. Aku mau tanya sama orang-orang sekitar sini, barangkali ada yang tahu kemana Adit pergi."

Reyhan pun berlari keluar dari pelataran rumah itu, dan diseberang jalan ia melihat ada beberapa ibu-ibu yang sedang mengobrol. Reyhan pun segera berlari menghampiri ibu-ibu itu.

"Maaf, Bu. Saya mau tanya, pemilik rumah itu kemana ya?" tanya Reyhan sembari menunjuk kearah rumah Adit.

"Oh itu, tadi sih Ibu lihat Pak Reno sama Bu Lestari pergi naik mobilnya." jawab salah satu ibu-ibu itu.

"Kira-kira pergi kemana ya, Bu?" tanya Reyhan lagi.

"Nah kurang tau tuh, tadi sih Ibu lihat kayak nya buru-buru gitu." jawab ibu itu lagi.

"Kalau anaknya Ibu tau gak kemana?"

"Yah kalau anaknya, biasanya jam segini masih di kampus."

"Oh gitu ya Bu, terima kasih informasinya. Saya pamit Bu, dan maaf mengganggu waktunya." Ibu-ibu itupun serentak mengangguk dan tersenyum pada Reyhan.

Sementara Reyhan, ia kembali berlari menghampiri Nayla yang masih berdiri di depan pintu rumah Aditya.

"Nay, kata Ibu-ibu sekitar sini, mereka lihat Papa dan Mamanya Adit pergi, katanya buru-buru gitu." ucap Reyhan dengan nafas tersengal-sengal.

Nayla tak bergeming, ia menatap pintu rumah itu dengan sayu, berharap Adit ada didalam dan membukakannya pintu.

"Nay, kita pulang aja dulu ya, nanti kita kesini lagi." bujuk Reyhan, dan Nayla hanya meliriknya sekilas kemudian menundukkan kepalanya.

"Kak, bagaimana kalau yang Kak Reyhan khawatirkan itu benar, Adit lari dari tanggung jawab." ucap Nayla dengan sendu.

Reyhan pun menegakkan tubuhnya sembari mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, kemudian meraih kedua tangan Nayla kedalam gemggamannya dan menatap dalam manik mata Nayla.

"Kamu bilang, Adit bukan laki-laki seperti itu. Lalu, kenapa sekarang kau meragukannya, hum? Nay, sebaiknya kita pulang, nanti kita datang kesini lagi cari Adit, dan ucapanku tadi tidak usah dipikirkan. Kamu tidak boleh stress karena nanti bisa mempengaruhi bayi kamu, Nay." ucap Reyhan.

Nayla pun mengangguk patuh, kemudian membalikkan badannya lalu melangkah menuju mobil Reyhan, begitupun dengan Reyhan yang melangkah di belakang Nayla.

...********...

"Pak Reno, Bu Lestari..." panggil seorang ibu-ibu yang memanggil Reno dan Lestari saat baru turun dari mobilnya.

Lestari dan Reno serentak menoleh pada ibu-ibu yang memanggil nya, tampak ibu-ibu itu lari tergopoh-gopoh menghampiri Lestari dan Reno.

"Buk, Pak tadi ada yang nyariin." ucap ibu itu.

"Siapa, Bu?" tanya Lestari pada ibu itu, kemudian ia menoleh menatap suaminya.

"Aduh, saya nya gak nanyain namanya tuh. Tadi sih yang nanya sama saya itu cowok kira-kira umuran 25 tahun, dan cewek kira-kira seumuran sama Adit, tapi yang cewek berdiri di depan rumah Bu, Pak." ujar Ibu itu.

Kembali Reno dan Lestari saling menatap. Dalam hati bertanya-tanya, siapakah yang mencari mereka.

"Terus, mereka ada nanya apa lagi, Bu?" dan kali ini Reno yang bertanya.

"Tadi sih nanyain Adit juga, terus Saya bilang Adit nya lagi di kampus." jawab Ibu itu.

Reno pun menghela nafasnya, kemudian menatap istrinya yang masih tampak cemas.

"Ya sudah Bu, terima kasih informasinya. Kami masuk dulu ya Bu." ucap Reno, dan Ibu itu menganggukkan kepalanya.

Reno pun menggenggam tangan Lestari, kemudian menarik nya pelan melangkah masuk kerumah mereka.

"Udah gak apa-apa, semua nya akan baik-baik saja." ucap Reno meyakinkan istrinya.

"Tapi Reno... " Lestari masih tak bisa menyembunyikan kecemasannya.

"Shuuutt, jangan bicara apa-apa lagi. Sekarang lebih baik kita segera bersiap-siap, waktu kita tidak banyak." ucap Reno, dan Lestari pun mengangguk patuh kemudian pergi ke kamar Adit.

Setelah berada di kamar putranya, Lestari mengambil koper kecil yang berada di atas lemari kemudian membuka lemari pakaian Adit, lalu memasukkan beberapa lembar pakaian Adit kedalam koper kecil itu.

Begitupun dengan Reno, yang saat ini juga memasukkan beberapa pakaian nya dan pakaian Lestari kedalam koper, serta beberapa surat-surat penting, kartu tanda identitas dan lainnya.

Setelah siap, Lestari dan Reno pun kembali meninggalkan rumah mereka, namun tak sama seperti sebelumnya yang tampak buru-buru.

Lestari terus menoleh menatap pintu rumah nya, berharap ia segera kembali kerumahnya dengan keadaan yang baik-baik saja.

"Udah, ayo kita berangkat, berdoa saja agar semua nya berjalan lancar dan kita bisa segera kembali kerumah kita. ujar Reno, sembari mengusap bahu istrinya dengan sayang.

Setelah mobil Reno melaju meninggalkan pelataran rumah nya, ibu-ibu yang tadi menghampiri mereka di buat kebingungan karena melihat Reno dan Lestari pergi lagi dan kali dengan membawa koper.

"Sebenarnya Pak Reno sama Bu Lestari mau kemana sih, kok bawa koper gitu." gumam Ibu.

Sepanjang perjalan, Reno terus menggenggam tangan istrinya, namun tatapanya fokus pada jalanan didepannya.

"Reno, kenapa ini semua harus terjadi?" Lestari menatap suaminya dengan sendu.

"Bagaimana dengan Adit?"

"Sayang, sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Yakinlah semua nya akan baik-baik saja." ucap Reno lagi-lagi meyakinkan istrinya itu.

Lestari pun mengangguk, kemudian menatap lurus kedepan, dan berharap apa yang dikatakan suaminya benar. Semua nya akan baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

bab ini di bikin mikir sama author.... aduh thor bacay pas puasa.. sore jd lemes ini lohhh... 😂

2023-04-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!