Setelah dilakukan pemeriksaan keseluruhan, suster memindahkan Nayla ke ruang rawat. Sementara Reyhan duduk dalam keheningan didepan ruangan itu, ditangannya terdapat sebuah amplop yang berisi hasil pemeriksaan Nayla.
Hatinya hancur, benar-benar sakit mengetahui jika wanita yang sudah lama diam-diam ia cintai ternyata sedang hamil, dan yang pasti anak dalam kandungan Nayla itu adalah anak kekasihnya, Adit.
"Aku akan benar-benar kehilangan cinta yang bahkan tidak pernah aku ungkapkan, cinta yang aku simpan sendiri kini akan menjauhiku dengan sendirinya.Tapi aku akan berdo'a untuk kebahagiaanmu, Nay."
Reyhan mengelus dadanya yang bergemuruh. Meski Nayla tak dapat ia miliki, setidaknya ia akan tetap menjadi seorang kakak untuk Nayla, namun mungkin kedekatan mereka tidak akan seperti dulu lagi karena Nayla akan menjadi milik orang lain.
Reyhan beranjak dari tempat duduknya, ia melangkah masuk ke ruang rawat Nayla dan ternyata Nayla masih belum sadarkan diri.
Reyhan mendudukkan tubuhnya di kursi yang berdekatan dengan ranjang dimana Nayla terbaring. Ia menatap dengan sendu wajah lelap Nayla yang masih terlihat pucat.
"Nay, bangun," ucap Reyhan dengan mengelus punggung tangan Nayla.
"Jangan buat semua orang khawatir dengan berlama-lama disini. Kita harus segera pulang dan kamu harus menjelaskan semuanya." ucapnya lagi.
Merasakan ada sentuhan ditangannya, Nayla mulai mengerjapkan matanya, samar-samar ia melihat langit-langit ruang rawat itu yang serba putih.
"Aku dimana?" tanyanya lirih. Nayla memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
"Kamu di rumah sakit, Nay." jawab Reyhan, dan membuat Nayla dengan cepat menoleh kearahnya.
"Kak, Reyhan. Kenapa aku bisa ada disini?"
"Tadi kamu pingsan, jadi aku bawa kamu ke rumah sakit. Ini," Reyhan menyodorkan amplop yang berisi hasil pemeriksaan Nayla, kepada Nayla.
"Ini apa, Kak?" tanya Nayla sembari menyambut amplop itu.
"Bukalah, itu hasil pemeriksaan kamu." jawab Reyhan dengan sendu. "Selamat ya, Nay." ucapnya kemudian tersenyum.
"Selamat, selamat untuk apa?" tanya Nayla bingung, ia tidak mengerti kenapa Reyhan memberinya ucapan selamat.
Reyhan pun menatap Nayla dengan bingung, seolah-olah Nayla berpura-pura tidak mengetahui kehamilannya.
"Kak, Kak Reyhan kenapa mengucapkan selamat padaku? Aku masuk rumah sakit loh ini, bukan wisuda." ucap Nayla dengan terkekeh, merasa lucu dengan ucapan Reyhan yang memberinya ucapan selamat.
"Apalagi yang harus aku ucapkan, selain kata selamat Nay?"
"Aku tidak mengerti dengan maksud Kak Reyhan." kata Nayla. Ia mendudukkan tubuhnya di atas ranjang pasien itu kemudian menatap Reyhan dengan lekat.
"Sebenarnya Kak Reyhan sedang membicarakan apa?" tanya Nayla.
"Nay, apa kamu tidak tahu kalau kamu sedang hamil?" Reyhan mengerutkan keningnya menanti jawaban Nayla.
"A-pa, ha-mil, ak-u hamil?" tanya Nayla terbata, berharap ia salah dengar, namun melihat Reyhan menganggukkan kepala membuatnya seketika menjadi lemas.
Inilah yang ia takutkan dari kejadian malam itu, dan kini ketakutannya itu benar-benar terjadi.
Apa yang ia lakukan bersama Adit dalam keadaan mabuk malam itu, ternyata meninggalkan sesuatu dalam dirinya.
"Isi amplop itu hasil pemeriksaan yang menyatakan kalau kamu sedang hamil, Nay." ucap Reyhan.
Dengan cepat Nayla membuka amplop itu, dan ternyata benar. Selembar kertas yang berada di dalam amplop itu menyatakan dirinya positif hamil dan usia kandungnya sudah memasuki minggu ke-3.
"Kak, sekarang antar aku ke balik ke kampus. Aku harus bertemu Adit, dia harus tau soal ini." tanpa memperdulikan dirinya, Nayla mencabut jarum infus yang tertancap dipunggung tangannya.
"Ya ampun Nay, apa yang kamu lakukan?" Reyhan panik melihat darah yang menetes dari punggung tangan Nayla, dengan cepat Reyhan mengambil tisu yang terletak di atas nakas kemudian membalutkan nya ditangan Nayla agar darahnya berhenti menetes.
"Kak, aku harus ke kampus sekarang bertemu Adit."
"Iya, tunggu sebentar aku panggil Dokter dulu untuk memeriksa kamu sekali lagi.
Beberapa saat kemudian, setelah dokter memeriksa kondisi Nayla dan mengatakan semuanya sudah stabil. Reyhan pun mengantar Nayla kembali ke kampus, ia juga ingin memastikan jika ayah dari anak yang dikandung Nayla itu benar-benar bertanggung jawab, karena jika tidak bukan hanya David papanya Nayla yang akan murka tapi dirinya juga selaku salah satu orang yang menyayangi Nayla.
Beruntung rumah sakit tempat Nayla dirawat sebelumnya, tak begitu jauh dari kampus, sehingga tak membutuhkan waktu lama mobil Reyhan pun kini telah terparkir di pelataran kampus.
Nayla turun dari mobil Reyhan, dan dengan tergesa-gesa melangkah masuk ke kampus dan tujuannya sekarang adalah kelas. Nayla yakin Adit saat ini berada di kelas dan benar saja kekasihnya itu ada didalam kelas sedang berbincang-bincang dengan beberapa temannya.
"Nay, kamu balik lagi?" Adit beranjak dari tempat duduknya, kemudian menghampiri Nayla yang berdiri di ambang pintu.
"Nay, kamu udah gak apa-apa kan, apa masih pusing kepalanya?" tanya Adit sembari menelisik wajah Nayla yang masih terlihat sedikit pucat.
"Dit, ada yang mau aku omongin, penting. Tapi bukan di sini." Nayla langsung menarik tangan Adit pergi dari sana dan membawanya menuju mobil Reyhan.
"Nay, ini sebenarnya ada apa?" tanya Adit bingung, apalagi saat ini Nayla membawanya masuk kedalam mobil Reyhan.
"Ini, kamu lihat sendiri." ucap Nayla sembari memberikan amplop yang berisi hasil pemeriksaannya pada Adit.
Adit pun membuka amplop itu, dan seketika kedua matanya terbelalak melihat tulisan positif hamil yang tercetak tebal pada selembar kertas yang ada ditangannya.
"Apa, Nay ka-mu ha-mil?" tanyanya terbata. Ini sebuah kejutan untuknya, ia tidak menyangka kejadian malam itu akan membuahkan hasil padahal mereka melakukannya hanya sekali dan itupun tanpa sadar.
"Dit, apa yang harus kita lakukan sekarang?" air mata Nayla lolos begitu saja. "Apa kita harus menggugurkan anak ini." ucapnya, yang membuat Reyhan sedari tadi diam langsung menoleh menatap Nayla.
"Apa yang kau katakan, Nay!" tukas Reyhan geram, namun tatapannya tertuju pada Adit.
"Nay, jangan digugurkan, dia gak salah," ucap Adit gugup karena mendapat tatapan membunuh dari Reyhan.
"Dan sekarang kamu pulang, tunggu aku. Hari ini aku akan datang bersama kedua orangtuaku, aku akan bertanggung jawab." ucapnya sembari mengusap puncak kepala Nayla.
Nayla mengangguk, kemudian Adit pun keluar dari mobil Reyhan lalu masuk kedalam mobilnya sendiri. Hari ini ia akan menyelesaikan masalah yang memang seharusnya sejak awal ia selesaikan.
Setelah mobil Adit meninggalkan pelataran kampus, Reyhan pun mulai melajukan mobilnya.
"Kak Reyhan, nanti tolong jangan bicara apapun pada Mama dan Papa sebelum Adit dan orangtuanya datang." ucap Nayla.
Reyhan menganggukan kepalanya. "Sebenarnya aku kecewa dengan apa yang kamu lakukan itu, Nay. Aku pikir kamu...
"Kak, itu gak seperti apa yang Kak Reyhan pikirkan," ucap Nayla menyela ucapan Reyhan.
"Itu terjadi bukan atas keinginan kami, kami melakukannya dalam keadaan gak sadar." sambungnya menjelaskan.
"Apa maksudmu, Nay?"
Nayla pun menceritakan tentang kejadian malam itu yang berawal dengan mereka merayakan reuni di sebuah villa yang berada di puncak, kemudian mereka mabuk dan pada akhirnya berakhirlah ia yang kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya.
.
.
.
~ ~ ~ ~ ~ ~
Menyerah berarti menerima bahwa kamu lelah. Tetapi untuk beristirahat dan mencoba lagi adalah tanda sebuah tekad. Menjadi kuat bukan berarti kamu tidak pernah lelah. Itu hanya berarti kamu memiliki kekuatan untuk bangkit kembali setelah beristirahat.
#Author_syitahfadilah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Mariam Marife
apa tidak ada cara lain gitu merayakannya kmu kan wanita knpa hrs meminum hamer segala ternyata iman mu msh lemah ya
2022-08-11
2