Bundir

“Andai aku baik-baik saja, tidak hamil, bagaimana aku menikah nanti? Pasti aku langsung di pulangkan, pemuda mana yang mau pada wanita yang tak suci?” Ruby yang resah menatap ke arah langit yang sangat indah di pagi menjelang siang itu.

Ia yang tak ingin menyusahkan orang tuanya memutuskan bunuh diri.

Ia pun naik kembali ke atas jembatan dengan bersusah payah. Setelah sampai. Ruby mulai menaiki palang-palang jembatan dengan hati-hati. Meski takut, tapi ia lebih tertekan bila harus menghadapi mulut pedas yang akan menyakiti hatinya nanti.

“Selamat tinggal ayah, ibu, maafkan Ruby karena telah mengecewakan kalian.” Ruby yang putus asa mulai melepas pegangan tangannya dari tiang jembatan.

Bruk!

Tubuh Ruby dan Ida terpental ke aspal. “Apa yang lakukan Ruby!” Ida membentak sang sahabat karib.

“Jangan hentikan aku! Aku mau mati saja!” teriak Ruby.

“Kau pikir! Dengan kau mengakhiri hidup mu, semua akan selesai?” mata Ida membelalak sempurna. Ia merasa Ruby terlalu bodoh.

“Aku sudah tak sanggup Ida, aku enggak bisa menghadapi ini semua, hiks...” Ruby menangis di hadapan sahabatnya.

“Hei, Ruby, ada apa sebenarnya? Kenapa kau jadi hilang pikiran begini?” Ida meletakkan tangannya di bahu kanan sahabatnya.

Ruby yang ingin mencurahkan isi hatinya tiba-tiba menjadi ragu, sebab Ida sama saja seperti orang lain, sangat benci pada wanita yang hamil di luar nikah.

“Aku, tak suka pada ibu tiri ku.” terpaksa Ruby mengatakan hal itu.

Semua demi menjaga dirinya dari masalah yang lebih besar.

“Ya ampun, dia lagi? Apa dia memukul mu?!” Ida yang tahu sifat Marisa seketika menjadi jengkel.

“Aku tak di sisakan nasi, hanya itu.” Ruby menutup rapat mulutnya.

Karena ia tahu, meski ia korban, tapi dirinya akan tetap di salahkan. Tak ada kebenaran bagi seorang wanita yang telah ternodai.

Karena bagi masyarakat yang menjijikkan tetaplah wanitanya.

“Andaikan aku tinggal di dekat rumah mu, pasti aku akan selalu membantu mu. Tapi sayang, rumah ku dan Ayu ada di belang sekolah. Ayo!” Ida yang bangkit duluan membantu sahabatnya untuk berdiri.

“Apa dia juga yang telah melukai mu?” tanya Ida, sebab ia lihat kondisi tubuh Ruby tak karuan.

“Bukan, ini karena aku jatuh ke ilalang panjang yang ada di perbatasan.” Ruby menutupi kenyataan sebenarnya.

“Bagaimana bisa Ruby?” Ida tak mengerti kenapa sang sahabat yang tak bertemu dengannya selama satu hari bisa terluka parah.

“Aku demam dan pusing, di tambah tak makan. Ngomong-ngomong, kenapa kau sampai kesini.” ucap Ruby mengalihkan topik.

“Ada rapat guru, dan aku penasaran dengan mu yang tak masuk sekolah, makanya aku meminjam sepeda Ayu untuk menjenguk mu,” terang Ida.

“Terimakasih banyak Da. Apa kau mau mengantar ku? Aku tak kuat jalan lagi Da.” Ruby meminta tolong pada sahabatnya.

“Tentu, mari ku antar.” Ida pun memegang tangan Ruby, sebab ia melihat sahabatnya berjalan dengan langkah terjinjit.

Setelah Ruby duduk di kursi boncengan, Ida pun duduk di kursi kemudi.

Setelah itu Ida mengayun pedal sepedanya menuju rumah Ruby.

Selama perjalanan Ruby hanya diam, sebab ia larut dengan kegelisahannya.

“Ruby...”

“Iya Ida?” sahut Ruby.

“Apapun masalahnya, pasti ada solusinya, apa kau lupa kata ibu agama? Orang yang bunuh diri, akan jadi kayu bakar api neraka, kekal tanpa adanya hisab, coba saja kau pikir, sudah sengsara dunia, sengsara akhirat lagi.” Ida yang sayang sahabatnya, tak ingin Ruby bertindak bodoh.

“Terimakasih Ida, mungkin kalau kau tak datang, aku telah tiada.” Ruby sangat bersyukur sahabatnya datang tepat waktu.

“Sama-sama, itu gunanya kita sahabat, ku harap kau jangan coba-coba lagi By, tersandung saja sakit, apa lagi terjatuh ke bebatuan yang ada di air tadi, kalau mati kekal di neraka, kalau hidup jadi beban orang tua, sudah pasti tulang-tulang mu akan patah.” sebisa mungkin, Ida menasehati sahabatnya agar tak salah langkah.

“Kau benar juga Da, pokoknya terimakasih banyak.” berkat kehadiran Ida, hati Ruby sedikit lebih tenang.

Tak lama mereka pun sampai di jalan raya yang ada di dekat rumah Fi.

“Aku antar sampai sini ya, kau tahu sendirikan, ke rumah mu jalannya menanjak.” Ida pun mengelus lengan Ruby.

“Terimakasih banyak Ida.” Ruby tersenyum pada sahabatnya.

“Tenang saja, semua pasti baik-baik saja, kalau ada masalah cerita pada kami, kita ini bukan sekedar teman biasa, tapi juga saudara.” Ida tersenyum pada sahabatnya.

“Aku mengerti. Hati-hati di jalan Ida.” Ruby membalas senyuman Ida.

“Oke, aku pulang.” setelah itu Ida memutar sepedanya, dan segera meluncur menuju rumahnya.

Setelah sahabatnya luput dari matanya, Ruby pun berjalan menuju rumahnya.

Sesampainya ia di rumah, Ruby yang lelah memutuskan untuk tidur.

Namun ia yang berusaha untuk terlelap harus terhalang, karena wajah pria yang menyakitinya selalu muncul di benaknya.

Ruby, menekan dadanya dengan kuat, ia yang sulit bernapas membuka menutup matanya.

“Apa aku harus cerita pada Ayu dan Ida? Tapi... apa yang akan ku dapatkan setelah mengatakannya, lagi pula aku tak kenal pria itu.” akhirnya Ruby memendam sendiri deritanya.

Keesokan harinya, Ruby yang takut bertemu pria bejat itu lagi, memutuskan berangkat sekolah lebih pagi, yaitu 05:45 pagi.

“Bukannya kau biasa berangkat jam 06:00 atau lebih?” ucap Marisa.

“Ada PR yang tak ku mengerti bu, aku ingin lebih cepat sampai, agar bisa ke rumah Ida,” terang Ruby.

“Baiklah, hati-hati di jalan,” ucap Marisa.

Setelah menjabat tangan ibu sambung dan ayahnya, Ruby pun berangkat ke sekolah.

Dahlan yang ingin memotong timun sebagai lalapan mencari pisau kemana-mana.

“Kau cari apa yah?” Marisa pusing melihat suaminya mondar mandir kesana kemari.

“Pisau bu,” jawab Dahlan.

“Ya pisau ada di tempat cabe pak.” Marisa kesal melihat Dahlan yang tidak tahu apapun.

🏵️

Ruby yang menuju sekolah berjalan dengan langakah yang cepat

“Kalau ketemu lagi, akan ku bunuh dia." Ruby yang sudah siap resiko ke depannya memutuskan untuk menghabisi nyawa si pria apabila bertemu.

“Saat sampai di rumput ilalang yang panjang, Ruby mengambil pisau cutter dari tasnya yang lusuh.

Treekk!!

Ruby mendorong pisau untuk keluar, dengan langkah was-was, mata melihat kesana kemari.

Namun sampa ia berhasil melewati ilalang tersebut, si Pria tak kunjung muncul.

“Hufff! Hatinya sangat lega, perjalanan ke sekolah pagi itu sampai tujuan dengan selamat.

Sesampainya di sekolah, Ruby masuk ke dalam kelas, yang hanya ia seorang yang baru hadir.

Ia yang tidak bisa tidur semalaman jadi ngantuk, alhasil dirinya pun meletakkan kepalanya ke atas meja.

“Sebentar saja, aku ngantuk.” baru saja ia memejamkan matanya, Ruby langsung terlelap.

“Hei! Bangun!” Sulton mencubit pipi Ruby. Alhasil Ruby pun bangun.

“Jangan iseng dong, aku ngantuk tahu!” ucap Ruby seraya mengucek matanya yang terasa lengket.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

kasihannya rubi

2023-02-13

0

🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅

🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅

jangan bunuh diri cuma gara gara masalah ibu tiri dan pria misterius
ayo balas kan dendam mulai sekarang Ruby

2022-08-19

0

🐅⃫⃟⃤ᴬᵞᴸᴬ⁰⁶➢ᴀᴍғɪᴛʀɪᴛ

🐅⃫⃟⃤ᴬᵞᴸᴬ⁰⁶➢ᴀᴍғɪᴛʀɪᴛ

jangan kamu yg mati dong Ruby .... harus si laki beng*k itu duluuu. balas dulu .. buat dia menderita dulu....

2022-08-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!