Sial

“Tolong!! Tolong!!” Ruby terus berteriak, berharap ada yang mendengarnya.

Si pria nakal dengan sigap menggendong Ruby ala bridal style, kemudian membekap mulut gadis malang itu dengan mulutnya yang kasar.

Srukk!!

Srukk!!

Srukk!!

Bunyi daun ilalang yang saling bergesekan senter terdengar saat si pria lewat di antaranya.

“Pak, ku mohon jangan lakukan itu lagi pada ku, aku enggak mau!!” Ruby mengayunkan-ayunkan kakinya dengan cepat.

Bruk!

“Akh!!" Ruby meringis keras, karena punggungnya terasa sakit. Akibat si pria melempar tubuh Ruby tepat di tempat pertama kali mereka bercinta.

“Pak pak! Kau pikir aku bapak mu! Coba buka mata mu, dan lihat dengan jelas, apa aku sudah tua atau belum.” ucap si pria seraya membuka bajunya.

Ruby pun membuka sedikit matanya, dan ia pun melihat dengan jelas, wajah pria yang telah merusak kehormatannya sangat tampan. Ketampanan pria itu melebihi selebriti, namun sayang sifatnya pedofil.

Meski begitu, Ruby tetap tak ingin jadi pelampiasan nafsu si pria untuk yang kedua kalinya, ia pun berusaha bangkit dari atas rumput hijau yang becek karena air hujan.

“Jangan coba-coba kabur! Atau kau akan ku ikat disini sampai mati!” pekik si pria.

Ruby yang tak gentar tetap berusaha bangkit, meski punggungnya terasa kram dan ngilu.

Saat ia berhasil duduk, si pria telah berdiri polos di hadapannya.

“Sudahlah, jangan melarikan diri lagi, menikmati dengan baik, itu sudah lebih baik, lagi pula gadis yang tinggal di tempat terpencil seperti mu, sudah sangat beruntung di sentuh oleh ku.” si pria tersenyum nakal, seraya mencengkram balon kencang milik Ruby.

Plak!

Ruby menampar wajah pria yang seenaknya padanya.

“Aku tak perduli kau siapa! Yang jelas aku tak mau kau campuri lagi! Brengsek! Hiks!” Ruby mencoba pergi.

Tentu saja itu usaha yang sia-sia, sebab si pria yang telah menampakkan wajahnya tak akan membiarkan Ruby pergi sebelum mendapat apa yang ia inginkan.

Plak!

Plak!

Bruk!

Tubuh Ruby ambruk ke tanah, sebab si pria memberi tamparan keras di pipi kiri dan kanannya.

“Baru kau! Wanita yang berani menyentuh wajah ku dengan kasar! Untuk itu kau harus membayarnya dengan tubuh mu!” pekik si pria dengan memegang kedua tangan Ruby seraya membaringkannya ke atas rumput.

“Jahanam! Aku tak sudi kau sentuh! Menjijikan! Cuih!” Ruby meludahi wajah si pria yang sangat ia benci.

“Bangsat!” si pria yang merasa di rendahkan dengan cepat membuka kedua kaki Ruby.

“Kita lihat, hari ini kau pakai yang bolong lagi atau tidak!” kata-kata menghina dari si pria, membuat Ruby tak punya harga diri lagi.

“Setan! Iblis! Lepaskan aku!” Ruby terus berusaha merapatkan kembali kedua kakinya, namun sayang, tenaga ekstra dari si pria mengalahkan Ruby dengan mudah.

“Cih! Lusuh!” setelah menurunkan kaca mata segitiga milik Ruby, sang pria tanpa pemanasan menerobos masuk ke dalam ruang terlarang milik korbannya.

“Sakit!!” tangis Ruby makin pecah, sebab luka yang kemarin belum sembuh, tapi sudah di luluh lantakkan kembali.

Ruby mencakar hebat punggung si pria yang memagut kasar bibir indahnya yang terus mengucapkan kata-kata kasar.

“Kalau kau tak diam, yang ada kau makin kesakitan bodoh!” ucap si Pria.

“Laknat! Apa kau tak punya sadari perempuan?! Hiks.”

“Ada, satu orang,” jawab si pria.

“Semoga dia mendapat kemalangan yang sama seperti yang kau lakukan pada ku bab*!” Ruby berteriak sekencang-kencangnya.

“Tidak akan pernah!” ucap si pria seraya terus melancarkan aksinya.

2 jam kemudian, setelah si pria selesai melakukan aksi bejadnya, ia pun memakai kembali pakaiannya.

Ruby yang masih terbaring tiba-tiba muntah, “Hoek!”

Ia yang belum makan, di tambah masuk angin jadi muntah-muntah.

“Ck! Dasar perempuan kampungan! Baru begitu sudah mau mati!” kemudian si pria mengeluarkan dari dalam tasnya pakaian penting atas bawah wanita masing-masing 1 lusin.

“Ini!” si pria melempar pakaian dalam yang terbungkus dalam plastik hitam tepat di sebelah wajah Ruby.

”Jadilah wanita yang benar, semiskin apa sih kau? Sampai-sampai barang sepenting itu kau tak punya!” kemudian si pria yang berjongkok di sebelah wajah Ruby.

“Kalau kau hamil, minum racun saja! Karena pastinya aku takkan mau bertanggung jawab atas anak yang kau kandung.”

Air mata benci dan amarah menetes dari pangkal mata Ruby saat ia mendengar kata-kata itu.

Setelah itu si pria meninggalkannya sendiri disana tanpa memakai busana.

“Anj*ng! Kurang ajar! Hiks! Ibu... ibu... hiks... akh!” Ruby mengengak-hentakkan kaki dan tangannya ke tanah.

“Semoga kau di kutuk Tuhan!!” lelah menangis sendirian dalam rimbunnya ilalang di kelilingi pohon-pohon besar, Ruby mengenakan kembali pakaiannya yang telah kotor oleh lumpur.

Setelah itu, ia duduk sejenak seraya memeluk kakinya.

“Aku harus bagaimana ya Tuhan, apa laki-laki bejat itu akan kembali lagi? Bagaimana kalau aku benar-benar hamil seperti yang dia katakan?” Ruby yang takut larut dalam sedihnya.

Ia yang sudah terlambat ke sekolah memutuskan untuk pulang ke rumah.

“Besok ku bilang saja kalau aku sakit, pasti ibu guru dapat memberi keringanan pada ku.” Ruby berjalan dengan sangat hati-hati, ia yang memakai rok pendek tak dapat menghindari daun-daun tajam dari ilalang yang menyayat kakinya.

Setelah sampai ke pinggir jalan, Ruby melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Ia pun menghapus air matanya, karena ia takut jika sewaktu-waktu ada orang yang melihatnya, maka orang tersebut akan menaruh curiga.

Setelah berjalan selama 10 menit, Ruby yang akan dekat ke jembatan menuju desa, memutuskan untuk turun ke air yang ada di bawah jembatan, tujuannya untuk membersihkan tubuhnya yang kotor.

Untuk mencapai air jernih yang ada di bawah jembatan, Ruby harus menuruni bebatuan yang ukurannya besar-besar.

Dan tanpa sengaja, Ruby melihat banyak tumbuhan Bandotan atau yang lebih di kenal tumbuhan liar yang mudah tumbuh di mana-mana.

Tek!

Ruby memetik 5 batang Bandotan yang ada di sebelah kakinya.

Setelah sampai di hiliran air yang deras dan juga jernih, Ruby membasuh wajah tangan dan juga kakinya.

Ia yang tak punya uang, mengandalkan daun Bandotan sebagai obat untuk luka-luka yang ada di tubuhnya.

Ruby si gadis malang mencuci terlebih dahulu daun Bandotannya, kemudian menumbuknya di bantu yang landai.

Setelah halus, Ruby mengoleskan ke seluruh area tubuhnya tang terluka.

“Beruntung ada tumbuhan ini, kalau harus ke bidan, aku mana mampu,” gumam Ruby.

Setelah selesai mengobati lukanya. Ruby pun merebahkan tubuhnya sejenak di atas batu besar yang ada di bawah jembatan.

Cuaca yang sejuk, di tambah suara gemericik air yang mengalir membuat pikirannya lumayan tenang.

“Apa besok aku masih bertemu dia?” Ruby yang was-was memikirkan cara untuk menghindari pria yang telah menggaulinya sebanyak dua kali.

“Apa aku bawa pisau saja sebagai alat untuk membela diri?” Ruby yang bingung meletakkan lengannya di atas keningnya.

“Apa aku mati saja? Andai aku hamil, aku pasti di amuk warga dan di usir, kasihan ayah dan ibu, mereka juga harus meninggalkan desa karena ku, lalu kemana kami harus tinggal?!” Ruby tak dapat membayangkan petaka yang akan ia hadapi, andaikan ia mengandung benih pria yang tak ia kenal itu.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Evy

Evy

Ibu tirinya kejam banget ya... kenapa sampai tidak diberikan makanan.kasihan...

2024-10-31

0

lilie 5678

lilie 5678

di buat mikir pnjg aq..spa aich laki2 iru

2023-01-04

0

Cyrus Red🥀Bryan Kennedy🔱🎻

Cyrus Red🥀Bryan Kennedy🔱🎻

kasihan banget kamu ruby

2022-08-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!