Demam

Dahlan melihat putrinya dari ujung kepala sampai ujung sepatu.

Mata bengkak, baju sobek dan tak membawa tas sekolah.

“Ruby! Jawab ayah!” Dahlan yang hilang kesabaran mendatangi putrinya.

“Kau kenapa? Jangan seperti orang bodoh!” kemudian Dahlan menarik tangan putrinya untuk masuk ke dalam rumah gubuk berdinding kayu, beratap daun rumbia yang telah masak.

Ruby yang menjadi bodoh karena trauma hanya mengikuti ayahnya.

Saat dalam rumah, yang minim penerangan, Marisa sang ibu tiri melihat Ruby yang pulang dalam keadaan basah.

“Dari mana saja kau?! Magrib baru tahu pulang? Ya Tuhan!! Sudah begitu lihat dirimu! Rumah jadi becek!” Marisa menunjuk ke arah lantai yang masih menggunakan tanah liat.

“Maaf bu.” ucap Ruby dengan suara bergetar.

“Maaf! Maaf! Kau tahu ayah mu tak mampu membeli semen, sudah begitu kau tak punya otak, dan kenapa dengan wajah mu?! Hah!” suara teriakan Marisa membuat Ruby pusing.

“Itu yang tadi ayah tanyakan bu, tapi Ruby tak mau cerita. Ayah khawatir padanya.” Dahlan menggaruk kepalanya.

“Oh ya... jadi kau sudah berani membangkang? Dan... dimana tas mu? Ruby!! Kau tahu untuk membeli itu, ibu dan ayah harus menghemat uang belanja yang sudah di dapat selama 2 minggu! Jawab Ruby, dimana tas mu!!!”

Marisa yang kesal menjewer telinga putri sambungnya.

“Ampun bu, aku juga tak mau itu terjadi, hiks...” Ruby menitikkan air matanya.

“Sudah salah malah menangis biar aku iba!” pekik Marisa.

“Bu, jangan keras-keras pada Ruby, kasihan dia bu.” Dahlan sangat iba pada putrinya.

“Diam saja kau yah! Kalau kau tak mampu mengurus putri mu yang bodoh ini, biar aku yang turun tangan!” Marisa yang garang selalu memarahi ayah dan putrinya apabila tak bersikap baik di matanya.

“Ruby!” pekik Marisa.

“Aku jatuh di dekat sungai yang ada di bawah jebatan perbatasan desa bu, disana banyak ilalang, tadi aku juga pingsan, karena itu aku terlambat pulang, dan aku tak tahu dimana tas ku berada bu, mohon maafkan aku!” Ruby menundukkan kepalanya yang terasa berat.

“Alasan saja kau! Dasar anak nakal, sekali lagi kau membuat ulah, tak pulang sekolah tepat waktu, ku cincang-cincang tubuh mu!” Marisa sungguh benci pada Ruby.

Kemudian marisa yang lelah masuk ke dalam kamar. Sedang Dahlan mengelus punggung putrinya.

“Ruby, tolong kau jadi anak yang baik, jangan buat ibu mu marah, kau mengertikan nak.” Dahlan tak dapat berbuat banyak, sebab ia sangat mencintai dan takut pada Marisa. Setelah itu ia pun menyusul istrinya ke kamar.

“Baik ayah.” Ruby mengerti dengan semua yang di katakan ayahnya.

Sebab, sejak sang ayah dan ibu kandungnya berpisah. Ayahnya yang tampan menikah lagi dengan Marisa.

Kehadiran Marisa membuat hidupnya tak pernah tenang, karena sang ibu tiri selalu membuatnya tersiksa.

“Coba ibu dan ayah tak cerai.” Ruby merasa malang dengan kehidupan yang ia jalani.

Sang ibu yang menyayanginya juga tak pernah kembali untuk sekedar menengoknya.

“Pada hal sudah 5 tahun, kenapa bu? Apa yang membuat ibu melupakan ku?” Lelah dengan apa yang ia hadapi, Ruby tiba-tiba merasa lapar, ia pun melihat ke tudung nasi yang ada di atas meja bambu.

“Kosong.” dinginnya hari membuat perutnya semaki keroncongan.

Ia yang sangat lapar melihat beras ke dalam kaleng penyimpanan.

“Kosong juga?” Ruby semakin menangis, karena tak ada yang bisa di masak.

Alhasil ia hanya minum air yang ada dalam ceret sebanyak-banyaknya .

Ia yang ingin tidur, seketika ingat kalau dirinya belum bersih.

Kemudian ia yang merasa kotor memutuskan untuk mandi wajib ke sumur yang ada di belakang rumah mereka.

Jeddar!!

Meski suara petir sahut menyahut di atas kepalanya, ia tak perduli, karena rasa perih yang ia rasakan tidak bandingannya.

Setelah selesai mandi junub, Ruby segera menuju kamarnya dengan langkah terpingkal-pingkal.

Krieett!!!

Kamarnya yang sempit hanya muat untuk tikar berukuran 200x200.

Ia yang kedinginan pun mengambil baju tidur dari dalam kardus. Tempat ia biasa menyimpan baju-bajunya.

Tubuhnya yang kini jenjang membuat baju tidur Doraemon yang ia pakai kakinya menggantung karena kekecilan.

Setelah itu Ruby merebahkan tubuhnya di atas tikar, tubuhnya yang gemetaran ia balut dengan kain panjang dengan motif jarik.

“Dinginnya...” Ia yang tak dapat tidur kembali mengingat hal malang yang menimpanya tadi siang.

“Hatinya sungguh hancur, ia pun kembali terisak hingga kepala dan hidungnya tersumbat.

Tak lama Ruby yang tadi di guyur hujan pun demam.

Karena hanya punya selimut satu, ia pun memutar otak dengan memaki bajunya yang ada hingga 5 lapis tebalnya.

“Ibu... Ruby sakit bu...” Ruby yang di tinggal pergi dari SD merasa rindu pada sang ibu yang entah dimana.

Perceraian kedua orang tuanya menjadikannya anak yang menyedihkan.

“Ayah... Ruby sakit yah...” ia yang ingin mengatakan kondisinya pada sang ayah harus terhenti, sebab ia takut jika ibu sambungnya marah-marah lagi pada mereka.

Akhirnya, gadis malang itu menahan sakit yang ia rasakan sendirian.

Pukul 05:00 subuh, Marisa bangun dari tidurnya. Ia yang keluar kamar tak melihat ada bara api di tungku.

“Ruby!” ia pun langsung mendatangai putri sambungnya ke dalam kamar.

Tok!

Tok!

Tok!

Marisa mengetuk pintu kamar Ruby yang terbuat dari bambu sulam.

“Ruby! Buka pintunya! Kalau tidak mau

dobrak nih? Biar sekalian rubuh dengan rumah ini.”

Ruby yang mendengar jelas suara sang ibu membuka matanya.

Kemudian ia pun bangkit dari tikar dan membuka pintu.

“Maaf bu, aku terlambat bangun.” ucap Ruby yang masih panas tinggi.

“Kau ini memang tak punya otak ya! Kerja mu pada hal hanya mengurus rumah, bukan mencari uang, itu juga enggak beres! Kemarin masih ku maafkan kau tak memasak sore, nah! Sekarang ku lihat kau malah ketagihan!” Marisa yang marah membuat kepala Ruby makin pusing.

“Maaf bu, aku demam, aku juga baru tidur 1 jam yang lalu, maaf bu, aku salah.” Ruby memilih tunduk, dari pada melawan tapi tak pernah di bela oleh sang ayah.

“Aku tak perduli, mau kau sakit sekarat sekalian, kau harus menjalankan tugas mu! Enak banget kau! Cuma makan tidur ke sekolah saja kerjaannya!” Marisa benar-benar tak mau mengerti keadaan putri sambungnya, meski ia sudah melihat dengan jelas Ruby memakai baju berlapis-lapis.

“Tapi bukannya beras sudah habis mu?” ucap Ruby.

“Ada, kemarin ku simpan dalam kamar kami.” Marisa sengaja melakukannya agar beras yang ia beli hanya di makan olehnya dan suaminya.

“Ya sudah bu, akan ku masak.” Ruby yang masih gemetaran karena dingin pun memaksakan diri untuk memegang dapur.

Ia yang ingin mencuci beras dan ikan asin terpaksa melewati gerimis yang masih menyelimuti pagi itu.

“Ya Allah, sembuhkan aku.” Ruby terus memanjatkan do'a untuk kesembuhannya pada ilahi.

Setelah selesai mencuci beres, sayur dan ikan Asin, Ruby pun kembali ke dalam rumah.

Tangannya yang terasa nyeri dan pegal harus terus bekerja.

Kemudian Ruby menuang seluruh beras yang ia cuci ke dalam panci, setelah itu ia menyalakan api dengan kayu bakar yang telah kering di dalam tungku tanah liat

Agar apinya cepat menyala, Ruby menyalakan api dengan kantong kresek.

Setelah api berhasil di nyalakan Ruby pun menaruh pantat pancinya ke mulut tungku yang telah di penuhi api.

Seraya menunggu matang, Ruby memetik-metik kacang panjang dan juga sawi hijau.

Selanjutnya Ruby memindahkan sayur yang ia petik-petik ke wajan dengan ukuran sedang, tak lupa ia tuangkan air, kemudian menaruhnya ke tungku yang ada di sebelah tungku nasi.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Luphie Phie

Luphie Phie

ada ya orang tua kek bapak ibunya Rubi. masak iya jadi bapak Setega itu ma anak sendiri amp gak bisa belain padahal d depan mata anaknya d jahatin. ibu kandungnya juga gitu, tega bgd ninggalin anaknya. seburuk apapun kondisi seorang ibu, setahuku gak bakalan mungkin tega buat pisah ma anaknya. coba ibu kandungnya tau nasib si ruby sekarang apa gak bakalan nyesel dan nangis darah tuh. gara2 keegoisan mereka berdua anak y jadi korban dan menderita,,,

2022-12-17

4

🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅

🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅

kasihan sekali Ruby sampai menemukan ibu tiri yg kejam kepadanya
yg sabar ya nanti juga ada balasan buat ibu tiri yg kejam

2022-08-19

1

Ulfa Zahra

Ulfa Zahra

Kenapa sih, ibu sambung gini amat, kayak nenek sihir

2022-08-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!