Bab 5. ATM Dekat Kantor

Ini adalah hari terakhir. Dia harus memberi kabar ke pihak rumah sakit, ibunya jadi di operasi atau tidak. Dia hanya pasrah.

Pagi ini. Mirna sudah antri di ATM Dekat kantornya. Masih pukul 07:02 Wib. Dia berada di antrian ke tujuh, diantara karyawan lainnya. Karyawan yang baru overan shift malam ke shift pagi. Terlihat wajah-wajah ceria. Gajian yang di tunggu tiba.

Gaji pertama. Iya, ini adalah gaji pertama Mirna. Seharusnya, wajah polos nan cantik itu berbunga-bunga. Ceria, Tersipu-sipu. Merasakan gaji pertama.

Namun, itu tidak terlihat di wajahnya. Tanpa ekspresi ceria. Malah kecemasan, gelisah dan sedih. Itu yang nampak di pagi ini. Mirna sudah tau kisaran gaji yang di transfer bagian HRD ke rekeningnya.

Tak lebih dari 4 juta rupiah. Itu nominal yang tertulis saat Mirna menanda tangan kontrak kerja. Bahkan mungkin berkurang, untuk potongan BPJS Ketenagakerjaan.

Mirna akan mentransfer 3 juta rupiah ke kampung. Ke rekening saudara yang bekerja di kantor kecamatan. Untuk biaya hidup adik-adiknya di kampung. Biaya berobat ibu sudah di transfer paman kemaren pagi.

Mirna meneteskan air mata. Butiran-butiran yang menggenang, berdesakan dan jatuh. Kini giliran dia. Dia masuk dan terlihat antrian masih mengular di belakangnya.

Dia memasukkan PIN ATM nya. Sukses. Dia langsung tekan menu transfer. Dia berhenti sejenak. Mencari nomor rekening tujuan di HP androidnya.

Dua misscall. Notifikasi di HP diabaikan. Jari manisnya kini sudah menekan kode bank. Disusul nomor rekening.

"Tiga juta," ucap Mirna sambil menekan angka-angka di layar ATM.

Segera dia pungut bukti transfer. Yang terjatuh ke lantai. Dimasukkan ke tas kerja nya.

Kurang dari sejuta. Itu pasti sisa saldonya. Namun, Berpikir sejenak. Berapa yang bisa di ambil. Untuk biaya hidup dan bayar uang kost. Mirna sudah tidak tinggal di rumah paman lagi. Karena rumah paman jauh ke kantornya.

CEK SALDO. Tertulis di layar. Lalu di tekan. Agak lama juga Mirna menunggu. Mungkin lagi gangguan teknis. Di ulangi lagi. CEK SALDO. Terdengar suara dari luar sudah mulai gaduh. Antrian semakin panjang.

"Lho!?!" Mirna kaget setengah mati. Matanya terbelalak melihat saldo yang ada di layar ATM.

"K-ko koq bisa saldonya sebanyak ini," Mirna seakan tak percaya. Dia kucek matanya. Nominal itu tetap segitu. Tidak berubah.

"Apa ada yang salah transfer?!," sambil tengok ke luar sudah mulai menggedor pintu ATM. Antrian sudah tidak beraturan.

Mirna putuskan keluar. Dia tidak jadi mengambil uang. Mengambil antrian kembali di barisan belakang. Mirna terus bertanya-tanya. Dari mana asal uang itu.

Apa mungkin ada yang salah transfer? Kalau di transfer orang lain, itu tidak mungkin. Dirinya baru sebulan memiliki rekening. Dan belum pernah juga berbagi nomor rekening ke siapa pun.

Mungkin satu-satunya yang tahu nomor rekeningnya adalah bagian Payroll. HRD perusahaan tempat dia bekerja. Dia maju selangkah. Antrian berkurang satu.

Saat pikiran Mirna menjelajah kemungkinan aliran uang yang masuk ke rekeningnya, Telepon masuk.

Dari saudaranya, yang menjaga ibunya di rumah sakit.

"Bagaimana, Mir? Jam 9 ini kepastian jaminan uang untuk operasi ibumu,"

"Iya, tante, sabar ya. Saat ini belum bisa Mirna putuskan. Tolong tante sampaikan ke dokternya, nanti jam 9 saya telepon,"

Telepon dimatikan. Mirna di kejar deadline. Semakin dekat dengan waktu yang ditentukan rumah sakit. Pikirannya kembali dipenuhi masalah saldo di rekening. Belum tuntas.

Segera dia meraih HP nya. Memastikan ini sudah jam berapa. 07:30. Masih ada waktu 1,5 jam. Dia berpikir keras. Harus segera mengambil keputusan.

"Apa mungkin saya salah menuliskan nomor rekening suplier di rekapan daftar pembayaran? Apa saya menuliskan nomor rekeningku sendiri disana? sehingga atasan saya salah transfer?" Sampai ke situ menyelidiki asal uang yang ada direkeningnya

"Tapi tidak mungkin. Atasanku terkenal sangat teliti." Melangkah ke depan memperpendek antrian. Masih tersisa 11 menunggu giliran. Waktu sudah mau pukul 08:00, jam kerja kantor. Dia belum pernah telat absen masuk.

07:55. Masih ada 5 antrian lagi. Tidak mungkin sempat lagi. Mirna pun mengakhiri antriannya. Melangkah menuju gerbang kantornya.

Kantor Finance & Accounting

Pukul 08:45. Mirna semakin berpacu dengan waktu. Mirna harus mengambil keputusan tentang operasi ibu. Jadi atau tidak. Ibu semakin lemah digrogoti tumor ganas di hati. Tanpa operasi, ibu tak akan sembuh.

"Apa yang harus saya perbuat ya, Tuhan? Air matanya kembali menetes. Meminta petunjuk dari sang khalik.

"Di rekeningku ada 36 juta ya Tuhan, tapi saya tidak tau, itu uang siapa," Mirna berdoa di dalam toilet kantornya.

"Apakah saya boleh memakainya ya Tuhan, Apakah itu dosa ya Tuhan? Ibu saya mau operasi, saya butuh uang itu Tuhan," suaranya tertahan. Takut terdengar ke toilet sebelah yang berjejer.

Rumah Sakit Sereni Esta

Pukul 13:00 di hari berikutnya. Di sebuah rumah sakit daerah. Dua orang perawat mendorong seorang pasien. Diikuti saudaranya. Seorang perempuan paruh baya. Terbaring lemah.

Heni Suista. Usia 46 tahun. Tertulis data pasien. Pasien Pasca Operasi. Dia perempuan yang melahirkan Mirna.

Ibu Mirna sudah selesai di operasi. Operasi tumor hati. Kini keluar dari ruang operasi. Menuju ruangan bedah khusus wanita.

Di sebuah kantor. Mirna masih tidak percaya. Dia telah memakai yang bukan uangnya. Yang belum dia tau asal-usulnya. Untuk pengobatan ibunya. Walau jelas ada di rekeningnya. Namun, uang itu tidak jelas asalnya.

Slip gaji sudah di ambil, tertulis di sana 4 juta rupiah. Di kurangi potongan-potongan. Amatlah tidak mungkin bagian payroll salah transfer gaji karyawan.

Namun, Mirna yakin. Ini bukanlah dosa. Bukan juga kejahatan. Hanya untuk selamatkan nyawa ibu. Andai ada yang menuntut uang dikembalikan, maka dia akan kembalikan. Walau lewat cicilan.

Mirna kini sudah lega. Satu cita-citanya sudah tercapai. Membantu Ibu. Membayar biaya pengobatannya. Menyelamatkan ibunya dari ganasnya penyakit.

Isi saldo masih misteri. Yang terus dia cari. Siapa gerangan yang baik hati. Mirna yakin, belum ada yang tahu nomor rekeningnya.

Bahkan rekan seruangan, belum ada yang tahu. Belum pernah berbagi nomor rekening. Hanya bagian payroll, bagian HRD yang tahu rekeningnya.

"Kenapa melamun, Mirna?" Mirna kaget setengah mati. Jantung nya hampir copot. Seorang pria mendekatinya. Seumuran pamannya. Namun, terlihat masih awet muda. Gayanya tak kalah dengan anak-anak muda, teman sekantor Mirna.

Frengky Nors. Dia adalah Manager HRD di perusahaan ini. Umurnya 47 Tahun. Seorang Duda. Periang dan suka humor. Dia adalah teman paman Mirna. Dan lewat dialah info lowongan paman ketahui. Dia juga yang merekomendasikan Mirna ke manager Finance&Accounting. Atasan Mirna.

"Eh, Om Nors, eh..P-pak Nors. Saya kaget benar Pak Nors."

"Apa yang dilamunin, cowoknya yach?" Pak Nors mulai menggoda Mirna sambil duduk di dekatnya.

"Bukan Pak Nors, belum punya cowok Pak."

"Kalau belum punya cowok, biar saya kenalkan, dia ada di sini juga," jurus Pak Nors mulai masuk.

"Siapa Pak Nors," Mencecar penasaran.

"Siapa lagi kalau bukan Pak Nors,"

Mereka berdua tertawa lebar. Terlihat sangat akrab. Mereka memang sering ketemu di rumah paman Mirna. Jadi sudah terbiasa dekat.

Di pintu masuk kantin. Seorang pria terpaku, Diam. Membisu. Tangannya menenteng plastik bertuliskan merek makanan terkenal. Matanya membulat sempurna. Menatap ke meja sebelah utara dekat jendela.

Itu adalah meja favorit Mirna menghabiskan makan siangnya. Mirna dan Pak Nors kini terlihat obrolan serius. Dari gestur wajah Mirna, bisa dipastikan membahas penyakit ibu.

"Saya sudah beberapa kali di kasih tahu Pak Rum. Kalau ibumu sedang sakit. Pamanmu juga meminta tolong untuk dipinjamkan uang, untuk biaya operasi," kata Pak Nors sambil melap air mata Mirna.

Di depan pintu kantin. Semakin terpaku. Berat kaki melangkah. Hatinya teriris melihat Mirna dan seorang pria penting di perusahaan ini. Apalagi saat Pak Nors melap air mata Mirna.

Dia kini tidak lagi di pintu masuk kantin. Walau berat, bergeser ke arah selatan. Menuju ruangan Finance & Accounting. Ruang kerja Mirna. Dia menitipkan makanan yang dibawanya ke sekurity yang berjaga disana.

Pria itu kini memacu mobil pajero sportnya. Dia menuju Rumah Kediaman Noto Brotoseno. No 10. Rumah mewah berlantai 2.

Seorang lelaki tegap, segera membukakan pintu gerbang. Lalu menutupnya kembali. Segera pemilik mobil pajero keluar menuju lantai atas. Seorang ibu paruh baya terusik dengan langkah pria itu.

"Alex....., kenapa?" tanya ibu sambil mengikuti ke lantai 2.

Episodes
1 Bab 1. Air Mata Ibu
2 Bab 2. Kabar Itu Datang
3 Bab 3. Pilihan Sulit
4 Bab 4. Curahan Hati
5 Bab 5. ATM Dekat Kantor
6 Bab 6. Belum Terungkap
7 Bab 7. Di Rumah Paman
8 Bab 8. Permintaan Paman
9 Bab 9. Harus Kuakui
10 Bab 10. Meeting
11 Bab 11. Frangky Nors Makin Cemburu
12 Bab 12. Tertangkap Basah
13 Bab 13. Frangky Nors Gundah.
14 Bab 14. Mencari Bukti
15 Bab 15. Mirna Jujur Jatuh Cinta
16 Bab.16 Hujan Deras Di Hari Sabtu
17 Bab 17. Kencan Pertama
18 Bab 18. Nasi Goreng Special
19 Bab 19. Nikmatnya Malam Ini
20 Bab 20. Belum Tiba Waktunya
21 Bab. 21 Terpeleset Di Guyur Hujan
22 Bab 22. Baju Kesempitan
23 Bab 23. Renno Diputuskan Tak Bersalah
24 Bab 24. Di Kekang Aturan
25 Bab 25. Mega Proyek Menjauhkan Cinta
26 Bab 26. Beban Cinta Mirna
27 Bab. 27. Sulit Kuceritakan
28 Bab 28. Cemburu Buta
29 Bab 29. Menjegal Suplier Tepung
30 Bab 30. Frangky Nors Terpuaskan
31 Bab 31. Cinta Akar Serabut
32 Bab 32. Kencan Terakhir
33 Bab 33. Membuat Mirna Shock
34 Bab 34.Tak Akan Berlutut Dihadapanmu
35 Bab 35. Merancang Skenario
36 Bab 36. Rasa Itu Datang Lagi
37 Bab 37. Perubahan Alex
38 Bab 38. Supir Pendiam
39 Bab 39. Pengalaman Menjengkelkan
40 Bab 40. Berdua Di Hotel
41 Bab. 41 Nombok Biaya Hotel
42 Bab 42. Di Taksir Direktur
43 Bab 43. Sarapan Pagi
44 Bab 44. Direktur Jadi Supir
45 Bab 45. Terciduk Oleh Suruhan Frangky Nors
46 Bab 46. Makan Malam
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1. Air Mata Ibu
2
Bab 2. Kabar Itu Datang
3
Bab 3. Pilihan Sulit
4
Bab 4. Curahan Hati
5
Bab 5. ATM Dekat Kantor
6
Bab 6. Belum Terungkap
7
Bab 7. Di Rumah Paman
8
Bab 8. Permintaan Paman
9
Bab 9. Harus Kuakui
10
Bab 10. Meeting
11
Bab 11. Frangky Nors Makin Cemburu
12
Bab 12. Tertangkap Basah
13
Bab 13. Frangky Nors Gundah.
14
Bab 14. Mencari Bukti
15
Bab 15. Mirna Jujur Jatuh Cinta
16
Bab.16 Hujan Deras Di Hari Sabtu
17
Bab 17. Kencan Pertama
18
Bab 18. Nasi Goreng Special
19
Bab 19. Nikmatnya Malam Ini
20
Bab 20. Belum Tiba Waktunya
21
Bab. 21 Terpeleset Di Guyur Hujan
22
Bab 22. Baju Kesempitan
23
Bab 23. Renno Diputuskan Tak Bersalah
24
Bab 24. Di Kekang Aturan
25
Bab 25. Mega Proyek Menjauhkan Cinta
26
Bab 26. Beban Cinta Mirna
27
Bab. 27. Sulit Kuceritakan
28
Bab 28. Cemburu Buta
29
Bab 29. Menjegal Suplier Tepung
30
Bab 30. Frangky Nors Terpuaskan
31
Bab 31. Cinta Akar Serabut
32
Bab 32. Kencan Terakhir
33
Bab 33. Membuat Mirna Shock
34
Bab 34.Tak Akan Berlutut Dihadapanmu
35
Bab 35. Merancang Skenario
36
Bab 36. Rasa Itu Datang Lagi
37
Bab 37. Perubahan Alex
38
Bab 38. Supir Pendiam
39
Bab 39. Pengalaman Menjengkelkan
40
Bab 40. Berdua Di Hotel
41
Bab. 41 Nombok Biaya Hotel
42
Bab 42. Di Taksir Direktur
43
Bab 43. Sarapan Pagi
44
Bab 44. Direktur Jadi Supir
45
Bab 45. Terciduk Oleh Suruhan Frangky Nors
46
Bab 46. Makan Malam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!