Bab 3. Pilihan Sulit

Pagi hari, masih jam 06:09 Wib, paman sudah memanaskan mobil. Mau segera mencari tiket bus untuk Mirna. Rencananya, sore ini Mirna mau pulang kampung.

Segera seolah tak ingin membuang waktu, paman meluncur. Memacu kendaraannya. Membelah jalanan yang mulai rame. Waktu yang harusnya di pakai paman untuk bersantai. Tapi kini sudah berjibaku dengan waktu.

Sementara, Mirna masih terlihat sedih memikirkan kondisi ibunya. Belum 10 menit meninggalkan rumah, paman tiba-tiba mengurangi kecepatan. Sepertinya ada yang tidak beres. Dan tangannya mencari-cari sesuatu di kantong celananya. Ternyata HP paman ketinggalan.

"Sialan, HP ku ketinggalan." Sambil menggerutu, paman berbelok arah, kembali ke rumah. Ternyata, HP paman tertinggal di kamar.

Dengan tancap gas, paman menuju rumah. Dia tak ingin kehabisan tiket. Karena biasanya tiket bus untuk keberangkatan hari ini sudah harus di pesan jauh-jauh hari.

Hanya sedikit tiket yang belum terpesan. Itupun duduk di kursi paling belakang. Jika beruntung, maka dapat tiket. Ulah ojek online yang mutar sembarangan membuat paman menginjak rem mendadak.

Tak lama, paman sudah kembali ke rumah. Bibi merasa heran dan menghampiri paman.

"Kenapa, Pak, koq udah pulang?"

"HP ku ketinggalan," kata paman bergegas menuju kamar.

Dan ternyata sudah ada 2 misscall.

"Pak Nors, ada apa ya?"

Sengaja paman tidak memanggil balik. Dia tak ingin kehabisan tiket. Dia bergegas sambil pamit ke bibi.

"Prak....". Bunyi pintu mobil paman.

Mirna terlihat menetekkan air mata. Kepulangan paman mengambil HP bagai pertanda kalau dia tak akan bisa pulang sore ini. Namun, dia coba hibur diri. Meyakinkan kalau paman pasti dapat tiket.

Hp paman kembali berbunyi, saat mobil sudah dihidupkan paman. 'Pak Nors memanggil' Terlihat di layar HP paman.

"Waduh Pak Nors lagi. Ini pasti panjang kalau nelpon." Gerutu paman galau.

"Diangkat gak ya..bisa kehabisan tiket saya."

Paman Bimbang. Pilihan sulit.

" Halo Pak Nors." Paman menjawab.

"Halo Pak Rum, lagi dimana? Dari tadi gak di jawab telpon saya,"

"Tadi HP ku ketinggalan, ini aku baru balik ke rumah mengambil HP."

"Iya Pak Rum, ada kabar gembira, dan...."

"Berita gembira apa Pak Nors?" Paman memotong... Paman benar-benar tidak ingat kalau Mirna sedang melamar kerja di perusahaan Pak Nors.

"Itu Pak Nors, ponakan Bapak, siapa...Mirna ya...?

" Iya Pak Nors, Mirna.. Dia diterima ya Pak Nors?" Cecar Paman ingin segera tahu.

"Betul Pak, Mirna di terima bekerja di perusahaan kita. Dan mulai besok sudah harus tes kesehatan dan bekerja. Dia diterima di bagian finance Pak Rum."

"Terimakasih Pak Rum. Ini jadi berita gembira buat Mirna. Dia pasti senang benar dengan kabar ini. Sekali lagi, terimakasih ya Pak Nors atas bantuannya."

"Ah Pak Nors, sesama teman harus saling bantu. Kebetulan Mirna anak nya Smart, dan manis juga, hahahaa"

"Tapi Pak Nors....." Paman berhenti sejenak.

"Kalau masalah salari, sudah termasuk gede di perusahaan kita Pak Rum."

"Bukan itu Pak. Besok Mirna mau pulang kampung. Ibunya sakit keras, harus di operasi. Ini aku mau nyari tiket bus."

"Waduh.. di tunda dulu Pak pulangnya. Ini kesempatan besar Pak. Besok-besok makin susah nyari pekerjaan," jawab Pak Nors membuat paman makin bingung.

"Tapi Pak Nors, ibu Mirna mau operasi. Jadi dia harus pulang."

"Terserah Pak Rum lah, kalau besok-besok aku gak bisa bantu lagi," ucap Pak Nors sambil mematikan telponnya.

Paman terdiam seribu bahasa di dalam mobil. Pilihan sulit. Mau pilih yang mana?. Paman terlihat berpikir keras.

"Koq malah bengong, Pa? Bukannya langsung nyari tiket. Keburu habis Pak. Kasihan Mirna dari tadi nangis terus," kata bibi sambil menggedor pintu mobil paman.

"Saya bingung bu, mau pilih yang mana ini?" Kata paman sambil membuka pintu mobil.

"Bu, sini dulu," kata paman setengah berbisik sambil menarik tangan ibu ke garasi.

"Barusan Pak Nors telpon, Mirna diterima kerja. Besok harus tes kesehatan dan mulai kerja."

"Mirna di terima kerja Pak? Syukurlah.... Tapi gimana ya, ibunya sakit keras."

Paman dan bibi terlihat diskusi serius di garasi mobil. Mereka kesulitan memilih pilihan yang ada.

"Tidak jadi beli tiket, Paman?" Mirna mendekat ke garasi mengagetkan paman dan bibi.

"Eh..iya..Mir, Ayo kita ke ruang tamu dulu ya"

Mereka bertiga sudah duduk di ruang tamu. Paman kembali terlihat berpikir keras untuk menyampaikan kabar ini. Kabar gembira yang justru akan sulit di terima Mirna.

Kabar buruk maupun kabar baik, paman harus berpikir keras untuk menyampaikan ke Mirna. Terlihat bibi memberi kode agar paman segera memulai.

Mirna malah jadi curiga. Melihat gerak gerik paman dan bibi. Dipikirannya, jangan-jangan Ibunya sudah benar-benar meninggal.

Mirna tiba-tiba berlari ke kamar sambil menangis.

"Mirna." Serentak paman dan bibi memanggil sambil mengikuti Mirna ke kamarnya. Bibi masuk ke dalam kamar. Paman tertahan di pintu masuk. Mirna menangis terduduk di lantai kamar sambil memeluk baju ibunya.

"Mirna, Bibi kasih tau ya, Pamanmu tidak jadi beli tiket, karena Mirna di terima kerja. Jadi besok kamu harus tes kesehatan. Kamu di terima kerja Mirna. Kamu harus senang. Kamu bisa bantu ibumu dan adik-adikmu." Bibi memeluk Mirna.

Mirna malah semakin menangis mendengarnya. Pelukannya semakin erat ke tubuh bibinya. Hatinya semakin berkecamuk. Antara pulang kampung dan kerja.

Pilihan yang menguras emosi. Dia meninggalkan ibunya untuk bekerja di kota. Namun, kini ibunya sedang sakit keras. Dia ingin segera melihat ibunya. Paman masih terpaku. Diam tak bersuara. Bibi masih berusaha menenangkan Mirna.

"Mirna harus pulang, Bi," Mirna memohon ke Bibi.

"Mirna harus melihat Ibu. Mirna harus pulang, Bi." Mirna menangis makin menjadi.

"Mirna...," Paman mencoba ikut meyakinkan Mirna. Suara paman agak meninggi.

"Kalau kamu pulang kampung, apakah kamu bisa menbantu pengobatan ibumu, Tidak bisa kan? Paman sarankan, kamu tidak usah pulang," Paman berusaha meyakinkan Mirna.

"Ini kesempatan langka. Kalau kamu sudah bekerja, kamu bisa membantu ibumu. Membeli obatnya. Ingat Mir, kalau kamu kerja mulai besok, maka akhir bulan kamu sudah terima gaji. Dan bisa membeli kebutuhan ibumu. Berdoa saja. Allah pasti menyembuhkan ibumu. Kamu harus percaya. Ibumu pasti akan sembuh."

Paman berbicara agak tegas agar Mirna tidak pulang kampung.

"Iya Mirna, cita-citamu kan mau membantu ibumu dan adik-adikmu. Ini kesempatan besar. Besok kamu sudah bekerja dan bisa membantu ibumu. Membeli obat dan keperluan lainnya.

Mirna kini terdiam. Tidak lagi menangis. Namun masih memeluk bibinya. Dia berlahan melepas pelukannya dari bibi. Lalu melangkah ke arah paman dan memeluk pamannya.

"Terimakasih Paman, atas semua kebaikan Paman. Mirna tidak jadi pulang paman. Mirna akan bekerja besok."

Episodes
1 Bab 1. Air Mata Ibu
2 Bab 2. Kabar Itu Datang
3 Bab 3. Pilihan Sulit
4 Bab 4. Curahan Hati
5 Bab 5. ATM Dekat Kantor
6 Bab 6. Belum Terungkap
7 Bab 7. Di Rumah Paman
8 Bab 8. Permintaan Paman
9 Bab 9. Harus Kuakui
10 Bab 10. Meeting
11 Bab 11. Frangky Nors Makin Cemburu
12 Bab 12. Tertangkap Basah
13 Bab 13. Frangky Nors Gundah.
14 Bab 14. Mencari Bukti
15 Bab 15. Mirna Jujur Jatuh Cinta
16 Bab.16 Hujan Deras Di Hari Sabtu
17 Bab 17. Kencan Pertama
18 Bab 18. Nasi Goreng Special
19 Bab 19. Nikmatnya Malam Ini
20 Bab 20. Belum Tiba Waktunya
21 Bab. 21 Terpeleset Di Guyur Hujan
22 Bab 22. Baju Kesempitan
23 Bab 23. Renno Diputuskan Tak Bersalah
24 Bab 24. Di Kekang Aturan
25 Bab 25. Mega Proyek Menjauhkan Cinta
26 Bab 26. Beban Cinta Mirna
27 Bab. 27. Sulit Kuceritakan
28 Bab 28. Cemburu Buta
29 Bab 29. Menjegal Suplier Tepung
30 Bab 30. Frangky Nors Terpuaskan
31 Bab 31. Cinta Akar Serabut
32 Bab 32. Kencan Terakhir
33 Bab 33. Membuat Mirna Shock
34 Bab 34.Tak Akan Berlutut Dihadapanmu
35 Bab 35. Merancang Skenario
36 Bab 36. Rasa Itu Datang Lagi
37 Bab 37. Perubahan Alex
38 Bab 38. Supir Pendiam
39 Bab 39. Pengalaman Menjengkelkan
40 Bab 40. Berdua Di Hotel
41 Bab. 41 Nombok Biaya Hotel
42 Bab 42. Di Taksir Direktur
43 Bab 43. Sarapan Pagi
44 Bab 44. Direktur Jadi Supir
45 Bab 45. Terciduk Oleh Suruhan Frangky Nors
46 Bab 46. Makan Malam
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1. Air Mata Ibu
2
Bab 2. Kabar Itu Datang
3
Bab 3. Pilihan Sulit
4
Bab 4. Curahan Hati
5
Bab 5. ATM Dekat Kantor
6
Bab 6. Belum Terungkap
7
Bab 7. Di Rumah Paman
8
Bab 8. Permintaan Paman
9
Bab 9. Harus Kuakui
10
Bab 10. Meeting
11
Bab 11. Frangky Nors Makin Cemburu
12
Bab 12. Tertangkap Basah
13
Bab 13. Frangky Nors Gundah.
14
Bab 14. Mencari Bukti
15
Bab 15. Mirna Jujur Jatuh Cinta
16
Bab.16 Hujan Deras Di Hari Sabtu
17
Bab 17. Kencan Pertama
18
Bab 18. Nasi Goreng Special
19
Bab 19. Nikmatnya Malam Ini
20
Bab 20. Belum Tiba Waktunya
21
Bab. 21 Terpeleset Di Guyur Hujan
22
Bab 22. Baju Kesempitan
23
Bab 23. Renno Diputuskan Tak Bersalah
24
Bab 24. Di Kekang Aturan
25
Bab 25. Mega Proyek Menjauhkan Cinta
26
Bab 26. Beban Cinta Mirna
27
Bab. 27. Sulit Kuceritakan
28
Bab 28. Cemburu Buta
29
Bab 29. Menjegal Suplier Tepung
30
Bab 30. Frangky Nors Terpuaskan
31
Bab 31. Cinta Akar Serabut
32
Bab 32. Kencan Terakhir
33
Bab 33. Membuat Mirna Shock
34
Bab 34.Tak Akan Berlutut Dihadapanmu
35
Bab 35. Merancang Skenario
36
Bab 36. Rasa Itu Datang Lagi
37
Bab 37. Perubahan Alex
38
Bab 38. Supir Pendiam
39
Bab 39. Pengalaman Menjengkelkan
40
Bab 40. Berdua Di Hotel
41
Bab. 41 Nombok Biaya Hotel
42
Bab 42. Di Taksir Direktur
43
Bab 43. Sarapan Pagi
44
Bab 44. Direktur Jadi Supir
45
Bab 45. Terciduk Oleh Suruhan Frangky Nors
46
Bab 46. Makan Malam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!