******
'Ku titipkan sebuah kerinduan melalui angin yang terus berhembus. Aku yakin salam akan sampai meski jarak yang begitu jauh. Sayang ku, cintaku dan mimpiku hanya untukmu dan kepadamu. Gadisku. Kanaya Setya Ningrum.'
#Yuan Prayoga
**********
Aktifitas yang menyenangkan tapi begitu melelahkan karena membutuhkan fokus yang begitu besar bagi seorang Yuan. Apalagi kalau bukan kuliahnya yang baru saja usai setelah sore hari.
Kaki perlahan melangkah dengan penuh lelah, keluar dari area salah satu kampus di yogyakarta. Tak sendiri dia berjalan, ada satu temannya yang sama-sama dari Magelang juga, dia adalah Angga Wirawan. Teman satu kost, bahkan satu kamar kost dengan Yuan.
"Yuan, kita jadi kan ke toko bukunya?" Angga menoleh ke arah Yuan dan pria itu hanya mengangguk kecil tanpa menoleh tanpa berhenti berjalan. Langkahnya semakin cepat menuju ke tempat parkir di mana motornya berada.
"Ayuklah," Senang hati Angga, meski tak mendapatkan jawaban yang jelas tapi sekedar anggukan saja sudah cukup baginya. Angga sudah memahami akan hal itu, temannya ini kan memang jarang bicara. Irit banget kayak gadis yang tengah di pertemukan dengan calon suaminya. Malu-malu meong.
Dengan motor masing-masing Yuan juga Angga menuju ke toko buku yang terletak di Malioboro, entah kenapa tapi di sanalah yang menjadi pilihan Yuan. Sementara Angga? Dia hanya ikut saja.
Sampailah keduanya di tempat parkir toko buku. Senyum sumringah dengan tatapan takjub keluar dari keduanya yang masih di atas motor juga sembari melepaskan helmnya.
Sembari turun mata tak pernah teralihkan dari pintu masuk dari bangunan yang besar juga kini begitu banyak pengunjung itu. Tempat yang tak pernah sepi dari keluar masuk semua orang termasuk mahasiswa sama seperti mereka berdua.
Tak saling bicara keduanya langsung masuk. Meninggalkan motornya duduk anteng di tempat parkir.
Deretan buku-buku dari yang tipis sampai yang tebal, yang kecil sampai yang besar, yang hitam putih dan semua warna di sana ada. Dari buku-buku sekolah, kuliah juga sekedar buku-buku komik atau novel semua ada. Semua tertata dengan rapi di semua rak juga meja-meja kecil di setiap titik.
Buku kuliah lah yang menjadi target mereka, buku untuk membantu mereka mengerjakan semua tugas dari sang dosen.
Tak terasa atau mungkin tak sadar hingga keduanya berjalan terpisah. Angga ke sebelah kiri sementara Yuan ke kanan. Mata mereka terus mengikuti tatanan buku. Tangan mereka juga di manjakan oleh buku-buku yang tersapa oleh tangan, mata seketika membaca bagian sampul yang benar-benar terlihat.
Entah kenapa, kaki Yuan berjalan menuju salah satu tempat yang bukan terdapat buku-buku kuliah, melainkan buku-buku Novel dari para penulis ternama.
Matanya tertuju pada satu buku.
"Ayat-ayat Cinta?" Bibirnya mengembangkan senyum kala tangan mengambil novel tersebut. Sebuah ingatan terputar kembali di dalam ingatannya tentang gadisnya yang jauh di mata.
'Akang, akang punya buku cerita nggak?" Gadisnya bertanya hingga membuat langkah kakinya terhenti. Momen yang sangat membahagiakan saat itu, di bawah kabut putih di kala sore hari di saat keduanya pulang dari acara pengajian selapanan yang Kyai Akhmad buat.
'Cerita yang seperti apa?' Yuan menoleh melihat gadisnya yang masih berusia 12 tahun itu menampilkan wajah yang ayu dan khas.
'Hem? Cerita tentang Ayat-ayat Cinta!" Malu-malu gadisnya itu mengatakan. Usianya masih kecil tapi keinginan cerita yang dia baca malah cerita tentang Cinta.
"Kamu masih kecil, Ayya. Jangan baca Novel kayak gitu,' Yuan gemas dan mengacak-acak puncak kepala Kanaya hingga membuat jilbab biru yang dia pakai berantakan.
'Akang! Jangan di berantakin!' Kanaya menghindar cepat, tak mau sampai hijabnya berantakan meski mereka sudah pulang.
'Hem? Tunggu kamu umur delapan belas tahun, maka akan Akang bawakan bukunya.' wajah Kanaya penuh binar bahagia saat mendengar itu meski masib sangat lama tapi ada harapan untuk bisa memiliki dan membaca kisah yang sebenarnya.
'Beneran ya, Kang!' begitu heboh Kanaya hingga dia sendiri tak sadar kalau kedua tangannya sudah bergelayut manja di lengan Yuan.
"Wihh! Temanku sudah berubah haluan nih. Biasanya akan memegangi gitar tapi sekarang akan memegangi novel tentang percintaan."
Buyar sudah lamunan dan senyum dari bibir Yuan, rasanya ingin mengumpat kepada temannya itu. Matanya saja yang seketika melotot ke arah Angga yang meringis melihat novel itu yang sudah beralih di tangannya sendiri.
"Cerita apa ini? Wih! Ayat-ayat Cinta. Ada yang lagi kasmaran ini. Hayo, kenalin dong! Sama teman sekampus atau gadis kecil yang selalu kamu ceritakan itu?" Selidik Angga.
"Bukan urusanmu!" Cepat Yuan mengambil lagi novel itu, mendekapnya bersamaan dengan buku-buku kuliah yang lain.
Tak menghiraukan Angga, Yuan lebih memiliki pergi lebih baik bergegas untuk membayar semua buku-buku dan melanjutkan langkah lalu pulang ke kost-kostan daripada melayani temannya ini.
Tak hanya di sana saja Yuan pergi. Yuan masih terus keliling di pusat jantung kota Yogyakarta itu. Mencari sesuatu yang mungkin akan membuat dia tertarik, karena dia sendiri juga belum tau mau membeli apa.
Hingga akhirnya dia berhenti di salah satu kios aksesoris. Kakinya melangkah masuk tak peduli di dalamnya hanya ada para wanita.
Sebuah bros berbentuk angsa begitu memikat hati Yuan. Tangannya seketika mengambilnya, sangat indah. Bros berwarna silver berbentuk angsa dengan mutiara biru di bagian kepalanya.
"Mbak, tolong bungkus ini, juga?" Mata Yuan mengedar hingga dia dapatkan hijab biru langit yang sangat indah. Tangannya seketika mengambilnya dan kembali menyerahkan kepada pelayan kios itu, "bisa di bungkus dengan ini kan, Mbak?" Tangannya menunjuk kertas kado bergambar hati.
"Bisa, Mas. Di tunggu sebentar ya," Ucap pelayan itu dengan sangat lembut.
Yuan menunggu dengan seksama, menunggu dengan sabar pesanan yang dia pilih sendiri barusan. Tangan-tangan mungil dengan jari-jari lentik itu begitu cekatan membungkus, mata Yuan terus memastikan takut pelayan itu akan salah memasukkannya.
"Ini, Mas," Di berikan pesanan Yuan yang sudah terbungkus kresek putih juga.
Seulas senyum hadir saat menerimanya. Tangannya langsung menerima juga langsung merogoh saku di celananya.
"Ini, Mbak." Lembar merah Yuan berikan hingga di terima dan di kembali kembaliannya, "terimakasih," Ucap Yuan sebelum meninggalkan kios itu.
Senyum ramah keluar dari pelayan, mengantarkan kepergian Yuan sampai depan pintu.
"Pasti untuk kekasihnya," Gumam sang pelayan.
"Mbak tolong ini," Pandangan sang pelayan teralihkan saat ada pelanggan lain yang datang dan mengulurkan tangan yang berisi semua aksesoris pilihannya.
"Hem," Anggukan kecil menjadi tanda bahwa dia menerima, juga senyum ramah yang menjadi prioritas utama untuk melayani semua pelanggan yang datang.
************
Hingga maghrib Yuan masih tertahan di Malioboro. Hingga akhirnya dia putuskan untuk mencari masjid untuk menjalankan shalat. Dia putuskan untuk berjalan dengan motornya hingga akhirnya matanya menemukan sebuah masjid.
Masjid bergaya Tionghoa yang langsung mata Yuan lihat. Masjid Siti Djirzarah.
Seketika Yuan menepikan motornya, memarkirkannya dengar rapi berjajar dengan motor yang lain. Yuan menoleh, entah pergi kemana Angga sekarang. Katanya akan ketemuan di masjid terdekat namun tak kunjung terlihat.
Mata kembali mengarah ke bangunan Indah itu, benar-benar seperti bangunan Tionghoa pada umumnya. Tempat wudhu di bagian bawah juga untuk para jamaah wanita, sementara untuk jamaah laki-laki ada di bagian atas.
Shalat Maghrib berjamaah dengan mengikuti imam yang entah Yuan tidak mengenalnya. Tetapi alunan suara merdunya begitu menggetarkan sebuah hati yang mengharap cinta dari Sang Penciptanya.
Salam, wirid hingga berakhir doa menjadi tanda selesainya shalat maghrib untuk Yuan. Satu persatu semua jamaah keluar begitu juga dengan Yuan. Dia tak menambahkan doa karena doa dari sang Imam sudah dia rasa cukup.
Sekali lagi menoleh, namun tak melihat Angga di mana-mana, "dimana anak itu. Terus saja menghilang kalau udah bikin kesepakatan."
Tak mau ambil pusing Yuan memutuskan untuk kembali saja ke kost, dia juga sudah lelah.
*******
"Assalamu'alaikum!" Seru Yuan tatkala masuk ke kamar Kost. Ternyata orang yang dia cari sudah mendengkur di atas kasur yang hanya di lantai dengan keramik putih itu.
"Astaghfirullah, kirain masih ngelayap ternyata sudah ngorok di sini." Gak habis pikir kan?
Yuan putuskan untuk bersih-bersih sejenak lalu menunggu waktu shalat isya tiba baru dia akan mengerjakan tugas yang begitu menumpuk.
Semua sesuai dengan rancangan, hingga kini Yuan berakhir di depan buku-buku yang baru tadi dia beli. Dia sangat penasaran, dari tadi tak mendengar suara kehidupan di ponselnya. Cepat tangan menyambar tas dan dia keluarkan ponsel. Ternyata dari tadi dia memang sengaja menonaktifkan suara dari ponsel.
Begitu banyak pesan masuk, juga panggilan yang ternyata dari Angga juga. Mungkin dia hanya ingin memberitahu kalau dia pulang lebih dulu.
Satu persatu pesan Yuan baca, dari teman-teman kampus, dari adiknya dari Angga juga, dari asisten dosen dan yang paling membuat heran adalah pesan terakhir, dari Fani.
"Tumben nih anak kirim pesan. Paket Manis?" Yuan mengernyit membaca pesan Fani. Ada tambahan dua gambar yang masih loading.
Senyum terpancar bersamaan dengan hati yang kembali berdesir.
"Paket yang benar-benar manis. Gadis berkerudung merah. Akang merindukan mu, Ayy," Gumam Yuan.
Begitu Terpana melihat foto gadisnya yang tersenyum begitu manis. Seolah dia tengah tersenyum kepadanya. Senyum yang seolah melambai-lambai untuk dia datang.
"Akang pasti pulang saat acara khataman nanti, Ayy. Dan lihatlah apa yang akan akang bawa untuk mu." Matanya melihat kresek putih yang di dalamnya terdapat bingkisan yang akan menjadi hadiah untuk Kanaya Setya Ningrum.
********
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
🌈Pelangiku
senengnyaaa yg dpt kiriman paket maniiiisss...
2022-10-19
1
◌⑅⃝●♡⋆♡ᏁᏬᏒᎨᏃᎯᎿᎨ♡⋆♡●⑅⃝◌
wah paket manis untuk ayya ya buku novel ayat" cinta
2022-10-17
1
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
hadiah utk sangat kekasih sdh terbungkus rapi.. cantik.. seperti si penerimanya. hijab dg bros ditambah novel yg diinginkan Kanayya. pas di usianya yg ke 18 sesuai janji Yuan dulu. jd gk sabar nunggu acara khataman tiba.,.
2022-10-10
1