Perpisahan memang bukan akhir dari kehidupan. Hanya saja, perpisahan akan menyisakan sebuah sunyi juga pilu meski perpisahan tak membutuhkan waktu lama. Kenapa engkau pergi, Kang? Aku sangat menginginkan engkau selalu ada di sisiku menemani keseharian ku.
#Kanaya Setya Ningrum
```````````````
"Aya, Wak mau metik cabe di ladang. Karena hanya sedikit kamu ke ladang dekat Desa Ambung saja untuk memetik sayur untuk di masak nanti siang,"
Deg
'Desa Ambung? Bukankah hari ini...?'
Jantung Kanaya berdetak tak menentu saat mendengar desa Ambung dari Wak Ami. Kanaya termenung sejenak dan menghentikan tangan yang tengah mencuci piring.
"Aya, kamu ngerti toh?" tanya wak Ami mengejutkan lamunan Kanaya tentang Yuan.
"I_iya, Wak. Nanti saya metik sayur di ladang," Kanaya tersenyum gagu. Dia begitu kepikiran dengan Yuan saat ini.
"Yo wes, Wak berangkat dulu. Takut kepanasan," Wak Ami mengambil ember berwarna hitam yang akan dia gunakan sebagai wadah cabe yang akan dia petik, sementara Kanaya mempercepat kerjanya yang mencuci piring.
Begitu buru-buru Kanaya membereskan cucian piring juga membersihkan rumah seperti pagi-pagi biasanya. Dia hanya ingin memastikan kalau Yuan benar-benar pergi atau tidak sekarang.
Langkah Kanaya begitu cepat, seperti biasa dia hanya akan jalan kaki untuk menuju ladang yang sebenarnya cukup jauh.
Naik turun jalan setapak, melintasi tebing-tebing curam yang sangat membuat merinding. Jurang dalam terlihat di bawah sana oleh mata. Begitu ngeri, tapi Kanaya sudah terbiasa melewati jalan yang seperti itu jadi tidak akan membuatnya takut.
Kanaya terus berlari, dia ingin cepat sampai di ladang yang dekat dengan desa Ambung. Rumah Yuan akan terlihat jelas dari ladangnya.
Brukk...
"Aww!" Lutut Kanaya mengeluarkan darah saat dia berada di jalan yang naik dan tersandung batu. Meskipun lututnya tertutup rok panjangnya tapi kerikil yang banyak tetap menggoreskan luka.
"Astaghfirullah, maafkan Kanaya ya Allah. Kanaya hanya ingin melihat kepergian Kang Yuan saja." gumamnya sedih.
Hubungan yang sudah sangat dekat membuat Kanaya merasa sangat sedih. Setelah Yuan benar-benar pergi dia pasti akan merasa sangat kesepian bahkan akan terasa kehilangan.
Sampailah Kanaya di ladang yang tidak terlalu luas milik suami wak Ami. Kanaya masih terus berlari hingga ke ujung ladang dan terlihatlah dengan jelas halaman rumah Yuan.
Beberapa kardus juga tas punggung besar sudah terlihat di pelataran rumah. Juga terlihat emak juga bapak dari Yuan yang ada di luar sementara Yuan sendiri belum juga terlihat, entah di mana dia saat ini.
Kanaya duduk begitu saja di ujung ladang, melipat kaki dan memeluknya.
"Ternyata Kang Yuan benar-benar akan pergi meninggalkan Ayya."
Tak terasa air matanya menetes begitu saja seraya melihat rumah bercat cokelat muda. Terlihat jelas ada bunga mawar berwarna pink-pink putih dengan ukuran lebih besar dari mawar biasanya yang kini tengah bermekaran. Juga terdapat bunga kaktus yang sudah menjulang tinggi dengan bunga berwarna merah di bagian pucuknya.
"Tidak usah menangis, Akang tidak akan pergi selamanya. Akang akan pulang sebulan sekali dan akan Akang temui kamu di sini. Akang juga akan pulang saat acara khataman nanti, Akang ingin melihat penampilan Ayya dan juga hasil kerja keras Ayya mendidik anak-anak."
Cepat Kanaya menoleh, melepaskan kaki dan biarkan bergelantung di tepi ladang.
"Akang! Kenapa Akang malah kesini!" Cepat Kanaya hapus air matanya. Kanaya tidak ingin terlihat cengeng di depan Yuan yang sudah rapi dan siap berangkat itu.
"Akang pengen menemui mu sebelum pergi. Nih buat kamu," Yuan ternyata datang membawa bunga mawar yang dia petik dari depan rumahnya. Bunga yang menjadi kesukaan Kanaya.
Beberapa kali Kanaya memetik tangkainya dan mencoba untuk menanamnya di depan rumahnya tapi selalu saja mati, bahkan pernah akan hidup tapi kalah dengan ayam nakal milik tetangga yang terus mengacak-acak tanah di sekitarnya.
Yuan tersenyum setelah Kanaya menerima bunga itu darinya. Yuan juga langsung duduk di sebelah Kanaya tapi tetap saja ada jarak dari keduanya.
"Akang masih butuh berapa tahun untuk menyelesaikan kuliahnya?" Tanya Kanaya setelah menghirup aroma mawar yang sangat khas itu.
"Kalau lancar Akang masih butuh waktu dua tahun lagi. Setelah lulus Akang akan melamar pekerjaan supaya bisa...?" Yuan menghentikan perkataannya.
"Supaya apa?" Kanaya menoleh bingung.
"Ayya, mungkinkah Allah menyiapkan takdir indah untuk kita? Apakah kamu bisa menunggu Akang sampai lulus dan bekerja?" Terlihat ada harapan besar di raut wajah Yuan saat ini. Benarkah dia mengharapkan Kanaya untuk menunggunya selama itu.
Umur Kanaya memang masih 18 tahun. Tapi banyak gadis-gadis di desanya akan menikah di umur-umur segitu. Contohnya Wati, dia sudah di lamar orang satu minggu yang lalu dan dia akan menikah satu bulan lagi. Tidak menutup kemungkinan Kanaya juga bisa di lamar orang juga setelah itu.
"Ayya tidak tau, tapi Ayya yakin takdir Allah pasti yang lebih baik," Jawab Kanaya seraya tersenyum manis.
Dalam lubuk hati paling dalam Kanaya juga menginginkan Yuan sebagai takdirnya. Kanaya sudah sangat nyaman dengan Yuan tapi dia juga tidak berani mengatakan itu.
"Sebenarnya, sebenarnya Akang sudah meminta Bapak untuk mengikatmu untuk Akang. Tetapi Bapak belum boleh. Kata Bapak, Akang harus fokus kuliah dulu. Kalau sudah sukses baru memikirkan perempuan, jadi Akang tidak bisa mengikatmu (bertunangan)."
Hati Kanaya merasa sangat bahagia dengan kata-kata dari Yuan barusan. Secara tidak langsung Yuan mengungkapkan perasaannya kalau dia menginginkan Kanaya untuk bisa menjadi pendampingnya.
"Bapak benar. Akang harus fokus dengan kuliah Akang dan bisa menjadi kebanggaan mereka."
"Tapi, bagaimana kalau kamu keburu di bawa pergi orang." Terlihat ketakutan yang sangat besar dari wajah Yuan saat ini. Sepertinya dia benar-benar menyukai Kanaya.
"Yakin saja, Kang. Jodoh tidak akan pernah tertukar. Kalau Ayya memang jodoh Akang kita pasti akan bersama meski waktu dan jarak memisahkan kita. Tapi kalau Ayya bukan jodoh Akang, sedekat apapun kita berada tetap saja jarak dan waktu akan memisahkan kita."
'Kenapa kamu bisa begitu tenang seperti ini, Ayya. Padahal aku sangat ketakutan. Aku takut kamu benar-benar di bawa pergi orang seperti mimpiku semalam.' batin Yuan.
"Akang, akang kenapa toh. Kok ngelamun begitu?" Tanya Kanaya heran.
"Ayya, akang semalam bermimpi...?"
"Mimpi apa, Kang?"
"Ah, bukan opo-opo." Senyum Yuan terlihat sangat berbeda, sepertinya dia menyembunyikan sesuatu dari Kanaya tentang mimpinya.
"Ayya, Akang pamit yo. Kamu jangan nakal sama Wak Ami dan Wak Tejo."
"Hem," Kanaya mengangguk.
Kanaya juga ikut berdiri setelah Yuan juga berdiri lebih dulu. Kanaya juga menepuk-nepuk roknya bagian belakang yang mungkin kotor karena tanah yang dia duduki barusan.
"Doakan Akang ya, semoga Akang berhasil. Dan jangan lupa berdoa pada Sang Gusti supaya memberikan takdir yang terbaik untuk kita." Yuan tersenyum begitu manis setelah mereka berdua sudah saling berdiri dan berhadapan.
"Pasti, Kang. Ayya akan selalu berdoa," Kanaya pun membalas senyum itu begitu manis.
Senyum untuk mengantarkan kepergian Yuan yang akan pergi demi menimba ilmu di daerah Jogja.
"Kamu hati-hati ya, Ayya. Dan selalu jaga kesehatan. Assalamu'alaikum.." Lambaian tangan dari Yuan dan pria itu mulai membalikkan tubuhnya memunggungi Kanaya.
"Iya. Akang juga hati-hati dan jaga kesehatan ya. Wa'alaikumsalam!" Suara Kanaya sedikit berteriak karena Yuan sudah mulai melangkah menjauh.
Yuan kembali menoleh setelah beberapa langkah, dia tersenyum begitu manis, senyum sebagai tinggalan untuk Kanaya yang kini begitu bahagia akan kedatangannya.
Bahagia di tengah-tengah perpisahan mereka berdua. Dan setelah itu jarak juga waktu akan memisahkan mereka.
'Semoga mimpiku semalam tidak akan menjadi nyata, Ayya. Kalau benar maka aku akan menjadi laki-laki paling tidak beruntung.'
'Apakah keputusanku ini salah ya Allah. Apakah seharusnya aku mengikat Kanaya lebih dulu sebelum pergi? Aku ingin dia menjadi milikku selamanya, tapi aku juga tidak bisa mengabaikan mimpi dari Emak dan Bapak. Mereka sudah berjuang untuk melihat aku bisa berhasil. Semoga aku tidak akan menyesal,' batin Yuan begitu banyak.
```````````````
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
◌⑅⃝●♡⋆♡ᏁᏬᏒᎨᏃᎯᎿᎨ♡⋆♡●⑅⃝◌
yuan kita tidak akan pernah tau takdir apa yg nanti terjadi pada kita
2022-10-17
1
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
melepas kepergiannya dg ikhlas.. demi cita2 & masa depan yg diimpikan. semangat Yuan.. yakin apapun kehendak-Nya adalah yg terbaik utk hamba-Nya.
2022-10-10
1
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
harusnya di ikat dulu karena juga salah satu penyebab supaya yuan fokus dan giat belajar
2022-10-10
1