Drttt...Drttt....
Suara telephone berbunyi di saku jasa Dr. Kaira. Kaira mengambil benda pipih yang terus saja bergetar di dalam sakunya.
"Astagfirullahaladzim, kok aku lupa ya ngabarin Umma. Aku kan pulang telat. Pasti Umma dan Abba khawatir ni..." gumamnya
Kaira lantas mengangkat telephone genggamnya, ia tempelkan di kupingnya.
"Wa'alaikumsalam Umma" Kaira menjawab salam dari si penelfon.
"Nak...kamu kok belum pulang?" tanya Umma Fatimah dengan nada khawatir kepada putri semata wayangnya itu. Ia takut anak gadisnya kenapa-napa.
"Maaf kan Kai ya Umma..Kai lupa yang mau ngabarin Umma tadi. Soalnya ada operasi dadakan. Mau gak mau Kai pulang telat." ujarnya.
"Ooohh...yaudah nak nggak apa-apa, operasi sudah apa belum?" tanya Umma lagi.
"Udah kok Umma, ini udah siap-siap pulang kok. Tapi masih mau bersih-bersih ruangan bentar, " jawab Kaira.
"Yaudah kalau gitu, hati-hati bawa motornya. Jangan ngebut, pelan-pelan aja yang penting sampai." peringat Umma Fatimah kepada putrinya.
"Iya Umma kai ingat kok, kalau gitu Kai tutup dulu ya Umma. Takutnya kalau ngobrol terus nanti kemaleman yang pulang. Assalamualaikum Umma cantiik!"
Kaira menutup telephone nya, langsung menaruh handphone ke dalam tas jinjing nya. Ia membereskan barang-barangnya yang berserakan di meja. menaruh ke tempat semula. menyapu ruangan itu sampai bersih. Setelah selesai semuanya, Kaira mengambil tas jinjingnya yang Ia sampirkan di kursi.
Melihat ruangannya yang kembali rapi, Kaira tersenyum. Lalu menutup pintu dan mengunci ruangannya. Dia lantas pulang "Alhamdulillah semuanya sudah kelar." kata Kaira
Kaira melihat jam tangannya. " Ya Allah ini udah larut banget! pantesan aja Umma khawatir kayak tadi." gumamnya. Kaira memperlebar derap langkah nya agar segera sampai ke parkiran.
"Sudah jam 00.48 WIB, Aku harus cepat-cepat pulang ini. Kasian orang di rumah nungguin Aku." kata Kaira. Ia merasa tak enak hati membuat orang tuanya khawatir. Membayangkan wajah kedua orang tuanya saja ia tak sampai hati, di tambah lagi membuat mereka kurang tidur karena nunggu Kaira pulang.
Kaira berjalan kearah parkiran husus staf, rumah sakit ini. Ia mengambil sepeda motor matic nya, Lalu naik dan mengenakan helm hitam miliknya.
"Bismillahirrahmannirrahim." ujarnya. Kaira menghidupkan motor maticnya, Ia membelah jalanan yang lengang dari kendaraan. Karena malam ini cukup larut, di dalam hatinya Ia tiada henti mengucapkan asma Allah SWT.
***
Juno melihat sepeda motor yang akan melintasi mereka, Ia memperhatikan pakaian yang dikenakan pengendara. Ia lantas berjalan lebih maju dari tempatnya berdiri tadi untuk mencegah si pengendara motor. tanpa berfikir lagi Juno langsung di tengah-tengah jalan yang akan di lalui si pengendara. Ia membentangkan tangannya seolah-olah akan menangkap orang di depannya.
"Mbak..mbak.." teriak Juno
Kaira memperhatikan penampilan orang yang teriak-teriak padanya. "Apa jangan-jangan Dia para preman, hanya pura-pura berpenampilan bagus supaya bisa nipu yaa?" tanya Kaira pada dirinya sendiri.
"Astagfirullahal adzim, kok aku pikirannya yang tidak-tidak yaa. Tapi kalau iya gimana?" pikirnya lagi.
Karena Ia sangat takut, Kaira hendak menaikkan kecepatan sepedanya. Juno yang bisa membaca gelagat wanita bercadar itu, Langsung saja menghalangi jalan sepeda motor yang di naiki Kaira. Dengan cepat Kaira menarik rem sepedanya agar tidak mengenai orang yang di depannya.
"Astagfirullahal adzim." kata Kaira sambil menepuk-nepuk dadanya pelan. 'ini orang nggak tahu bahaya apa? ngehalangin jalan orang kayak gitu. untung tidak kenapa-napa, kalau aja ngeremnya lambat tinggal nama ini orang' batin Kaira ngedumel melihat orang di depannya.
"Assalamualaikum mas, ada apa yaa?. Kok ngehalangin jalan saya?" tanya Kaira sopan kepada orang yang menghalangi jalannya.
"Nggak usah banyak tanya! Mendingan kamu langsung tolongin temanku aja." jawab Juno dengan tegas. Membuat Kaira tidak bisa berkata-kata lagi. Sebenarnya Kaira tidak nyaman dengan keadaan, dimana hanya Dia yang berjenis Hawa diantara beberapa kaum Adam yang ada di sana. baik yang ia lihat duduk di bangku maupun yang tepat bersender ria di bawah pohon.
Juno hendak menarik tangan Kaira, karena Ia melihat gadis itu tidak beranjak dari sepedanya. Kaira yang tau itu, langsung mengangkat tangannya ke udara untuk menghindari tangan Juno.
"Kalau nggak mau di paksa cepat turun!" sentak Juno.
Kaira dengan cepat turun dari Sepedanya. Ia tak lupa membawa tas yang berisi segala perlangkapan nya.
Kaira berjalan di belakang Juno, dengan jarak kurang lebih lima meter. Ia hanya menunduk dan menunduk. Berapa pasang mata yang memperhatikan Kaira, tambah membuat dirinya tidak nyaman.
"Lelet banget sih jalannya, nanti kalau teman gue sampe kenapa-napa awas lo yaa!" ancam Juno. Dia sudah tak sabar melihat Kaira yang terus saja menjaga jarak dengannya. Ingin rasanya Juno menarik tangan Kaira agar cepat sampai. Namun Kaira tak mengiddahkan omongan yang keluar dari mulut orang di depannya itu. Ia hanya melihat saja, 'menarik nafas lalu buang' pikirnya. Agar tidak terbawa amarah.
Tak jauh dari keberadaannya saat ini, Kaira melihat beberapa orang dengan wajah khawatir. Ia melihat seseorang yang menahan sakit sedang nyender di pohon yang berada di belakang nya.
"Kok kamu lama banget? Kamu mau aku cepetan mati yaa!" sentak Leinard
"Orang ini, lagi sakit kenceng juga kalau lagi marah." batinnya.
Kaira hanya menunduk Ia sangat risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya.
"Cepetaaaan!!!" dengan wajah tak sabarnya Leinard menyuruh gadis itu.
Kaira lantas mendekat ke arah orang bersender di pohon. Kaira duduk menyamping dari pasiennya saat ini. Ia melihat bekas tembakan di bahu pria yang tak di kenal sama sekali.
Walaupun dirinya merasa tidak nyaman dengan keadaan ini, mau bagaimana lagi karena Ia seorang Dokter. Sudah menjadi kewajibannya mengobati orang sakit.
"Tolong lepaskan terlebih dahulu baju anda." Pinta Kaiara.
"Saya akan mengobatinya." ucapnya lagi.
Leinard mendongak melihat gadis di depannya, wanita yang berani menurutnya. Karena dirinya tak pernah di suruh-suruh sebelumnya, meskipun itu Mommy nya.
"Gadis yang cukup berani." timpal Sean. Melihat luka yang di alami Leinard tidak terlalu dalam, Sahabatnya memilih pergi dari tempat itu. Kecuali Juno yang masih eatia menunggu tuan sekaligus sahabatnya.
"Ya udah kalau gitu, Kami pulang dulu deh. Lukamu itu jauh dari maut, jadi nggak akan mati muda!" kekeh nya.
"Dasar temen lacnut...!" seru Juno
Sedangkan Leinard tak menanggapi apapun yang dikatakan temannya itu.
Leinard kembali melihat gadis di depannya, yang sedari tadi hanya nunduk aja.
"Kamu nggak lihat tangan ku sakit..!" sarkasnya. dengan mempertahankan wajah datar nya Leinard menatap Kaira. Seakan mengintimidasi orang di sampingnya itu.
*****.....*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Uthie
seru kayanya 😁
2023-10-19
0
Hasian Marbun Ian ayurafanisa
kok kayak pernah baca ini apa cuma perasaan aku ya 🤔
2023-06-12
0
Neulis Saja
try your voice slow
2023-02-22
0