Malam itu, dalam dinginnya malam yang begitu menusuk kulitnya, Rinjani meringkuk memeluk tubuhnya yang berbalut selimut. Tetesan air matanya merembes membasahi bantal berwarna merah dengan motif bunga.
Damar tak memberikan jawaban apapun atas semua pertanyaan yang Rinjani ajukan. Suaminya itu memilih diam menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tak perduli seberapa Rinjani meneriaki dan memukul tubuh pria itu, Damar masih tak bergeming. Masih diam dan membatu, menerima setiap makian dari Rinjani.
Hingga pagi menjelang, kepala Rinjani terasa begitu pusing karena semalaman menangis. Matanya juga sulit terbuka karena terlalu bengkak. Rinjani mencoba bangun, rasa pening dikepalanya masih terasa begitu berat. Menunggu beberapa saat, akhirnya Rinjani merasa lebih baik. Ia menuruni ranjang dan berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Rinjani berjalan sambil menyusuri tembok sebagai pegangan, karena pening membuat langkahnya tak stabil. Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Rinjani keluar dengan masih mengenakan bathrobe, ia memandang suaminya yang masih terlelap di atas ranjang.
Hati Rinjani berdenyut sakit, entah apa yang membuat Damar tak mau lagi menyentuh nya sejak enam bulan terakhir.
"Mas Damar, apa ada wanita lain? Kenapa terlalu lama membiarkan ku begini? Aku sangat rindu meski kau ada di depanku sekarang. Aku ingin, di sentuhmu, di sayang seperti dulu. Aku ingin..." Rinjani menutup mulutnya agar tak Terisak, bahunya terus berguncang seiring dengan air matanya yang meluncur deras dari bola matanya yang indah.
Rinjani menghapus pipinya yang basah, ia berjalan sambil masih menghapus air matanya. Rinjani menuruni tangga setelah mengenakan pakaiannya, ia bersiap membantu mba Ida di dapur untuk memasak.
"Rin."
Rinjani menoleh kearah sumber suara, pak Budi berdiri dengan koran ditangannya. Memandang menantunya yang tersenyum tipis.
"Matamu kok.... Kamu habis nangis semalam?" Pak Budi terheran, harusnya ini adalah malam pertama setelah Damar kembali dari dinasnya. Tapi, sangat mengherankan Rinjani justru terlihat sendu dan bermata bengkak.
"Kamu nangis semalam? Apa yang Damar lakuin? Ini pasti Damar kan? Dia nyakitin kamu?" Pak Budi terdengar khawatir dan cemas terlihat jelas diwajahnya. Rinjani hanya diam membisu.
"Ya ampun pa, palingan karena semalam Damar genjot dia sampai kek gitu." Sela Bu Ratna berjalan dari belakang pak Budi. "Iya kan Rin, pasti Damar dah wik wik kamu sampai ampun-ampunan. Hihihi.... Makanya tuh mata sampai bengkak. Hihihi.."
Rinjani tersenyum kecut, "andai memang itu yang terjadi, aku pasti akan menangis bahagia. Sayangnya, tidak seperti itu...." Batin Rinjani menundukkan kepalanya.
"Benar? Damar ini, harus papa kasih pelajaran kayaknya, biar nggak kebangetan nggarap istrinya." Pak Budi merasa lega. Ia memang terlalu sayang pada Rinjani menantunya,selain karena sifat dan sikap Rinjani juga karena memang dia mendambakan seorang anak perempuan.
Rinjani mengulas senyuman.
"Udah pa, ayo sarapan." Bu Ratna menarik lengan suaminya berjalan melewati Rinjani.
Di meja makan,
Rinjani mengambilkan Damar sarapan. Mengisi nasi ke dalam piring."Mas mau makan pakai lauk apa?"
"Terserah kamu aja Rin, apapun yang kamu ambilkan bakalan mas makan."
Rinjani tersenyum kecil, Damar begitu manis saat ini, tapi begitu dingin saat dikamar dan itu sangat melukai perasaan Rinjani. Seperti sedang main drama saja, lain di depan mertua, lain di kamar. Rinjani mengambil satu ekor ikan dan sambal. Tak lupa ia menuang SOP keatas piring Damar dan meletakkannya di atas meja depan Damar duduk.
"Makasih sayang."
Rinjani hanya menjawab dengan senyuman.
Seusai sarapan, Rinjani berangkat ke kantornya diantar oleh Damar. Tentu itu Damar lakukan agar pak Budi tidak berfikir mereka sedang tidak baik-baik saja. Rinjani turun dari mobil suaminya begitu berhenti tepat didepan gerbang kantornya.
"Ntar mas jemput. Kalau udah selesai kerja, telpon mas."
Tanpa menjawab, Rinjani hanya mengangguk, lalu berjalan menuju gerbang kantornya. Mobil Damar pun meninggalkan tempat itu segera. Rinjani menoleh, memandang mobil suaminya yang menjauh dengan mata yang sedih dan berair. Masih ada luka dihatinya, atas penolakan Damar semalam. Pikiran buruk terus mengganggunya.
Rinjani berjalan lemas melalui lobi kantor yang masih sepi, karena ia memang datang terlalu cepat. Rasa sakit dihatinya terus menghimpit dadanya. Membuat matanya memproduksi kristal bening yang siap menetes.
Netra Rinjani melebar saat dirasakannya lengannya tertarik kebelakang, dan terpentok pada pembatas disisi kiri lorong office. Seseorang menahan tubuhnya dan melummat bibirnya dengan sedikit rakus. Kejadian itu begitu cepat hingga Rinjani tak sempat mengelak. Ia terkejut tiba-tiba ada yang berbuat se-kurang ajar itu padanya di kantor. Rinjani mencoba mendorong tubuh pria itu.
Pria itu melepas panggutannya, tersenyum dengan nakalnya menatap wajah Rinjani. Mata Rinjani membulat saking terkejutnya menyadari siapa orang yang sudah memaksa menciumnya.
_____
Bersambung...
Hmmm, kira-kira siapa ya?
$$$$
My Readers kasih Othor ini dukungan dong, biar up terus setiap hari.
Like
Komen
Terima kasih.
Salam hangat.
☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nur Hakim
up
2023-04-20
0
Sulaiman Efendy
SI ZEO NI PASTI SDR SEAYAH DGN DAMAR LAIN IBU, IBU DAMAR ASLI INDO, IBU ZEO PSTI BULE..
2022-12-10
1
Khasanah Mar Atun
gimn klo cari laki laki lain?? 🤭
2022-10-04
1