Pagi itu, Damar membuka matanya, Indra menciumnya membaui aroma kopi yang menguar memenuhi rongga hidungnya. Damar tersenyum, bangkit dari pembaringan. Menyibak selimut yang menutupi tubuhnya yang bertelanjang dada. Ia tersenyum melihat seorang wanita cantik yang perlahan duduk di bibir ranjang dengan secangkir kopi hitam ditangannya.
"Kopi nya Mas."
"Makasih sayang."
Damar menerima kopi yang wanita itu sodorkan, lalu menyeruputnya hingga menimbulkan bunyi.
"Hemm... Ini enak banget Nat, kamu emang yang terbaik."
Nadia tersenyum malu, ia menatap wajah Damar dengan mata ragu ingin berucap.
"Mas,"
"Hmmm.."
"Apa mas harus pulang malam ini?"
"Iya Nad, udah sepuluh hari mas Disni nemenin kamu dan Nathan. mas harus balik, nanti papa dan Rinjani curiga."
"Aku.... Berat mas....." Nadia mulai berkaca-kaca, bahunya sedikit berguncang.
"Nad."
Damar meletakkan cangkir kopinya diatas nakas. Ia tau pastilah berat bagi Nadia untuk membiarkan dia kembali pada istri sah Damar.
"Sayang, mas hanya cinta sama kamu Nad, itu nggak akan pernah berubah." Bujuk Damar menyentuh lengan Nadia yang masih terus berguncang dan terisak kecil.
"Aku nggak rela mas."
"Mas tau Nad, mas udah nggak hubungan badan lagi dengan Rinjani."
"Tapi mas tidur satu ranjang dengannya kan? Siapa tau mas nanti khilaf dan...."
"Nadia!" Suara Damar bergetar membentak Nadia. Ia melunak, menatap penuh kasih wanita yang dicintainya lebih dari sepuluh tahun itu.
Damar dan Nadia sudah berpacaran sejak Damar masih sekolah, namun, karena pak Budi tidak setuju, akhirnya mereka menikah diam-diam secara siri tujuh tahun yang lalu. Dua tahun sebelum Damar dan Rinjani menikah. Dari pernikahan itu, Damar dan Nadia dikaruniai seorang putra bernama Nathan, kini usianya menginjak enam tahun dalam beberapa Minggu lagi.
Damar memeluk tubuh rapuh istri pertamanya. Mengusap punggung wanita yang sangat dicintainya itu.
"Maafin Mas Nad,"
Tangis Nadia makin pecah, tentu saja ia tak rela. Pria yang dicintainya berbagi peluh dengan wanita lain. Selama beberapa tahun yang lalu, Damar memang melakukan hubungan suami istri dengan Rinjani, meski tak cinta dan jarang, namun dia harus lakukan demi agar tak curiga jika selama menikah tidak melakukan hubungan intim. Ditambah papanya yang terus menanyakan seorang cucu.
Damar begitu mencintai Nadia, adalah sebuah dilema, ketika dia harus memilih, antara istrinya yang baru saja melahirkan anaknya pada saat itu, dan menikah dengan Rinjani karena ia dan ibunya sempat bertengkar didalam mobil hingga oleng dan menabrak orang tua Rinjani sekaligus sahabat pak Budi, hingga tewas. Untuk menebus kesalahannya, Damar terpaksa menikahi Rinjani yang sudah menjadi yatim piatu. Tentu saja, awalnya Damar menolak, namun papanya mengancam akan memenjarakan Damar jika tidak mau menikahi Rinjani. Dan Rinjani yang bersedia menikah karena amanat terakhir dari ayahnya sebelum meninggal. Begitulah semua itu bermula.
Damar pun berjanji pada Nadia yang sangat bersedih dan terus menangis karena belum sempat kering jahitan di jalan rahimnya, ia sudah mendapat luka batin dari suami sirinya yang ijin menikah lagi. Demi agar dia tidak dipenjarakan oleh papanya sendiri, dan bentuk tanggung jawabnya pada Rinjani yang telah ditinggal mati oleh orang tuanya.
Damar berjanji tidak akan memiliki anak dengan Rinjani meski melakukan hubungan intim, hanya Nathan lah satu-satunya anak bagi Damar. Sebelum Damar menikahi Rinjani, ia memutuskan untuk operasi vasektomi. Tentu saja hanya dia dan Nadia yang tau. Tak satupun keluarga nya termasuk Rinjani tau bahwa dia melakukan Vasektomi. Sebagai pembuktian cintanya pada Nathan sebagai anak satu-satunya.
Akan tetapi, kini itu tak cukup, Nadia tak ingin suaminya juga melakukan hubungan intim dengan istri sahnya, Rinjani. Damar pun memenuhi permintaan Nadia, selama hampir enam bulan ini Damar tak menyentuh Rinjani.
"Nad, mas sayang sama kalian." Damar mengeratkan pelukannya, mengusap sayang kepala Nadia. "Kamu juga tau gimana situasi mas kan? Sekarang ini, mas bahkan tak bisa menceraikan Rinjani, kamu tau akibatnya jika mas sampai menyakitinya. Papa bakal mencabut hak waris Mas."
Nadia mendongak menatap wajah suaminya dengan tatapan penuh tanya sekaligus heran.
"Bukankah mas anak satu-satunya?"
Damar mengulas senyum pahit di wajahnya.
"Kamu nggak tau, keluarga mas sebenarnya..."
Damar tampak ragu mengungkapkannya. Ia memandang wajah cantik wanita yang begitu ia cintai, mata indah yang mengharapkannya, wajah yang masih menunggu nya untuk menyelesaikan ucapannya.
"Sebenarnya, Mas, masih punya saudara."
Mata Nadia melebar tak percaya. Ia sudah cukup lama mengenal Damar, namun tak pernah sekalipun ia melihat ataupun mendengar bahwa Damar masih punya saudara, kakak ataupun adik.
"Dulu, kami hidup bahagia, sangat bahagia. Tapi, suatu hari, papa membawa seorang wanita asing datang kerumah dengan seorang anak lelaki setelah perjalanan bisnisnya di luar negri. Keluarga kami jadi hancur, papa dan mama bertengkar setiap harinya, hingga wanita asing itu pergi membawa adikku. Tentu saja papa sangat marah saat itu. Menyalahkan mama atas kepergian mereka."
Nadia menutup mulutnya dengan wajah terkejut dan tak percaya. Ia menatap wajah suaminya dengan iba. Damar tersenyum pahit, pandangannya menerawang mengingat kejadian yang menyakitkan itu.
"Iya, adikku, karena kami satu ayah. Hanya beda ibu. Dan aku tak mau mengakuinya sebagai adik. Tidak akan pernah."
"Mas..."
Damar tersenyum menatap binar mata Nadia yang berembun. "Aku mencintaimu Nad, sangat. Aku tak pernah ingin jadi seperti papa. Tapi, entah kenapa, keadaan ini begitu sulit. Aku tak bisa memperjuangkan mu, dan aku malah menempatkanmu seperti mama. Aku ingin menceraikan Rinjani, tapi, aku tak punya alasan yang cukup untuk itu."
"Kamu tau Nad, hak waris itu akan jatuh otomatis ke tangan adikku jika aku menceraikannya tanpa kesalahan dari Rinjani." Damar menatap intens istrinya. Berharap Nadia akan mengerti keadaan dirinya yang masih bertahan pada pernikahan yang dipaksakan itu.
"Rinjani, terlalu sempurna Dimata papa, dia begitu penurut dan tidak pernah macam-macam. Dia juga tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun, hingga aku tak memiliki celah sedikitpun untuk menyingkirkannya." Sesal Damar dalam wajahnya yang terlihat begitu gamang.
"Mas.... Kenapa kita tidak buat saja?" Usul Nadia menatap wajah suaminya dengan sungguh-sungguh.
"Jika dia tidak memiliki celah keburukan, kenapa kita tidak buat saja seolah dia wanita jalangg yang berselingkuh? Dengan begitu, mas bisa menceraikannya tanpa harus kehilangan hak waris. Dan kita bisa menikah, bukankah kamu bilang mereka sangat mengharapkan seorang cucu? Kita sudah punya Nathan. Papa pasti merestui."
Damar tercengang, mendengar usul Nadia yang terasa begitu kejam. Membuat skenario bahwa Rinjani adalah wanita jalangg sungguh diluar penalarannya. Bagaimana bisa Nadia memiliki pemikiran seperti itu?
_____
Bersambung ..
My Readers, kasih Othor semangat dong dengan:
Like
Komen
Terima kasih
Salam hangat
☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
rindu rindu
zeo kah si adeknya?
2023-11-18
0
Rini Utya
apakah zeo saudaranya Damar?... biarlah kalau Rinjani hamil anak zeo
2023-03-21
0
Miss Typo
kasihan Rinjani biarlah dia hamil anak Zeo dh cerai dr Damar, ngapain lg msh Damar yg ternyata dh punya istri siri dan jg anak 😔
apa Zeo adik Damar yg beda mama ya 🤔
2023-02-12
0